Sunday 24 September 2017



KEPEMIMPINAN DALAM PRESPEKTIF KRISTEN
Oleh : Ps.eko basuki

I.                   PENDAHULUAN
Bagaimana menyatakan pandangan para pemimpin di kalangan kekekristenan?
Supaya saya dapat memahami bagaimana keadan kepemimpinan yang ada sekarang ini, karena banyak pemimpin Kristen yang berdasarkan pada nama Tuhan yang sama. Tapi pusat atau fokus mereka berbeda-beda, misalnya kalangan karismatik bertumpu pada figur pendeta yang dikagumi, untuk kalangan gereja-gereja yang sudah mapan kepemimpinan- nya berupaya kepada kepemimpinan kolektif, kalangan gereja-gereja yang dikenal Injili. Kepemimpinan di sini didukung oleh tim pengelola atau menejemen yang andal semakin besar gerejanya semakin andal mereka mengoperasikan pelayanannya, bahkan mereka pandai mendapat dukungan dana. Mereka juga cukup andal menerjemahkan wacana dan visi yang sulit kedalam tindakan nyata. Namun kecenderungan individualisme juga amat besar diantara para pemimpin mereka.[1]  Menurut schwartz, pada dasarnya tiap-tiap kelompok di atas cenderung berat sebelah dalam mengaflikasikan penghayatan mereka tentang Allah Bapa, dan Roh Kudus.[2]
       Ingatlah perkembangan kepemimpinan bukanlah merukapakan suatu “kejadian” tetapi merupakan suatu “proses”. Saya tidak percaya saya siap menjadi seorang pemimimpin yang benar dan besar dalam janka waktu sehari. Itulah sebabnya dalam makalah ini merupakan bagian dari perjalanan pergumululan saya (penulis) dalam pelayanan selama 17 tahun di Papua yaitu tentang pemimpin yang benar, dan kepemimpinan yang kembali kepada Amanat Agung Tuhan sebagai pelayan. Saya dengan rendah hati dengan rasa hormat ikut serta dalam usaha keras ini, dalam “proses” Kepemimpinan yang Reformed dengan cara mengisi diri dan belajar kembali di STTAPA ini, dengan mengambil bagian dalam tantangan untuk melengkapi diri memimpin dan melengkapi kebutuhan bagi gereja dari Yesus Kristus Sang Pemimpin Agung.
       Dalam makalah ini saya (penulis) Akan berusaha membahas “Kepemimpinan Kristen dalam Prespektif Reformed”, yang akan mefokuskan pada pembahasan mengenai Karakteristik (sifat-sifat) kepemimpin kristen, karena karakteristik (sifat-sifat) akan mendasari kepemimpinan Kristen sebagai Pelayan dalam perspektif Reformed. Itulah yang penulis bahas dalam makalah ini.

Nama              : Eko Basuki
Nim                 : 02.17.041/D.Th.
Buku               : Eksegese Perjanjian Lama
Penulis            : Dr. Harianto GP., D.Th.

Bab I Pendahuluan
Sebuah disiplin ilmu yang wajib dimiliki oleh seseorang yang ingin memperlengkapi dirinya tentang pemahaman biblika (nilai-nilai yang alkitabiah) adalah disiplin ilmu penafsiran Alkitab. Ketika seseorang membaca ayat-ayat Alkitab sebenarnya ia sedang duduk diam dan mencoba menafsirkan apa yang hendak dikatakan oleh ayat-ayat yang sedang dibacanya tersebut. Dan seringkali, bila ia adalah seorang Kristen yang diurapi Roh Kudus dan membiarkan Roh Kudus bekerja dalam dirinya maka ia membuka makna dalam ayat-ayat tersebut. Tetapi, seringkali pula bahkan banyak ayat-ayat yang sulit untuk dimaknai karena memang karakter ayat tersebut adalah “rahasia”. Dengan demikian, maka seseorang akan mengalami kesulitan untuk mencoba memaknai ayat tersebut sejelas-jelasnya. Tetapi, ketika memiliki kemampuan ilmu penfasiran, maka perlahan-lahan ia akan mampu memaknai ayat dalam konteksnya.
Ilmu (ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Thomas Kuhn mengatakan bahwa ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, baik dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya.Selanjutnya, Francis Bacon menegaskan singkat bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid dan hanya fakta-fakta yang dapat menjadi objek pengetahuan.
Pendekatan memahami Alkitab adalah usaha memahami Alkitab (sebagai studi tentang makna teks (hermeneutika, eksegesis dan eksposisi) dan pemaknaan teks bagi kehidupan masa kini. Sebagai seni menafsir, artinya kegiatan ini akan berkembang pada diri pelaksananya melalui keterampilan, serta kemampuannya menerapkan metode atau prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Sejak Alkitab itu ada hingga ratusan tahun, maka penafsiran Alkitab mengalami perkembangan dengan begitu cepat dan kompleks.

Bab II Evaluasi Buku
Bab I : Penafsiran Alkitab Suatu Studi Penelitian Biblika. Dalam bab ini dibahas tentang Sejarah penafsiran Alkitab, PL, Yesus dan para murid menuju orang Kristen, Pentinganya Metode Penafsiran, serta Tafsir: Hermeneutika, Eksegese dan Eksposisi. Penafsiran Alkitab adalah ilmu biblika yang dapat ditafsirkan dengan pendekatan penelitian hermeneutika, eksegese atau eksposisi. Semula diawali dengan pola penafsiran orang Yahudi: (1) Pola penafsiran dari Ezra sampai zaman Tuhan Yesus.  (2) Pola penafsiran Tuhan Yesus dan orang Kristen abad pertama. (3) Pola penafsiran Alegoris pada masa awal kekristenan. (4) Pola penafsiran harfiah pada abad-abad pertama. (5) Pola penafsiran Bapa-bapa Gereja Latin hingga abad pertengahan. (6) Pola penafsiran pada masa renaisans, reformasi dan pascareformasi, (7) Pola penafsiran pada abad Modern, (8) Pola penafsiran pada tiga dekade terakhir abad ke-20. Metode penafsiran itu sudah ada dan berulang sepanjang zaman.Ia mengikuti aturan dan norma dalam disiplin ilmiah. Ia berhasil membuktikan bahwa ilmu penafsiran Alkitab teruji dan semakain sempurna sepanjang perjalanannya. Tetapi, tetap saja bahwa tidak semua teks Alkitab dapat dimengerti oleh pembacanya dengan jelas karena memang Tuhan telah  “menyembunyikan” makna sesungguhnya. Dengan  demikian, maka penafsiran teks untuk memahamai Alkitab tidaklah sama di antara para  penafsir satu dengan dan sering mendapatkan hasil makna yang berbeda pula.
Fenomena di atas, yang menyebabkan terjadi perkembangan penfasiran yang semakin tahun semakin kompleks: masa Ezra hingga Yesus hingga masa kini. Sementara tetap saja hasil dari penafsiran masih menjadi berdebatan perbedaan.Begitunya penafsiran Alkitab dengan pendekatan Hermeneutika, Eksegese dan Eksposisi dalam menggali makna teks. Pendekatan tafsir Hermeneutika, Eksegese dan Eksposisi menjadi satu “Penelitian Biblika” yang terbaik pada masa kini.

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN

Makalah ini dilatarbelakangi oleh tinjauan pendidikan yang akan datang (di masa depan), dengan faktor-faktor yang menentukan pendidikan Indonesia nantinya, maka tindakan antisipatif dan adaptif yang tepat dan berwawasan luas dianggap akan mampu mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan. Sejalan dengan prinsip pendidikan yang dikemukakan Kasmadi (1992), hendaknya diterapkan dalam perkembangan dunia yang semakin global dengan tantangan utama (oleh Pannen : 1999) masalah nilai tambah dan kesejahteraan, hilangnya batas negara dan dominasi ilmu pengetahuan dan teknologi pada negara-negara berkembang. Dalam pada itu kesulitan-kesulitan yang dihadapi pendekatan tradisional dan konvensional dalam pemecahan masalah pendidikan menghantarkan pada perlunya pemanfaatan teknologi dalam pendidikan. Makalah ini dibatasi pada pemanfaatan teknologi dalam pendidikan secara umum, yaitu cara pemanfatan teknologi dalam pendidikan.

Misi Kristus Sedunia

PELAJARAN SEKOLAH MINGGU

  TANGGAL   PELAJARAN SEKOLAH MINGGU KATEGORI Babak pertama        ...