Monday 17 July 2017

Pengertian KBM

Pengertian Kegiatan Belajar Mengajar



    Setiap sekolah dalam pendidikan formal maupun non formal, pasti terdapat kegiatan belajar mengajar yang merupakan interaksi antara guru dengan siswanya....         




    Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
  Pengertian Kegiatan Belajar Mengajar
            Proses belajar-mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams & Decey dalam Basic Principles Of Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, suvervisor, motivator, penanya, evaluator dan konselor.
a.    Guru sebagai demonstrator
      Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah bahwa ia sendiri adalah peserta didik. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus.
      Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya ialah agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh peserta didik.
     b.  Guru sebagai mediator dan fasilitator
      Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajarmengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar.
c.  Guru sebagai evaluator
      Dalam dunia pendidikan, setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan akan diadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan tadi orang selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Penilaian perlu dilakukan, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

    Tujuan Kegiatan Belajar Mengajar
            Dalam setiap Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang berlangsung, pasti ingin selalu diketahui hasilnya, yaitu mengenai seberapa jauh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Hasil dari KBM tersebut sering disebut dengan istilah prestasi belajar.
            Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu  usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Lebih lanjut Nurkancana dan Sunartana (1992) mengatakan : “Prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial(potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi.”  Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan(ability).
            Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah peserta didik yang bersangkutan dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kecakapan nyata(actual) bukan kecakapan potensial.
            Prestasi belajar yang dicapai dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan pula pada manusia, khususnya yang berada pada bangku sekolah. Oleh karena itu, prestasi mempunyai beberapa fungsi. Adapun fungsi prestasi belajar menurut Zainal Arifin (1990 : 3) antara lain :
1)      Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai peserta didik.
2)      Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3)      Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4)      Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern suatu institusi pendidikan. Indikator intern berarti bahwa prestasi belajar dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan
5)      Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) peserta didik.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan inti dari proses pendidikan secara universal (keseluruhan), sedangkan guru merupakan komponen sebagai pemegang peranan fasilitator dan mediator. Banyak pandangan dan konsep dari para pemikir, pakar, praktisi pendidikan yang menguraikan tentang teori belajar mengajar. KBM merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan murid itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya KBM.
KBM mempunyai makna, pengertian dan cakupan yang luas. Dalam KBM tersirat adanya satu kesatuan (agregasi) kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang. Salah satu instrumen untuk menjadikan KBM menjadi efektif dan efisien bahkan lebih komunikatif adalah berkaitan dengan media, yaitu bagaimana guru dan murid secara kooperatif (kerja sama) memanfaatkan media pembelajaran itu sendiri.

KBM :Kegiatan Belajar Mengajar



Jumat, 10 Oktober 2014


KBM (kegiatan belajar mengajar)



BAB I
Pendahuluan

1.1              Latar Belakang
prestasi belajar merupakan hasil belajaryang dicapai setelah melalui proses belajar mengajar. prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai studi yang telah diberikan oleh guru dari jumlah bidang studi yang dipelajari oleh peserta didik. Kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan menghasilkan pembelajran yang maksimal.dalam proses pencapaiannya, prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai factor. Salah satu factor utama yang paling mempengaruhi adalah keberhasilan guru.

1.2              Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah prinsip dan cirri KBM?
2.      Bagaimanakah cara mengelola KBM?
3.      Bagaimanakah cara menyediakan pengalaman belajar bagi siswa?
4.      Bagaimanakah cara memilih strategi pembelajaran?
1.3              Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui prinsip dan cirri KBM
2.      Untuk mengetahui cara mengelola KBM
3.      Untuk mengetahui cara menyediakan pengalaman belajar bagi siswa
4.      Untuk mengetahui cara memilih strategi pembelajaran










BAB II

2.1       Ciri dan Prinsip Kegiatan Belajar Mengajar
2.1.1    Ciri-Ciri KBM
Menurut pandangan awam, belajar adalah kegiatan seseorang yang tampak dalam wujud duduk di kelas, mendengarkan guru yang sedang menerangkan, menghafal sesuatu atau mengerjakan kembali apa yang telah diperolehnya di sekolah. Tetapi pendapat para ahli pendidikan tentang makna belajar lebih luas lagi, misalnya dengan adanya konsep long-life education, bahwa seluruh gerak dan tempat hidup siswa merupakan kegiatan belajar.
Karena subjek ajar adalah peserta didik, maka mau tidak mau peserta didik harus aktif. Jadi, belajar tidak lain adalah proses yang memungkinkan berbagai potensi yang ada pada diri peserta didik dalam berinteraksi secara aktif dengan guru, peserta didik lain, dengan konsep dan fakta yang muncul di dalam kelas, dan dengan lingkungan belajar sebagai satu kesatuan.
Sebagai suatu proses perngaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut :
1.   Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud dengan kegiatan belajar mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian.
2.   Ada suatu proses (jalannya interaksi) yang direncanakan, di desain untuk mencapai secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau langkah-langkah sistematik dan relevan.
3. Kegiatan belajar mengajarditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus di desain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan.
4.   Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan syarat untuk bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
5.   Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberi motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan dispilin. Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.
7.   Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditingkatkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai.
8.   Evaluasi. Dari seluruh kagiatan diatas, masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa diabaikan, setelah guru melakukan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lalkukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah dilakukan.

2.1.2    Prinsip-Prinsip Mengajar
Adapun prinsip-prinsip mengajar tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Apersepsi
Yaitu psikologi struktur yang mengemukakan bahwa pengalaman mempunyai foreground (objek yang diperhatikan) dan background (bahan-bahan yang telah diamati terdahulu). Jiwa manusia pada dasarnya adalah kumpulan dari bahan-bahan apersepsi atau pengalaman-pengalaman masa lampau.
b)     Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang tumbuh karena tingkah laku dan kegiatan manusia. Pada dasarnya motivasi ingin memberikan jawaban dari tiga persoalan yang menyangkut tingkah laku manusia. Yaitu: apa, mengapa, dan bagaimana.
1)      Apa yang diinginkan manusia?. Kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan dan hasil-hasil apa yang ingin dicapai oleh seseorang (tujuan)
2)      Mengapa ia berbuat demikian?. Pertanyaan ini berusaha untuk menemukan jawaban sebab apa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan tertentu (motif).
3)      Bagaimana ia melakukannya?. Pertanyaan ini berusaha untuk mengetahui proses-proses apa yang dialami dalam usaha untuk mencapai suatu hasil tertentu (proses).
c)      Aktivitas
Dalam proses mengajar keaktifan pendidik yang didikuti keaktifan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses belajar-mengajar yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal.
Dewasa ini prinsip aktivitas dalam belajar digalakkan dengan dipergunakannya CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dalam proses belajar –mengajar karena pada dasarnya tidak ada belajar tanpa keaktifan peserta didik (dalam lingkup sekolah formal).
d)     Korelasi dan Integrasi
Pandangan modern berpendapat bahwa pengajaran harus berkorelasi satu sama lain yang bertolak dengan pendapat sekolah tradisional yang mengotak-kotakkan setiap mata pelajaran. Gagasan ini mulai tumbuh setelah para ahli pendidikan mengajukan banyak pertimbangan yang mendukung perlunya korelasi:
1)      Setelah diteliti,  ternyata diantara beberapa mata pelajaran yang sejenis terdapat karakteristik yang sama seperti: sejarah dan ilmu bumi, ilmu hayat dan tumbuh-tumbuhan.
2)      Dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam penjualan tanah, seorang pembeli harus mengetahui berapa luas tanah, dimana tempatnya, milik siapa sebelumnya, dan lain sebagainya.
3)      Jiwa peserta didik masih bersifat konsentris. Ia lebih mudah menerima dengan cara keseluruhan dan instan dari pada melalui unsur-unsur yang terpisah.
e)      Lingkungan
Pada garis besarnya lingkungan terbagi dalam dua jenis: lingkungan alam misalnya hutan, sungai, batu gunung, tumbuhan , udara. Dan lingkungan sosial misalnya keluarga, masyarakat desa, masyarakat kota, dan lain-lain.
Lingkungan yang dibahas disini bisa dibagi dalam beberapa bagian:
1)      Alam sekitar dan lingkungan
2)      Interaksi individu dan lingkungan
3)      Lingkungan dalam pendidikan
f)       Kerja sama
Kerja sama berlangsung didalam suatu proses kelompok yang para anggotanya mengadakan hubungan satu sama lain dan berpartisipasi, memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan bersama.[1]
Secara umum prinsip belajar-mengajar itu meliputi:
1)      Belajar-mengajar menurut esensinya mempunyai tujuan.
2)      Dasar proses belajar-mengajar ialah suatu yang bersifat eksploratif serta menemukan, dan bukan merupakan pengulangan rutin.
3)      Hasil belajar-mengajar yang dicapai selalu memunculkan pemahaman atau pengertian yang dapat dipahami dan masuk akal.
4)      Hasil belajar itu tidak terikat pada situasi di tempat mencapainya, tetapi dapat juga digunakan di dalam situasi yang lain.
5)      Proses belajar-mengajar selamanya merupakan proses pengalaman, yaitu proses interaksi individu dengan lingkungannya.[2]

2.2       Cara Mengelola KBM
Kegiatan belajar- mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan.
Pengawasan yang dilakukan terhadap lingkungan itu turut menentukan sejauhmana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang bersifat menantang dan merangsang murid-murid untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan, serta mencapai tujuan yang diharapkan.
Pendekatan terbaik dalam mengelola kelas itu berupa perbuatan keputusan-keputusan yang direncanakan, bukan keputusan-keputusan spontan yang diambil dalam keadaan darurat. Jika seorang guru, dalam keadaan marah atau frustasi, menyuruh seorang siswa menghadap Kepala Sekolah dan di situ ditegur, mungkin si guru setelah tenang kembali, merasa bahwa hukuman tersebut terlalu berat. Apabila kelak tidak terjadi lagi pelangaran serupa oleh siswa lain, Jika demikian, ia bertindak tidak adil, tetapi jika tidak demikian, ia tidak konsisten. Biasanya antisipasi terhadap timbulnya masalah-masalah di kelas akan menolong guru terhindar dari dilema-dilema seperti itu, maka diperlukan sebuah perencanaan pengelolaan kegiatan belajar mengajar sebelum kegiatan belajar mengajar.[3]
Kualitas dan kuantitas belajar murid di dalam proses belajar-mengajar bergantung pada banyak faktor, antara lain murid-murid di dalam kelas, bahan-bahan pelajaran, perlengakapan belajar, kondisi umum dan suasana di dalam proses belajar-mengajar. Adapun faktor-faktor lainnya yang dapat mendukung terciptanya kondisi belajar yang baik di dalam kelas adalah persiapan apa yang akan dilakukan (job description) selama proses belajar-mengajar yang memuat suatu rangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelimpok-kelompok siswa. Sehubungan dengan itu job description guru dalam pengelolaan proses belajar-mengajar adalah:
1)      Perencanaan instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar.
2)      Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan yang mengandung terciptanya proses belajar-mengajar.
3)      Menggerakkan peserta didik yang merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar peserta didik.
4)      Supervisi dan pengawasan, yaitu usaha mengawasi, menunjang, membantu, menugaskan, dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah didesain.
5)      Penilaian yang lebih bersifat assessment(penaksiran/ penilaian situasi) yang mengandung pengertian yang lebih luas dibanding dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan.
Proses pengelolaan KBM sangat halus dan tidak terpisah sehingga tidak dapat dianalisis ke dalam komponen-komponen karena proses pengelolaan kelas merupakan keseluruhan yang tak dapat dibagi-bagi.
Berbagai upaya telah diusahakan untuk menganaisis proses pengelolaan KBM ke dalam unsur-unsur komponennya, adapun komponen-komponen tersebut adalah:
a)      Perencanaan (yang meliputi penciptaan, penyusuna program, dan perumusan kegiatan),
1)      Menetapkan apa yang dikerjakan, kapan, dan bagaimana cara melakukannya.
2)      Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan-pelaksanaan kerja untuk mencapai keefektifan maksimum melalui proses penentuan terget.
3)      Mengembangkan alternatif-alternatif.
4)      Mengumpulkan dan menganalisis informasi.
5)      Mempersiapkan dan mengomunikasikan rencana dan keputusan-keputusan.
b)      Pengorganisasian ( yang meliputi pemanfaatan sumber dan pembagian tugas),
1)      Menyediakan fasilitas, perlengakapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk penyusunan kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana melalui proses penetapan kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan rencana-rencana tadi.
2)      Mengelompokkan komponen kerja kedalam struktur organisasi secara teratur.
3)      Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
4)      Merumuskan dan menentukan metode dan prosedur.
5)      Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja, serta mencari sumber-sumber lainnya yang diperlukan.
c)      Pengarahan ( yang meliputi motivasi, supervisi, dan koordinasi),
1)      Menyusun kerangka waktu dan biaya yang terinci.
2)      Memprakarsai dan menampilkan kepemimpina dalam melaksanankan rencana-rencana dengan pengambilan keputusan-keputusan.
3)      Mengeluarkan instruksi-instrusi yang spesifik.
4)      Membimbing, memotivasi, dan memantau keadaan lapangan langsung.
d)     Pengawasan (yang meliputi penganggaran, pelapor, dan evaluasi)
1)      Mengevaluasi pekerjaan dibandingkan dengan rencana.
2)      Melaporkan penyimpangan-penyimpangan dalam suatu waktu untuk tindakan koreksi dan mengajukan cara tindakan koreksi dengan membuat standar-standar dan sasaran-sasaran.
3)      Menilai pekerjaan dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan.[4]

2.3              Pengajaran Berdasarkan Pengalaman
2.3.1        Pengertian Pengajaran Berdasarkan Pengalaman
Pengajaran berdasrkan pengalaman melengkapi siswa dengan suatu alternatif pengalaman belajar dengan menggunakan pendekatan kelas, pengarahan guru misalnya metode ceramah. Strategi pengajaran ini menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi. Rumusan pengertian tersebut menunjukkan bahwa pengajaran berdasarkan pengalaman memberi para siswa seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. Cara ini mengarahkan para siswa ke dalam eksplorasi yang alami dan investigasi langsung kedalam situasi pemecahan masalah/daerah mata ajaran tertentu.
Tujuan pendidikan yang mendasari strategi ini adalah:
1)      Untuk menambah rasa percaya diri dan kemampuan pelajar melalui partisipasi belajar aktif.
2)      Untuk menciptakan interaksi sosial yang positif guna memperbaiki hubungan sosial dalam kelas.
Strategi ini dilandasi teori John Dewey, yakni prinsip belajar sambil berbuat (learning by doing). Prinsip ini berdasarkan asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan personal, dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, meningkat apabila guru menerima peranan nonintervensi.
2.3.2        Pelaksanaan Teknik Pengajaran Berdasarkan Pengalaman
Prosedur untuk mempersiapkan pengalaman belajar “sambil berbuat” bagi siswa adalah sebagai berikut:
1)      Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) mengenai hasil yang potensial/memiliki seperangkat hasil-hasil alternatif tertentu.
2)      Guru memberikan rangsangan dan motifasi pengenalan terhadap pengenalan.
3)      Siswa dapat bekerja secara individual/bekerja dalam kelompok-kelompok kecil/keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman.
4)      Para siswa ditempatkan dalam situasi-situasi nyata pemecahan masalah, bukan dalam situasi pengganti. Contoh: Di dalam kelompok kecil siswa membuat miniatur kota dengan menggunakan potongan-potongan kayu, bukan menceritakan cara membangun suatu miniatur kota.
5)      Siswa aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, membuat keputusan sendiri, dan menerima konsekuensi berdasarka keputusan tersebut.
6)      Keseluruhan kelas menyajikan pengalaman yang telah dipelajari sehubungan dengan mata ajaran tersebut untuk memperluas belajar dan pemahaman guru melaksanakan pertemuan yang membahas bermacam-macam pengalaman tersebut.
Pertemuan pembahasan terdiri dari 4 bagian, yakni review, analisis, distilasi, dan integrasai.
1)      Review terhadap peristiwa secara terperinci/mendetail.
2)      Menganalisis aspek-aspek peristiwa. Guru harus membantu siswa mengidentifikasi masalah sentra/isu yang berkaitan dengan peristiwa.
3)      Mendistilasi prinsip-prinsip dan nilai premisis yang berkaitan dengan peristiwa.
4)      Mengintegrasikan pengalaman baru ke dalam kerangka belajar siswa. Gugu menghubungkan pengalaman baru itu dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
Dengan cara melaksanakan pertemuan, pembahasan tersebut mendefinisikan apa yang terjadi, dan pembagian temuan merupakan karakteristik yang membedakan dengan strategi “belajar pengalaman”. Belajar pengalaman terutama terpusat pada pemberian kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang bersifat terbuka dan siswa membimbing diri sendiri.[5]

2.4       Cara Memilih Strategi Pembelajaran
Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesasan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan J.R. David (1976): Strategy a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal, sehingga dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada dua hal yang perlu dicermati dalam ini, yaitu: pertama, strategi pembelajaran merupakan rancangan tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk rancangan penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dick dan Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar siswa.
Upaya mengimplementasikan rencana sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tecapai secara optimal, disebut Metode. Dalam satu strategi dapat digunakan beberapa metode, misalnya strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi. Dengan demikian, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan suatu strategi.
Istilah lain yang mirip dengan strategi adalah pendekatan. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode, pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) mencatat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran juga dikenal istilah teknik dan taktik mengajar. Teknik dan taktik merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu, sehingga taktik bersifat lebih individual.
Suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan. Strategi dapat didapatkan berbagai metode pembelajaran. Metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan teknik memiliki taktik tersendiri oleh setiap guru.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan dipilih, sebagai berikut:
1.   Tujuan yang ingin dicapai, semakin kompleks tujuan yang ingin dicapai maka semakin rumit strategi yang akan dirancang. Tujuan pembelajaran berkenaan dengan aspek kognitif, afektif atau psikomotorik, sehingga kompleksitas tujuan berimplikasi pada rancangan strategi dan keterampilan lain yang dibutuhkan untuk pencapaiannya.
2.   Bahan atau materi yang pembelajaran, berkaitan dengan conten yang akan dipelajarai, prasyarat tertentu dan sumber belajar yang dibutuhkan.
3.   Pertimbangan dari sudut siswa, strategi yang dipilih harus sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, seperti tingkat kematangan siswa, minat siswa dan gaya belajar siswa.
4.   Pertimbangan dari strategi itu sendiri, berkaitan dengan jumlah strategi yang akan digunakan, strategi terbaik serta efektivitas dan efisiensi strategi yang akan digunakan.
Dari beberapa hal yang dipertimbangkan di atas, sebagai guru yang telah menempah diri melalui proses pendidikan dan pengalaman akan memiliki daya intuisi dalam menentukan strategi yang tepat yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran di kelas. Bahwa proses yang baik diasumsikan dapat menghasilkan produk yang baik.


BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Belajar adalah kegiatan seseorang yang tampak dalam wujud duduk di kelas, mendengarkan guru yang sedang menerangkan, menghafal sesuatu atau mengerjakan kembali apa yang telah diperolehnya di sekolah. Tetapi pendapat para ahli pendidikan tentang makna belajar lebih luas lagi, misalnya dengan adanya konsep long-life education, bahwa seluruh gerak dan tempat hidup siswa merupakan kegiatan belajar.
Beranjak dari pengertian diatas bahwa proses belajar- mengajar bukan sekedar guru menyampaikan pelajaran, tapi sebelum itu harus melalui proses persiapan yang matang agar tujuan dari pembelajaran bias tercapai dengan maksimal dan agar bias lebih afektif dan efisien mulai dari cara pengelolaan, cara menyediakan pengalaman belajarsiswa, dan cara memilih strategi pembelajaran.


















DAFTAR PUSTAKA
James Popham, Eva L Baker, 1981,Bagaimana Mengajar Secara Sistematis, Yogyakarta, Penerbit Kanisius.
Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, Zainal Arifin, 1989, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Rosdakarya.
Oemar Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, PT.Bumi Aksara.



[1] Drs. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar B.A. , Drs. Zainal Arifin, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, hal.90-155
[2] Drs. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar B.A. , Drs. Zainal Arifin, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, hal.89-90
[3] W. James Popham, Eva L Baker, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis, hal.120
[4] Drs. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar B.A. , Drs. Zainal Arifin, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, hal.182-185
[5] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, hal. 212-214.

Misi Kristus Sedunia

PELAJARAN SEKOLAH MINGGU

  TANGGAL   PELAJARAN SEKOLAH MINGGU KATEGORI Babak pertama        ...