•  
  •  

Kata “Allah” dan “TUHAN” Dalam Alkitab Kita

Padanan “Allah” masih terus dipersoalkan oleh sebagian pengguna Alkitab terbitan LAI. Persoalan ini mencuat ke permukaan, karena ada kelompok-kelompok yang alergi terhadap kata “Allah” dan ingin menghidupkan kembali penggunaan nama Yahweh atau Yahwe. Dalam teks Ibrani sebenarnya nama ini ditulis hanya dengan empat huruf konsonan (YOD-HE-WAW-HE, “YHWH”) tanpa huruf vokal, namun ada yang bersikeras, keempat huruf ini harus diucapkan. Terjemahan LAI dianggap telah menyimpang, bahkan menyesat­kan umat Kristiani di tanah air. Sungguh patut disayang­kan, kontroversi mengenai nama-nama ilahi telah menimbulkan keresahan di kalangan umat pengguna Alkitab. Apakah LAI yang dipercaya gereja-gereja untuk menerjemah­kan Alkitab telah melakukan kesalahan yang begitu mendasar? Haruskah semua Alkitab terbitan LAI ditarik dari peredaran seperti tuntutan pengagung nama Yahweh yang militan? Di mana sebenarnya letak persoalannya?
Pertama-tama, kita perlu mengetahui latar belakang penolakan terhadap kata “Allah”. Menurut salah satu selebaran yang dikeluarkan Bet Yesua Hamasiah (“Siapakah Yang Bernama Allah itu”, P.O. Box 6189 JKPMT 10310 Jakarta), “ALLAH adalah nama berhala” sehingga “tidak boleh ada pada kita di hadapan YAHWE” dan “tidak boleh dipanggil dan tidak boleh kedengaran dari mulut kita”. Lebih parah lagi, kata “Allah” dikaitkan langsung dengan berbagai tindak kekerasan terhadap umat Kristiani. Kelompok Bet Yesua Hamasiah tidak sendirian. Ada berbagai kelompok lainnya yang memiliki pandangan yang serupa. Bahkan di antara kelompok-kelompok yang “anti-Allah” ini ada yang berpendapat, roh yang berada di balik kata “Allah” tidak lain daripada roh Iblis. Itulah sebabnya mereka mendesak LAI untuk menghapus kata “Allah” seluruhnya dari Alkitab yang beredar luas. Sebaliknya, mereka menuntut agar nama sakral YHWH digunakan lagi dalam Alkitab terbitan LAI.