NAMA : EKO BASUKI
NIM : 02.17.041/D.Th
TUGAS AWAL : PHILOSOPHY dan CONTEMPORARY
THEOLOGI
DOSEN PENGAMPU : Dr.KANTI.W
TEOLOGIA
SUKSES: PENYIMPANGAN DARI ALKITAB
Jika pada mulanya teologia
sukses hanya diadopsi segelintir gereja namun sekarang ini telah merembes ke
berbagai denominasi gereja dan menganggapnya sebagai kebenaran Alkitabiah.
Aspek kesuksesan dan kemakmuran menjadi dasar yang menarik berbagai lapisan
masyarakat menjadi pengikut dan anggota gereja penganut ajaran ini. Siapapun
manusia di dunia ini memiliki keinginan sukses dan makmur secara materi. Dengan
modal membuat orang menjadi kaya dan sukses menjadikan penganut ajaran ini
sebagai target berbagai lapisan masyarakat yang ingin kaya dan sukses dengan
tanpa memperdulikan keabsahan kebenaran ini. Mereka yang tidak memiliki
pengetahuan Alkitab dan yang tidak memiliki kesensitifan rohani menjadi target
utama ajaran ini. Tidak heran, gereja yang mengadopsi ajaran ini dipenuhi
ribuan orang dalam setiap ibadah yang diselenggarakan.
Namun yang menjadi
pertanyaan penting, adakah dasar dan pondasi eksplisit ajaran ini dalam
Alkitab? Bagaimana ajaran Yesus dan para rasul tentang kekayaan dan kemakmuran?
Benarkah orang percaya dijanjikan menjadi kaya dan makmur? Bagaimana sejarah
dan awal mula ajaran ini menyelusup ke dalam gereja?
AJARAN TEOLOGIA SUKSES
Pada umumnya, penginjil
Amerika yang bernama Kenneth E. Hagin (lahir 1917) dianggap sebagai pendiri dan
pemimpin Teologia Sukses atau Kemakmuran. Dialah pertama kali mengumandangkan
ajaran ini sebagai ajaran alkitabiah. Keberhasilannya dalam mengelola gereja
sebagai gereja besar dan sukses telah mempengaruhi berbagai gereja dan
berkeinginan mengadopsi pola dan system ajaran yang sama. Beragai gereja
berbondong-bondong mempelajari keberhasilannya dan mencoba menerapkannya di
gereja masing-masing. Dalam waktu singkat ajaran teologi sukses merambat ke
berbagai gereja di seluruh dunia.
Namun demikian teologia sukses juga berkembang dengan adanya kontribusi
berbagai lapisan pemikir, teolog dan pimpinan gereja di berbagai belahan dunia.
Beberapa orang di bawah ini telah memberikan kontribusi nyata dalam pemikiran
teologia sukses yang diidolakan gereja-gereja masa kini.
Norman Vincent Peale dikenal dengan ajarannya “Positive
Thinking”
Robert Schuller dikenal dengan ajarannya “Possibility Thinking”
Paul Yonggi Cho dikenal dengan ajarannya “Dimensi Keempat”
Kenneth Hagin lebih dikenal dengan “Positive Confession”
John Avanzini mengkhotbahkan “Injil Sukses” dan tentang “Uang
dan Persembahan”
Pemikiran dan ajaran yang dikumandangkan orang-orang diatas melalui tulisan
dan pengelolaan gerejanya mengokohkan modal perkembangan teologia sukses.
Ajaran-ajaran mereka telah disatukan untuk mendapatkan hasil yang dikenal
dengan “SUKSES” dalam hidup dan bergereja. Dengan penggabungan ajaran ini
gereja penganut teologia sukses bisa mengklaim sebagai gereja sukses yang bisa
mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Moto Yang Dianut: “Tuhan
ingin kamu kaya”
Para pengajar dan
penginjil Teologia Sukses selalu menekankan moto ini, “Tuhan menginginkan Anda
menjadi orang kaya.” Penekanan ini telah mempengaruhi para pemirsa untuk
berpikir menjadi seorang kaya. Sehingga dalam pemikiran setiap pendengar kekayaan
menjadi yang paling utama karena itu adalah kehendak Allah bagi mereka. Namun
untuk mencapai kesuksesan, dan kemakmuran ini ada beberapa hal yang harus
dilakukan oleh setiap orang yang ingin menjadi kaya. Setiap orang yang ingin
kaya harus mengikuti pola dan prinsip yang mereka adopsi, sebagai formula untuk
berhasil.
Berpikir positif
“Berpikir Positif atau Positive Thinking merupakan ajaran yang sangat
ditekankan sebagai salah satu metode yang dipraktekkan di kalangan Teologia
Sukses dan diajarkan baik oleh Norman Vincent Peale, Robert Schuller, Paul
Yonggi Cho maupun umumnya penginjil-penginjil Sukses lainnya. Ajaran ini memang
menarik karena meletakkan aktivitas menghadapi hidup di tangan manusia
khususnya kemampuan berpikir, karena itu dapat dimaklumi kalau pengaruhnya
menyebar ke mana-mana termasuk di kalangan komunitas di gereja.” Siapa yang
tidak ingin kaya terutama ketika diberikan formula yang dianggap sukses membuat
seseorang menjadi orang kaya. Orang berbondong-bondong untuk mendengarkan formula
sedemikian.
Positive Thinking mengajarkan bahwa pikiran manusia memiliki kekuatan yang
luar biasa untuk menghasilkan apa yang ia inginkan. Vincent Peaple sendiri
mengatakan bahwa pengajarannya bertujuan untuk “kesuksesan dan kesembuhan
pikiran” berupa “sukses materi dan status sosial yang tinggi.”
Pada prinsipnya dalam positive thinking ada anggapan bahwa pikiran kita
mempunyai kekuatan dalam diri sendiri, dan kekuatan itu dapat dikembangkan
untuk mencapai potensi yang penuh. Di sini kekuatan itu dianggap sudah inheren
dalam diri manusia, jadi segala sesuatu bisa terjadi atau tidak terjadi bila
kita menggunakan kekuatan pikiran. Dalam positive thinking iman sering diberi
pengertian yang berbeda dari arti iman dalam Alkitab. Dalam positive thinking,
iman diberi pengertian yang artinya kemampuan mengolah kekuatan pikiran atau
kekuatan batin (inner power).
Para pemikir: Positive thinking dalam menjadikan ajaran mereka berciri
Kristen sering mengutip ayat-ayat dan cerita Alkitab untuk mendukung pandangan
mereka, antara lain dengan menganggap bahwa kasus Kaleb dan Daud adalah contoh
kemenangan yang diperoleh karena pikiran positif mereka. Tetapi kalau kita
mempelajari Alkitab dengan benar tentunya dengan jelas bisa diketahui bahwa
kesimpulan itu tidak benar. Tidak ada ayat dalam Alkitab yang mengajarkan bahwa
berpikir positif akan menghasilkan sesuatu apapun yang diinginkan. Alkitab
mengajarkan untuk bersandar kepada Tuhan dan bukan pada pengertian diri kita
sendiri “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah
bersandar kepada pengertianmu sendiri” (Amsal 3:5).
Visualisasi
“Visualisasi hampir merata
diajarkan oleh para penginjil Sukses sebagai salah satu metoda untuk memperoleh
sesuatu. Hal ini menarik untuk disimak, sebab ajaran visualisasi memang
merupakan praktek umum dalam perdukunan dan mistik, sedang dalam Alkitab ajaran
visualisasi tidak dijumpai. Dalam ajaran visualisasi yang dipopulerkan
dikalangan Teologia Sukses terdapat pengertian yang kabur yang mencampuradukkan
antara pernyataan atau wahyu berupa penglihatan (revelation/vision)
dan bayangan manusia sendiri berupa visualisasi (membayangkan). Pada
prinsipnya ajaran visualisasi demikian yang dipopulerkan kedalam kekristenan.”
Visualisasi adalah suatu pengajaran bahwa jikalau seseorang ingin
memperoleh sesuatu ia harus mampu membayangkan apa yang diinginkan. Hal ini
dapat diumpamakan dengan pekerjaan seorang arsitektur. Seorang Arsitek harus
mampu melihat bahwa dalam mengembangkan gagasan rencananya, dia membuat
bayangan visualisasi rencana yang dicita-citakan.
Ajaran mengenai kekuatan pikiran dan visualisasi menunjukkan dengan jelas
sinkretisme dengan ajaran psikologi baru dan perdukunan atau kebatinan, sebab
justru praktek-praktek demikianlah yang banyak dipraktekkan dalam psikologi modern,
hipnotisme, Zen Buddhisme, Yoga, Taoisme dan juga Gerakan Zaman Baru.
Pengaruh perdukunan atau mistik juga bisa dilihat dengan praktek
visualisasi yang sama yang dipraktekkan dikalangan dukun-dukun modern. Barbara
Stabiner, pemuka Gerakan Zaman Baru dan seorang clairvoyant (orang yang
mempunyai kemampuan melihat hal-hal yang akan datang), dalam bukunya ia
mengajarkan teknik visualisasi yang sama. Misalnya untuk mencari tempat parkir,
ia mengatakan bahwa:
“Bila kita mengendarai mobil mencari temat parkir, kita harus
memvisualisasikan tempat parkir yang bagaimana yang kita kehendaki, maka kita
akan memperolehnya” (The Unseen World, hlm 52).
Kemudian ia juga mengatakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan maka
harus melakukan langkah-langkah visualisasi berikut: Visualisasikan yang
diinginkan, arahkan energimu terhadapnya, dan kamu akan mendapatkannya. Lakukan
hal-hal sederhana seperti berikut:
- visualisasikan
tempat parkir sebagaimana yang kau kehendaki,
- visualisasikan
dan lihat di mana kauingin memperolehnya,
- lakukan
semua ini selagi mengemudi kearah tempat itu. (The Unseen World,
hlm 52)
Robert Schuller beranggapan bahwa apa yang kita lihat secara visualisasi
itu akan kita peroleh secara nyata. Dia berkata,
“Sewaktu saya mengelilingi dunia dan bertemu orang-orang yang sukses dan
dinamis, saya secara tetap mengamati kesamaan yang mereka miliki. Mereka yang
benar-benar sukses mencapai tujuannya dengan memvisualisasikan, sukses. Mereka
melukiskan secara detail tujuan materi, fisik atau spiritual yang ingin
dicapai…” (Majalah POSSIBILITIES, summer 1986, hlm 2).
Dalam bukunya yang lain Schuller mengemukakan bahwa:
Banyak orang gagal karena mereka mengabaikan visualisasi yang terinci
mengenai apa yang dimintanya. Bila kita bingung dan mempunyai gambaran yang kacau
mengenai apa yang ingin kita capai, jangan kaget kalau kita gagal. Karena itu
langkah awal dalam menjalani “iman yang memindahkan gunung” adalah dengan
membuat gambaran mental yang terinci mengenai mimpi kita. (Possibility Thinkin,
hlm 189).
Dalam Dimensi Keempat, Yonggi Cho mengemukakan bahwa:
Kita harus melihat obyek doa kita dengan jelas secara visual sehingga kita
dapat merasakannya dengan emosi kita. Bila kita tidak melakukan “hukum iman”
ini, kita mustahil akan menerima jawaban akan apa yang kita minta.
Kata-kata sugesti
“Kata-kata Sugesti adalah metode ketiga di samping berpikir positif dan
visualisasi. Baik dalam gerakan pengembangan pribadi yang dipopulerkan di
kalangan pengusaha, maupun ajaran-ajaran sukses yang dipopulerkan di kalangan Kristen
dapat dikatakan ajaran mengenai kekuatan ucapan kata-kata ini dipraktekkan
dengan meluas. Justru karena luasnya penggunaan praktek yang mirip praktek
ajaran perdukunan atau kebatinan dan Gerakan Zaman Baru yang lebih dikenal
sebagai Hu (kata-kata berkhasiat) di kalangan Taoisme, mantra (kalimat
berkhasiat) di kalangan Hindu, maupun rapalan di kalangan perdukunan itu, maka
perlu kita teliti apakah memang Yesus mengajarkannya atau tidak.”
Para pelopor ajaran sukses seperti Norman Vincent Peale maupun Robert
Schuller seiring dengan ajaran psikologi modern, mempopulerkan bahwa “kata-kata
yang kita ucapkan mempunyai kekuatan magis.” Kata-kata maupun kalimat-kalimat
tertentu bila diucapkan berulang-ulang akan mendatangkan khasiat tertentu bagi
yang mengucapkan. Dalam gerakan pengembangan pribadi kata-kata demikian dipakai
sebagai semacam cara atau usaha sugesti diri yang ampuh dalam mengembangkan
kemampuan diri. Sebagai contoh, perhatikan kata atau kalimat yang diucapkan
berikut:
“I’m OK, You’re OK.”
“If it is to be, it is up to me” (Bila harus terjadi, itu tergantung
padaku)
“I’m a super sales person, and grow every day in every way” (Saya seorang
penjual yang super, dan bertumbuh tiap hari dalam segala cara)
Menurut Yonggi Cho, kekuatan kata-kata itu sangat berperan, karena
kata-kata itu dianggap mempunyai kuasa dan tenaga kreatif dalam dirinya. Bahkan
menurut Yonggi Cho, Alkitab dianggap bukan sebagai firman Tuhan untuk didengar,
dihayati dan ditaati, melainkan kumpulan kata-kata mutiara yang bila diucapkan
mempunyai kekuatan magis. Jelas ini adalah konsep mantra! Cho mengatakan bahwa
Yesus menggunakan kata-kata bertuah untuk menghasilkan sesuatu. Jadi bukan
kuasa Yesus yang menghasilkan sesuatu, tetapi kata-kata yang diucapkan itu, dan
kata-kata itu sama-sama bertuahnya kalau kita yang mengucapkannya.
MANIPULASI AYAT-AYAT
ALKITAB
Memanipulasi ayat-ayat Alkitab merupakan salah satu hal yang sering
digunakan dalam mendasarkan banyak ajaran Teologia Sukses. Meskipun begitu
banyak orang tertarik pada ajaran itu, karena dalam mengutip ayat-ayat Alkitab
itu para penginjil Sukses mengesankan bahwa ajaran mereka didasarkan pada
kebenaran Alkitab. Padahal bila kita pelajari lebih dalam ternyata ayat-ayat
Alkitab yang dikutip lebih banyak digunakan sebagai slogan yang diartikan
secara harfiah dan di luar konteksnya, bahwa sering berlawanan dengan arti
sebenarnya yang dimaksudkan oleh konteks ayat itu. Jadi ayat Alkitab dijadikan
menjadi pendukung ajaran luar yang dimasukkan ke dalam kekristenan.
Alkitab adalah firman Allah yang diwahyukan kepada manusia dan ditulis
dalam bentuk kumpulan 66 buku kitab yang meliputi kurun waktu lebih dari 1600
tahun, yang menceritakan Sejarah Keselamatan Allah. Masing-masing kitab dapat
merupakan kitab sejarah atau surat kiriman yang merupakan suatu satu kesatuan.
Pembagian atas pasal dan ayat baru terjadi pada Abad Pertengahan. Karena itu
bila satu ayat ditafsirkan atas dasar kata-katanya saja dan dilepaskan dari
kesatuannya dengan seluruh isi kitab atau surat maupun isi Alkitab, maka artinya
bisa jauh berbeda dan bahkan berlawanan dengan yang dimaksudkan penulis
Alkitab.
Ayat-ayat berikut adalah ayat-ayat Alkitab yang sering disalahartikan dan
salahtafsirkan oleh penganut teologia sukses. Mereka tidak akan pernah melihat
konteks ayat ini di dalam perikop Alkitab, dan mereka hanya ingin
mengaplikasikan ayat-ayat ini dalam kehidupan yang mereka inginkan untuk
mendapatkan apa yang mereka kehendaki.
Tidak Ada yang Mustahil
“Adakah sesuatu apapun yang mustahil bagi TUHAN?” (Kejadian 18:14a)
“Bagimanusia hal itu tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu
mungkin”(Matius 19:26)
“Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya” (Markus 9:23b)
“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil” (Lukas 1:37)
“Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah” (Lukas 18:27).
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
keapadaku” (Filipi 4:13).
“Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan
kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu yang
mustahil untuk-Mu” (Yeremia 32:17).
“Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makluk; adakah sesuatu yang
mustahil untuk-Ku” (Yeremiah 32:27).
Dalam Markus 9:23b Yesus mengatakan kepada ayah anak yang dirasuk setan,
bahwa “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya,” ini
menunjuk pada kuasa Yesus yang akan diterima keluarga itu apabila mereka
percaya. Jadi bukan “kepercayaan mereka yang dapat mengusir roh itu, tetapi
“kepercayaan” mereka memohon belas kasihan Yesus untuk menyatakan kuasa-Nya.
Kaya dan Berkelimpahan
Guna mendukung ajaran Teologi Sukses khususnya untuk mendukung ajaran hidup
yang kaya dan berkelimpahan, beberapa ayat favorit digunakan dengan tafsiran
salah adalah seperti berikut:
“Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan” (Yohanes 10:10).
“Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan
sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja” (3 Yohanes 2)
“Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa
Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu
menjadi kaya oleh karena kemiskinannya” (2 Korintus 8:9).
Ayat-ayat di atas diartikan sebagai petunjuk bahwa umat Kristen berhak
menjadi kaya, hidup dalam segala kelimpahan materi dan duniawi yang berarti
banyak uang, hidup berkelimpahan, dan hidup dengan segala kenikmatan. Para
penginjil sukses sering menafsirkan ayat-ayat itu secara harfiah dan lepas dari
konteks sehingga tentulah menghasilkan arti yang berbeda dan bahkan berlawanan.
Misalnya, apakah benar bahwa kata “kelimpahan” dalam Yohanes 10:10b
memaksudkan kelimpahan materi? Tentunya “tidak”, sebab melihat konteks
Yohanes pasal 10 tidak ada petunjuk yang membuktikan bahwa domba-domba kemudian
memperoleh kalung mutiara atau kandang emas. Kelimpahan di sini artinya
pemeliharaan hidup oleh Gembala yang digambarkan dengan masuk pintu dan
memperoleh rumput sebagai karunia keselamatan menuju hidupyang kekal:
“Domba-dombaKu mendengar suaraKu dan aku mengenal mereka dan mereka
mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka
pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut
mereka dari tanganKu” (Yoh 10:27).
Berilah dan Mintalah
Ayat-ayat lain yang dianggap hukum investasi diartikan sebagai uang muka
yang diberikan untuk mengisap berkat materi dari Allah adalah ayat-ayat seperti
berikut:
“Bawalah seluruh persembahan persepuluhan ituke dalam rumah perbendaharaan,
supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta
alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan
berkat kepadamu sampai berkelimpahan”(Maleakhi 3:10)
“Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan,
yang digoncang dan tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab
ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu”(Lukas 6:38).
“Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menua sedikit juga, dan
orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2 Korintus 9:6).
Ayat-ayat di atas acapkali dipakai untuk memotivasi orang untuk memberikan
persembahan, sebab persembahan berarti investasi supaya nanti memperoleh laba
atau berkat yang berlipat-lipat. Banyak khotbah menantang orang untuk memberi
persembahan dan ayat-ayat di atas dipakai sebagai senjata untuk meyakinkan
jemaat bahwa pemberian itu nanti pasti akan menghasilkan keuntungan berlipat.
Penyalahgunaan ayat “Berilah dan kamu akan diberi” (Lukas 6:38)
dengan gamblang terlihat dalam buku tulisan Kenneth Hagin mengenai cerita
penginjil Sukses lainnya, yang dalam usaha membeli peralatan pendingin (AC)
untuk gerejanya berkali-kali mengkhotbahkan ayat itu.
Pendeta penginjil itu berkata kepada para hadirin yang berjumlah lebih
1.800 orang, “Saya ingin agar kalian dapat menghimpun uang 10.000 dolar itu
malam ini! Kedengarannya jumlah itu cukup besar. Saya sadari hal ini. Sedangkan
saudara-saudara pun sudah memberikan sumbangan kalian malam ini. Namun saya
ingin menantang saudara-saudara,” lalu ia membaca kembali ayat tersebut di
atas, yang selalu ia kutip tiap malamnya: “Berilah, maka kepadamu akan
diberikan. . . .”
Lalu ia berkata, “Saya tiak menghendaki seseorang memberikan sesuatu
yang mereka mampu memberikannya. Berikanlah apa yang kalian tidak mampu
memberikannya. Apabila anda merasa sanggup memberi sejumlah 50 dollar, tetapi
tidak sanggup memberikan 100 dollar, – maka beri 100 dolar. Kalau menurut
penapat anda bahwa anda mampu memberi 500 dolar tetapi tidak sanggup memberi
1.000 dolar, – maka berilah 1.000 dolar. Justru di situlah terletak berkat
Tuhan, – dan inilah kebenaran yang menjadi kenyataan sebenarnya.”
Lalu ia menambahkan, “Saya akan meletakkan Alkitab saya di atas sini, di
atas mimbar ini, dan saya persilahkan kalian maju ke depan dan meletakkan uang
anda di atas ayat ini sambil berucap: ‘Ya Tuhan yang maha pengasih, saya
bertindak menurut FirmanMu.’ Saya berdoa secara khusus bagi anda semua. Sebab
saya yakin betul bahwa Tuhan akan membalas kembali segala pengorbanan kalian.
Berkat Tuhan akan berlaku atas diri kalian. Dan apabila hal ini tidak terjadi,
saya berjanji dan mengusahakan agar supaya uang kalian akan saya kembalikan,
dan kita tidak dapat berkata apa-apa lagi mengenai hal itu.” (Ditebus
dari Kemiskinan . . . Penyakit. . . Kematian, hlm 7-8).
GEJALA-GEJALA YANG
KELIHATAN
Perhatikanlah kehidupan
para pendeta dan penginjil yang mendukung teologia sukses. Mereka menjadikan
gereja menjadi ladang mencari kekayaan dan bukan tempat pelayanan. Mereka
menjadi seperti seorang pengusaha besar sukses, hidup dalam kemewahan dan
berkelimpahan.
Umumnya hidup dalam kemewahan, bermobil mewah seperti Baby benz
Punya rumah besar dengan kemegahan duniawai
Cenderung minta diinapkan di hotel-hotel berbintang 5 ketika diundang pada
suatu acara ibadah.
Cenderung merayakan ulang tahun pernikhan mereka dengan pesta di hotel
mewah
Berlomba-lomba membangun Gereja dan Praise Center besar dan Mewah:
Mengadakan acara-acara “Outreach” yang dihiasi segala bentuk glamour ala
dunia show-biz.
Moto gerejanya “Kami adalah keluarga Allah yang sukses dan bahagia”
Ibadah dan penyembahan:
Pujian dan penyembahan kepada Allah. Memberi penekanan pada pujian dan
penyembahan tetapi memberikan sedikit tempat untuk menyelidiki firman Tuhan.
Penekanan pada Allah yang mahabesar dan mahakaya diiringi dengan
Kebaktian-kebaktian Kebangunan Rohani yang menekankan “Berkat Tuhan dan
Kesembuhan Ilahi.”
Mujizat-mujizat. Melakukan manipulasi mujizat untuk mempertunjukkan bahwa
mereka adalah alat Tuhan dalam menyembuhkan dan sebagainya.
Tarian-tarian ala Pemazmur yang ingin mencerminkan kesukariaan hidup.
Lagu-lagu yang dinyanyikan:
Bertemakan menyembah Tuhan yg Mahatinggi dan pengakuan diri sebagai anak
Raja.
Mempromosikan ayat bahwa “Tidak ada yang mustahil bagi Allah.”
Mengharapkan mujizat kesembuhan maupun mujizat kekayaan dan kemakmuran
hidup.
Hal lain:
Penekanan pada khotbah pemberian persembahan terutama berbentuk
persepuluhan.
Moto memberi, “Makin banyak memberi makin banyak berkat akan diterima.”
Dalam ibadah sering ditonjolkan kesaksian-kesaksian orang-orang kaya yang
bertobat atau yang diberkati dalam usahanya.
Tiba-tiba para pendetanya menyadang gelar Dr. (doctor) bahkan PhD. (Doctor
of Philosophy), tanpa ketahuan kapan sang pendeta pernah masuk sekolah tinggi
teologi.
Mereka mengkultuskan tokoh-tokoh penginjil mereka.
Ucapan tokoh-tokoh penginjil yang dikultuskan itu, jelas mengikuti ukuran
dunia dan bukan ukuran rohani, yang bunyinya seperti berikut:
Kalau Mafia bisa naik mobil Lincoln Continental, mengapa anak-anak Raja
tidak? (Kutikapan dari Fred Price, Faith, Foolishness or Presumption?, 1979 hlm.
74).
Allah menghendaki anak-anak-Nya makan makanan terbaik, berpakaian pakaian
terbaik, mengendarai mobil yang terbaik, dan menghendaki mereka untuk
memperoleh segala sesuatu yang terbaik. (Kutipan dari Kenneth
Hagin, New Tresholds of Faith, 1980 hlm 54-55).
Saya melihat bahwa Tuhan menghendaki kita kaya. Sebab itu saya mulai
mengkhotbahkan kekayaan orang Kristen. Saya memeberitakan orang-orang bahwa
Tuhan menginginkan mereka menjadi kaya melalui iman mereka.(Kutipan dari Oral
Roberts, God’s Formula for Success and Prosperity, hlm, 125).
Tuhan menghendaki anda menjadi makmur dalam segala kehidupan anda. Apakah
Anda sudah siap untuk hidup makmur? Apakah anda butuh hidup makmur? Maka
hendaklah anda hidup makmur. (Kutipan dari Edwin Louis
Cole, Kunci keberhasilan: Nikmatilah Hidup Berkemenangan, Jakarta: YPI Imanuel,
hlm. 157).
Penyebaran pengajaran ini melalui buku-buku yang bertema menghibur umat
memang luar biasa dan terjual dalam jumlah besar. Bayangkan, siapa tidak
tertarik melihat judul-judul buku berupa slogan-slogan seperti berikut:
God’s Will Is Prosperity [Allah menghendaki kemakmuran]
Prosperity Is Your Devine Right [Kemakmuran adalah hak ilahi anda]
Happiness Now [Kebahagiaan saat ini]
Live Fully Now and Create a Heaven on Earth [Hiduplah sepenuhnya
sekarang dan ciptakan sorga di bumi]
Serve God and Get Rich [Layanilah Tuhan dan jadilah kaya]
How To Get More in a Have Not World [Bagaimana memperoleh lebih di dunia
yang miskin]
Name It and Claim It [Sebutkan dan tuntutlah]
You Can Have What You Say [Anda dapat memperoleh apa yang anda katakana]
Moto pertumbuhan gereja yang digembor-gemborkan adalah kutipan dari Paul
Yonggi Cho, “Rahasia pertumbuhan gereja bergantung pada Money,
Management, Mission and Man.” Padahal kita tahu bahwa ini bukanlah
motto Alkitab melainkan motto dunia bisnis.
Pelopor pengajaran ini adalah:
Norman Vincent Peale (Positive Thinking)
Robert Schuller (membangun Crystal Catheralnya yang mewah – kemakmuran)
Jim Bakker (Skandal uang – membujuk pendengar TV mengirim uang- terliba
skandal seks dan penipuan keuangan).
Oral Robert (Penginjil yang mempermalukan dunia Kristen di Amerika karen
berseru meminta uang kepada pemirsa).
No comments:
Post a Comment