Friday 6 March 2020

Baptisan ROH, Karunia ROH, dan Bahasa ROH

BAPTISAN ROH, KARUNIA ROH & BAHASA ROH

Shalom Pak Rudy Sirait. Maaf saya ada satu pertanyaan lagi yang mau saya tanyakan ke bapak mengenai bahasa Roh. Di video yang saya lampirkan menjelaskan bagaimana bisa kita berdoa dengan menggunakan bahasa Roh kepada Tuhan, tetapi kita sendiri tidak mengerti apa yang kita bicarakan.

Saya juga sering mendengar kotbah pendeta dan membaca buku yang mengatakan bahwa bahasa Roh itu salah satu tanda seseorang sudah dibaptis oleh Roh Kudus dan dengan menggunakan bahasa Roh kita bisa menyampaikan doa-doa kita tanpa dimengeri oleh iblis.



Menurut bapak baptisan Roh itu seperti apa? Dan bagaimana pendapat bapak mengenai pendeta-pendeta dan gereja-gereja yang selalu menekankan penggunaan bahasa Roh di setiap ibadahnya? Terima kasih Pak. (Evi Fitriani Sihaloho)

-----------------------------------------------------------

Syalom Evi Sepertinya kamu itu bukan mengajukan satu pertanyaan, tetapi membahas satu topik yang bisa menghasilkan ragam pertanyaan yang bersifat penting dan menarik untuk dipelajari. Baiklah, mari kita masuk dalam pembahasan. Jangan lupa menyiapkan Alkitab, karena Anda harus membaca dan menyelidiki ayat-ayat Alkitab yang tertera dalam artikel ini.

Ada tiga hal yang membuat Baptisan Roh Kudus penting untuk dipelajari. Pertama, pada masa kini banyak kebingungan terjadi di seputar ajaran Baptisan Roh Kudus. Ada yang berpendapat bahwa Baptisan Roh Kudus diperoleh berapa waktu sesudah seseorang bertobat. Yang lain mengatakan bahwa Baptisan Roh Kudus diperoleh setelah orang percaya kepada Yesus Kristus. Dan baptisan Roh Kudus itu sangat diperlukan sebelum seseorang dapat dipakai Allah sepenuhnya dalam melayani Tuhan. Dalam arti lain, bila tidak dibaptis Roh Kudus maka orang itu tidak akan dipakai secara luar biasa. Di pihak lain ada juga yang berpendapat bahwa Baptisan Roh Kudus selalu diikuti dengan berbahasa Roh. Bila tidak disertai berbahasa Roh maka orang itu dianggap belum dibaptis oleh Roh Kudus.

Kedua, perbedaan ajaran Baptisan Roh Kudus telah menyebabkan tiga hal di bawah ini terjadi. Pertama, banyak perpecahan bahkan perdebatan di antara ajaran-ajaran Kristen dari berbagai denominasi. Kedua, perbedaan ajaran mengenai Baptisan Roh Kudus menyebabkan jemaat menjadi apatis dan tak tertarik untuk membahasnya, sehingga cenderung menghindar untuk mempelajarinya. Ketiga, ajaran Baptisan Roh Kudus semakin kabur dan menyimpang serta tidak alkitabiah sama sekali.

Hal yang ketiga kenapa kita penting mempelajari Baptisan Roh Kudus? Jawabannya, karena adanya suatu kenyataan bahwa banyak orang Kristen yang sama sekali tidak mengerti perihal Baptisan Roh Kudus. Karena itu, saat ini adalah kesempatan bagi kita untuk mempelajarinya sehingga kita memiliki pengertian yang benar, utuh dan alkitabiah.

1. ARTI KATA BAPTISAN

Istilah “Baptisan” sudah diketahui oleh orang sejaman dengan Yohanes Pembaptis. Secara hurufiah kata Baptisan, berarti: “membasahi” atau “membenamkan di dalam”, yang mana kata ini berasal dari kata Yunani, βαπτιζω (baptizo).

Kata “Baptisan” acap kali digunakan dalam tradisi Yahudi berkenaan dengan pembasuhan diri atau penyucian (band. Mrk. 7:4; Luk. 11:38). Melalui pembenaman diri di sungai Yordan maka Naaman terbebas dari sakit kusta (2 Raj. 5:14).

Istilah baptisan tidak selalu menunjuk baptisan dengan air (band. Mrk. 10:38; 1 Kor. 10:2). "Dalam pasal ini Paulus meyakinkan orang-orang Korintus berdasarkan pengalaman mereka akan satu Roh, bukan berdasarkan baptisan air."1

2. RAGAM JENIS BAPTISAN

Secara umum ada tiga macam baptisan yang disebutkan oleh Alkitab, yaitu: Baptisan Yohanes, Baptisan Yesus dan Baptisan Roh Kudus. Dalam Baptisan Yohanes, makaYohanes Pembaptis sebagai subyeknya, sedangkan obyeknya adalah penduduk dari Yerusalem, Yudea dan seluruh daerah selatan Yordan (Mat. 3:5). Unsurnya adalah air sungai Yordan dan tujuannya adalah pertobatan. Baptisan ini juga kerap dikatakan sebagai Baptisan air.

Baptisan air mempunyai dua arti, yaitu: sebagai Baptisan pertobatan untuk pengampunan dosa (Mat. 3:2; Mrk. 1:4), tetapi juga sebagai tanda yang menunjuk kepada Yesus Kristus yang akan datang sebagai Sang Pembaptis untuk menyucikan atau membasuh setiap orang berdosa (Mat. 3:11).

Baptisan yang kedua adalah Baptisan Yesus Kristus. Kitab Injil menegaskan bahwa Yesus melakukan pembaptisan. Pertama, Dia membaptis dengan air (Yoh. 3:22-26; 4:1) dan memerintahkan gereja-Nya untuk membaptis dengan air (Mat. 28:19-20; Mrk. 16:16).

Kedua, Yesus membaptis dengan “Roh Kudus dan api”. Artinya, Yesus Kristus adalah Pelaku atau Sang Pembaptis dan Roh Kudus adalah obyeknya atau sebagai sesuatu yang diterima oleh orang percaya yang dibaptis (band. Mat. 3:11; Mrk. 1:8; Luk. 3:16; Yoh. 1:33).

Ungkapan “membaptis dengan Roh Kudus dan api” acapkali dimengerti secara keliru. Keduanya, yaitu: “Roh Kudus” (Yunani: Pneuma Hagion) dan “api” (Yunani: pyr) adalah satu. Alat atau unsur Baptisan Yesus selalu satu yaitu Roh Kudus dan api; sebab Yesus tidak membaptis satu kali dengan Roh Kudus, lalu kedua kalinya dengan api.

Dalam kitab Perjanjian Lama, baik kata “Roh kudus” maupun “api” selalu berhubungan dengan penyucian dan penghancuran pada jaman akhir. Roh berfungsi untuk membunuh orang fasik dengan nafas mulut Allah (lihat Yes. 11:4; Yes. 42:1-7; 61:2). Tetapi di bagian lain, Roh mempunyai fungsi memurnikan (Yes. 11:1-4). Api dalam nubuatan sering diartikan hukuman dan penghancuran orang fasik (band. Yes. 31:9; 66:15; Yeh. 38:22; Mal. 3:19) tetapi dapat juga diartikan berfungsi sebagai penyucian dan pemurnian orang benar (band. Yes. 1:25; Zak. 13:9; Mal. 3:2). Hal itu menegaskan Roh memiliki arti yang sama dengan api, bahkan Markus dan Yohanes hanya menggunakan istilah baptisan dalam Roh Kudus tanpa menyebutkan api (lihat Mrk. 1:8; Yoh. 1:33).2

Baptisan yang ketiga adalah Baptisan Roh Kudus. Roh Kudus sebagai pembaptis atau pelaku dan orang yang percaya kepada Yesus akan menerima tubuh Kristus sebagai suatu bagian yang diterimanya (lihat Kis. 1:5; 2:33; 11:15-16; I Kor. 12:13). Jangan pula kita membuatnya menjadi rancu karena Yesus yang melakukan Baptisan Roh Kudus. Setelah Yesus melakukan pembaptisan, di kemudian hari Yesus mengirim Roh Kudus yang merupakan Sang Pembaptis selanjutnya (lihat Kis. 2:33). Karena tidak adanya perbedaan yang mutlak  antara Roh dan Api maka secara tegas Charles C. Ryrie berkata, “Baik Kristus maupun Roh Kudus adalah Sang Pembaptis, dan baik Roh Kudus maupun tubuh Kristus adalah suatu bagian yang diterima orang percaya. Jelas bahwa tubuh Kristus adalah suatu bagian yang diterima oleh orang percaya yang dibaptis, dan Roh Kudus adalah suatu bagian lain yang diterima juga oleh orang percaya yang dibaptis.3

3. BETULKAH BAPTISAN ROH KUDUS TERJADI PADA HARI PENTAKOSTA?

Sebelumnya, janji tentang baptisan Roh kudus itu sudah dinubuatkan. Ada yang mengatakan sudah dinubuatkan oleh para nabi di Perjanjian Lama (Yes. 32:15; Yl. 2:28-32; 3:1; Za. 12:10). Namun ada juga yang mengatakan bahwa Yohanes Pembaptislah yang pertama kali menubuatkan janji baptisan Roh kudus (lihat Mat. 3:11). Nubuatan sebagai suatu penegasan bahwa sebelum Pentakosata, belum ada baptisan Roh Kudus. Dan nubuatan itu digenapi saat murid-murid menerima baptisan Roh Kudus pada hari Pentakosta. (Kis. 1:5; 2:1-22, 33).

Kenapa kita beranggapan bahwa baptisan Roh Kudus terjadi setelah Yesus naik ke surga atau dimulai pada hari Pentakosta? Karena Roh Kudus baru dapat datang ke dunia setelah Yesus pergi ke rumah Bapa di surga (Yoh. 16:7). Injil Yohanes 3:5 membuktikan dengan jelas bahwa tidak ada kelahiran baru tanpa Roh kudus. Roh kudus merupakan faktor yang menentukan untuk dapat dilahirkan kembali (Yoh. 3:6). Sebelum Yesus terangkat ke surga, Ia menyuruh murid-murid-Nya diam di Yerusalem untuk menantikan janji baptisan Roh kudus (Kis. 1:4-5) hingga Roh Kudus dicurahkan dan berdiam secara permanen di dalam diri umat-Nya (Yoh. 14:16-17).

Namun bukankah sebelum hari Pentakosta, ketika Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya lalu Ia mengembusi mereka dan berkata, terimalah Roh Kudus (lihat Yoh. 20:22). Bukankah hal ini sebagai bukti bahwa para murid telah memiliki Roh Kudus sebelum hari Pentakosta?  Pertanyaan ini dijawab oleh R.A. Torrey yang mengatakan bahwa melalui ayat-ayat terkait “membuktikan dengan jelas bahwa para murid telah lahir baru sebelum hari Pentakosta.4

William Barclay ikut menanggapi dengan mengatakan, Kalau kita hendak mencoba menjawab pertanyaan itu, maka kita harus ingat untuk menjawabnya di dalam pengertian dan cara berpikir Ibrani, atau di dalam pengertian dan cara berpikir YahudiYohanes berpikir dan berbicara bukan di dalam konteks pemikiran atau ajaran Kristen tentang Roh Kudus, melainkan di dalam konteks pemikiran dan ajaran Yahudi tentang Roh Karena itu janji akan datangnya Roh adalah juga janji akan datangnya kehidupan.5

Memang sebelum hari Pentakosta, Roh Kudus belum turun atau belum diberikan oleh Bapa di surga. Itu berarti, belum tergenapi apa yang dijanjikan oleh Yesus di mana Roh Kudus akan menjadi penolong, penghibur dan berdiam secara permanen di dalam diri para pengikut Kristus (Yoh. 14:16-17; 16:1-10). Namun janganlah pula diabaikan bahwa pribadi dan pekerjaan Roh Kudus sudah dicatat dalam kitab Perjanjian Lama (band. Hak, 14;6, 19; 15:14; 11; 1 Sam. 10:6; 11:6). Oknum Roh Kudusnya sama, yaitu pribadi ketiga Allah Tritunggal, tetapi cara Roh Kudus bekerja tidaklah sama. Dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus hanya hinggap pada orang-orang tertentu. Berbeda dengan di Perjanjian Baru di mana Roh Kudus berdiam selama-lamanya. Jadi Roh Kudus yang dimaksudkan dalam Injil Yohanes 20:22 masih berpola kerja sama seperti di kitab Perjanjian Lama. 

Lalu kapan kita dibaptis oleh Roh Kudus? Ketika kita bertobat dan percaya kepada Yesus maka kita dibaptis oleh Roh kudus (Kis. 2:38; 10:44; 11:15-16; Ef. 1:13-14). Hal itu menunjukkan betapa eratnya hubungan antara baptisan Roh kudus dengan iman kepada Yesus Kristus. Saat dibaptis Roh kudus maka posisi kita tidak lagi mati di dalam dosa, tetapi dibangkitkan bersama dengan Kristus dalam kehidupan yang baru (Rm. 6:4) dan menjadi satu dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya (Rm. 6:1-10; Kol. 2:12). Roh kudus berdiam secara permanen di dalam diri orang yang percaya kepada Yesus (Yoh. 14:16-17; 1 Kor. 6:19-20), sebagai jaminan akan keselamatan kekal yang adalah kasih karunia Allah semata.

Baptisan Roh Kudus sebagai awal masuknya orang percaya menjadi anggota tubuh Kristus (1 Kor.12:13). Ia dimateraikan oleh Roh kudus yang dijanjikan-Nya itu sebagai jaminan penebusan atas dosa (Ef. 1:13-14). Seluruh proses keselamatan ditentukan dengan pemateraian Roh Kudus. Materai berhubungan dengan transaksi yang sudah selesai, hak milik, dan jaminan perlindungan.

Baptisan Roh kudus  adalah tindakan Allah semata, bukan tindakan manusia. Alkitab tidak mencantumkan satu ayat pun berupa perintah atau imbauan agar orang Kristen mencarinya, apalagi melakukan Baptisan Roh Kudus. Ketika seseorang percaya kepada Yesus maka seketika itu juga dia dibaptis oleh Roh kudus. 

Dibaptis Roh kudus berbeda dengan dipenuhi Roh kudus. Keduanya tidak boleh disamakan. Dipenuhi Roh kudus adalah perintah  Allah untuk dilakukan oleh setiap orang Kristen. Beberapa tokoh dalam Alkitab mengalami kepenuhan Roh Kudus lebih dari sekali (Luk. 1:15, 41, 67; Kis. 2:4; 4:8, 31; 9:17; 13:9). Upaya pelaksanaan dipenuhi oleh Roh kudus harus secara terus menerus, sebagai bukti kesediaan diri untuk dikendalikan oleh Roh kudus (Ef. 5:18-19), hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh (Gal. 5:16-18).

4. APAKAH BAPTISAN  ROH SELALU DISERTAI DENGAN BERBAHASA ROH?

Dalam Perjanjian Baru tidak dikatakan bahwa orang percaya yang dibaptis Roh Kudus selalu berbahasa Roh. Peristiwa kamar loteng dalam Kisah Para Rasul 2:4 memang disertai dengan berbahasa Roh. Demikian pula dalam peristiwa di rumah Kornelius (Kis. 10:45-46) dan pertobatan kedua belas murid Yohanes pembaptis di Efesus (Kis. 19:1-6).

Tetapi dalam persekutuan orang percaya di Yerusalem (Kis. 4:31) atau orang-orang percaya di Samaria, mereka sama sekali tidak berbahasa Roh (Kis. 8:14-17). Begitu pula dengan rasul Paulus. Dalam perjalanan ke Damsyik, ia mengalami perjumpaan dengan Yesus dan akhirnya beriman kepada Yesus Kristus. Tentu saja ia dibaptis oleh Roh Kudus pada saat itu, namun rasul Paulus sama sekali tidak berbahasa Roh (lihat Kis. 9:17). Di kemudian hari, setelah dibaptis Roh Kudus, rasul Paulus beroleh karunia berbahasa Roh, bahkan dia berbahasa Roh melebihi dari yang lainnya (lihat 1 Kor. 14:18). Apakah pantas kita mengatakan bahwa mereka semua belum dibaptis oleh Roh Kudus karena tidak disertai berbahasa Roh? Tentu saja, tidak!

Jadi, dapatlah disimpulkan bahwa baptisan Roh Kudus adalah tindakan yang dilakukan oleh Allah, bukan oleh hamba Allah. Orang yang dibatis Roh kudus menerima tubuh Kristus dan menjadi anggota tubuh di mana Kristus adalah kepalanya. Baptisan Roh kudus itu terjadi pada saat seseorang mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru selamatnya secara pribadi. Bisa saja baptisan Roh kudus itu disertai dengan berbahasa Roh atau tidak berbahasa roh, atau bentuk manifestasi Roh kudus lainnya. Karena itu tidak salah mengatakan bahwa bahasa Roh adalah salah satu tanda dipenuhui Roh kudus, bukan satu-satunya tanda!

Kita tidak bisa menetapkan atau memformulasikan manifestasi Roh kudus seperti apa? Bisa saja dengan disertai berbahasa Roh atau tidak sama sekali. Penekanannya adalah sikap hati yang hancur karena kesadaran diri sebagai orang berdosa serta pengakuan secara pribadi bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat. Ya, itu sudah cukup! Karena itu haruslah kita percayai bahwa kita sudah menerima baptisan Roh Kudus.

5. APAKAH BAPTISAN ROH KUDUS SAMA DENGAN KARUNIA ROHANI?

Baptisan Roh kudus berbeda dengan karunia rohani. Baptisan Roh kudus menjadikan seorang yang beriman kepada Yesus menerima tubuh Kristus (sah sebagai warga kerajaan Allah). Sementara karunia rohani adalah kemampuan untuk melayani dalam kerajaan Allah. Keduanya, baik itu baptisan Roh kudus maupun karunia rohani adalah prakarsa dan  tindakan Allah semata, bukan karena manusia.

Dalam kenyataannya, banyak terjadi kekeliruan dalam mendefenisikan karunia rohani. Banyak umat Tuhan yang lalai sehingga tidak mengetahui secara pasti karunia rohani yang diberi Tuhan kepadanya. Pantaslah bila akhirnya gereja mengalami kebutaan rohani sehingga tidak bisa membedakan antara karunia Roh dengan buah Roh. Padahal perintah untuk mengetahui karunia rohani bersifat keharusan atau imperatif, bukan alternatif (lihat 1 Tim. 4:14 band. 2 Tim. 1:6). Gereja Tuhan harus ada upaya dan kerja keras untuk berlatih dan jangan lalai untuk mempergunakan karunia serta mengobarkan karunia.

Karunia Roh bukan ukuran kerohanian, melainkan kemampuan untuk melayani pekerjaan rohani. Kedewasaan rohani seseorang bukan diukur dari karunia Roh yang dimilikinya, melainkan dari buah-buah Roh (band. Gal. 5:22-26). Memang banyak kemiripan dengan bakat, namun karunia Roh berbeda dengan bakat. Karunia Roh pemberian Tuhan, sementara bakat berupa kemampuan alamiah yang diturunkan dari orang tua. Karunia Roh lahir secara rohani untuk kemuliaan nama Tuhan, sementara bakat lahir secara jasmaniah yang dapat dipakai untuk melecehkan atau mengutuk Yesus (band. 1 Kor. 12:3). Bakat bermanfaat untuk kepentingan pribadi atau masyarakat umum, sementara karunia Roh diberikan Tuhan khusus untuk kehidupan gereja (1 Kor. 14:5). Persamaan di antara keduanya dapat dipakai untuk kemuliaan Tuhan dan harus dikembangkan karena tidak dapat langsung jadi.

Karunia rohani adalah kemampuan, karena itu dapat ditiru dan dipalsukan. Dan yang lebih tragis lagi, adanya fakta-fakta tentang penyalahgunaan karunia Roh. Hal itu terlihat dari penekanan terhadap salah satu karunia tertentu yang dianggap paling hebat. Menyombongkan karunia-karunia yang dimiliki dan merendahkan karunia-karunia yang lainnya. Memaksa orang lain untuk bisa mempunyai karunia Roh seperti dirinya. Sebagai akibatnya maka yang lainnya merasa minder atau rendah diri atas karunia Roh yang dimilikinya. Semuanya ini menunjukkan adanya penyalahgunaan karunia-karunia Roh di dalam kelangsungan gereja Tuhan.

Apa sesungguhnya arti dari karunia Roh? Karunia Roh adalah kemampuan, bukan ukuran kerohanian atau buah-buah roh. Karunia Roh itu diberikan oleh Roh Kudus (Gift) kepada setiap orang percaya. Setiap orang beriman kepada Yesus pastilah memiliki karunia Roh, bisa satu atau lebih karunia Roh yang diberikan kepadanya (1 Kor. 12:11; 1 Ptr. 4:10). Setiap orang percaya dituntut untuk mengejar dan mengusahakannya (band. 1 Kor. 14:1). Tuhan memberikan karunia Roh semata-mata untuk kepentingan pelayanan rohani agar gereja-Nya dapat maju dalam jumlah dan mutu (kuantitas & kualitas).

Karunia Roh itu bermacam rupa, namun berasal dari satu Roh (1 Kor. 12:4). Roh Kudus itu sendiri yang memberikan karunia rohani kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya (1 Kor. 12:11). Karena itu, sangat tak beralasan bila beranggapan bahwa karunia bahasa roh itu berasal dari setan; karunia bahasa roh bukanlah spiritisme, tetapi spritualitas. Beranggapan bahwa karunia bahasa roh itu sudah berhenti, tidaklah argumentatif karena tidak ada satu ayat Alkitab yang menyatakannya secara eksplisit bahwa bahasa roh itu sudah berakhir.

Di jemaat Korintus terjadi persoalan perihal karunia rohani. Selaku bapak rohani maka rasul Paulus mengajarkan topik karunia rohani agar jemaat memiliki pemahaman yang utuh dan benar (lihat 1 Kor. 12:1-11; 1 Kor. 14:1-25). Ia juga memberikan arahan pastoral dengan menyatakan bahwa bahasa roh itu adalah komunikasi dengan Allah secara pribadi. Karena dia berbahasa roh maka tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya, oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia (lihat 1 Kor. 14:2 band. Yoh. 4:23-24). Karena berbahasa roh bersifat rahasia, maka yang tidak dapat mengetahuinya bukanlah setan, tetapi manusia. Tidak pula berarti bahwa setan bisa mengetahui makna dari bahasa roh itu. Memang setan makhluk roh, tetapi setan bukan maha tahu dan tidak maha kuasa.

Bila bahasa roh diterapkan dalam pertemuan jemaat, rasul Paulus memerintahkan agar jemaat yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkan (1 Kor. 14:13). Pernyataan rasul Paulus dalam hal ini bermakna ganda. Pertama, bila yang memiliki karunia bahasa roh itu berdoa, lalu diberi karunia untuk menafsir maka berbahasa  boleh diterapkan di pertemuan jemaat.

Yang kedua, bila tidak diberi dan tidak ada yang memiliki karunia untuk menafsir maka berbahasa roh sepertinya kurang efektif untuk diterapkan dalam pertemuan jemaat. Atau dimaknai bahwa bahasa roh itu sebagai doa dan penyembahan. Nah, agar doa dan penyembahan yang diistilahkan bahasa roh itu menjadi rohani; tidak menjadi batu sandungan tetapi membangun iman maka keseimbangan antara “berdoa dengan roh” dan “berdoa dengan akal budi” dilakukan; keseimbangan antara “menyanyi dan memuji dengan roh” dengan “menyanyi dan memuji dengan akal budi” dilaksanakan (1 Kor. 14:15-16). Intinya, rasul Paulus tidak menghendaki bila karunia bahasa roh itu menjadi batu sandungan dan tidak membangun jemaat (1 Kor. 14:17-19), karena tujuan karunia rohani itu diberikan oleh Allah untuk kebaikan gereja-Nya (1 Kor. 12:7).

Memang rasul Paulus lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh (1 Kor. 14:19). Namun bukan berarti ia melarang jemaat berbahasa roh karena ia sendiri pun berbahasa roh (1 Kor. 14:18). Malah ia menganjurkan jemaat untuk mengejar dan mengusahakan agar mereka memperoleh karunia-karunia Roh, termasuk juga karunia bahasa roh (lihat 1 Kor. 14:1). Namun secara tegas ia mengingatkan bahwa hakekat dari karunia rohani adalah membangun kerohanian  termasuk juga karunia berbahasa roh (lihat 1 Kor. 14:4).

Catatan


1  David L. Baker, Roh Dan Kerohanian Dalam Jemaat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 76.

2 Traugott G.R. Boeker, Baptisan Dalam Roh Kudus Dan Second Blessing (Batu, Malang: Departemen Literatur YPPII, 1991),

3 Charles C. Ryrie, Teologi Dasar. Jilid 2 (Yogyakarta; Yayasan Andi, 1993), 141.

4 Reuben Archer Torrey, The Holy Spirit: Who He Is And What He Does (Old Tappan: Fleming Revell, 1927), 113.

5 William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Matius Fasal 1-10 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 78-79.

No comments:

Post a Comment

Misi Kristus Sedunia

PELAJARAN SEKOLAH MINGGU

  TANGGAL   PELAJARAN SEKOLAH MINGGU KATEGORI Babak pertama        ...