Tuesday 17 November 2020

Maranatha

 *Shalom atau Maranatha?*



Dua puluhan tahun lalu kita hampir tdk mendengar org Kristen atau pengkhotbah berseru Shalom dari mimbar.  Mengapa?  Karena itu bukan seruan kekristenan melainkan Yahudi, sekalipun artinya sangat bagus. Seruan kekristenan ialah *maranatha*, krn org Kristen sangat amat merindukan kedatangan Tuhan, bukan berencana akan hidup damai terus di bumi. Bahkan Tuhan sudah peringatkan bahwa orang Kristen akan dibenci dan dianiaya karena namaNya. *Maranatha* pun bukan bahasa Yunani, melainkan bhs Aramik yg Paulus _transliterated_ ke tulisan Yunani,  yg artinya Tuhan, datanglah.


Maranatha is Aramaic word ܡܪܢ ܐܬܐ (moran-eto) "our lord has come" (Greek: Μαρανα θα (marana-tha) "come, our lord!"), Latin: (Maran-Atha) "our lord has come") <https://en.m.wikipedia.org/wiki/Maranatha>


MENURUT PENGAMATAN SAYA, orang lain boleh tidak setuju, sejak banyak Muslim jadi Kristen mulailah seruan Shalom terdengar dari mimbar.  Mengapa?  Jawabannya, karena terpengaruh konsep Islam yang semakin Arab orang akan dianggap semakin rohani, dan konsep ini melekat sampai saat mereka menjadi Kristen, dan kemudian mereka menerapkan konsep itu dalam kehidupan kekristenan mereka. Mereka mencari pengganti kebiasaan mereka memakai bahasa Arab, dan kata Shalom cocok untuk menggantikan Asalam mualaikum mereka. Dalam berbagai kesempatan mereka biasanya baca ayat Alquran dalam bahasa Arab dan berkata-kata dalam bahasa Arab beberapa kalimat sebelum melanjutkan khotbah mereka dengan bahasa Indonesia. Dan mereka ngotot Alquran tidak boleh diterjemahkan melainkan tafsir, padahal itu sesungguhnya diterjemahkan. 


Ketika sejumlah Muslim jadi Kristen, biasanya mereka tidak diajar melainkan dimanfaatkan untuk bersaksi,  karena kebanyakan mereka "ditangkap"  oleh denominasi yang tidak menekankan pengajaran melainkan kesaksian, yang tentu tidak ada orang yang qualify mengajar mereka. Oleh sebab itu mereka tidak mengerti kebenaran dan tetap pada konsep Islam mereka bahwa semakin Arab semakin terkesan rohani, dan bahasa Arab adalah bahasa Islam. Tetapi untuk diterapkan dalam kekristenan mereka bingung karena PL bahasa Ibrani, PB bahasa Yunani.  Namun bagaimanapun karena Islam lebih dekat PL dan Yerusalem ada di Israel yang bisa dikonsepkan sebagai tanah Suci pengganti Mekkah, dan sistem ibadah PL lebih cocok dengan Islam, maka terjadilah PENGKONSEPAN islam ke dalam Kristen, dengan bahasa Ibrani sebagai pengganti bahasa Arab dan Yerusalem sebagai pengganti Mekkah.  Terjadilah seruan dari mimbar *SHALOM* dan makin hari semakin menyebar, bersamaan dengan konsep Yerusalem sebagai tanah suci,  sehingga di China dan Korea dan dimana-mana orang Kristen berseru SHALOM!


Bahkan bukan cuma shalom, muncul juga Kristen keyahudi-yahudian yang tidak mau menyebut kata Yesus melainkan YESHUA. 😊😊 Mirip para Kyai yang merasa sangat bangga dengan memakai bahasa Arab, demikian juga para EBIONIT MODERN ini sangat bangga bisa pakai bahasa Ibrani. 


Tentu perusahaan Tour & Travel sangat senang dan turut memacu konsep ini,  terlebih konsep tanah suci dan mendorong orang berbondong-bondong ke tanah suci. Shalom adalah bahasa Ibrani dan salam adalah bahasa Arab, yang artinya PERSIS SAMA. Bahasa Indonesia memungut salam yang adalah bahasa Arab menjadi bahasa Indonesia, RESMI SUDAH JADI BAHASA INDONESIA. Jadi mengapa tidak berseru SALAM yang sudah menjadi bhs Indonesia?


Ada orang salah menanggapi saya, mereka berkata mengapa urusan kecil begini diurus?  Tentu kecil besarnya urusan sangat tergantung yang memandang dan dampaknya terhadap kekristenan. Kekristenan tidak seperti agama lain yang memiliki tempat suci dan bahasa tertentu sebagai ciri agama Kristen atau yang akan menunjukan pemakainya lebih rohani😊😊. Agama Islam dengan bahasa Arab, Yudaisme dengan bahasa Ibrani dan Hindu Budha dengan bahasa Sanskerta, tetapi kekristenan tidak ada BAHASA KHUSUS karena kekristenan adalah kumpulan kelompok orang yang beribadah dalam roh dan KEBENARAN. 


Saya sama sekali tidak memusuhi bahasa Ibrani, saat di Israel saya menyalami orang-orang Israel dengan kata Shalom,  bukan selamat pagi. Tetapi jika di Indonesia dan kepada orang Indonesia saya tentu menyalami mereka dengan SELAMAT MALAM,  bukan Shalom. 


Kalau saya menyalami orang Indonesia dengan kata Shalom, bukan dengan selamat malam, maka saya telah memperlakukan kata Shalom (bahasa Ibrani):

1. Sebagai sebuah salam khusus kekristenan,  padahal itu bukan salam kekristenan melainkan salam yudaisme. 

2. Atau terpengaruh konsep Islam utk menggantikan bahasa Arab dengan bahasa Ibrani, mirip para Kyai. 

3. Atau terpengaruh tahyul bahwa kata Shalom itu mengandung berkat dll.  

4. Atau ikut-ikutan saja, karena tidak mengerti. 

5. Atau Karena grogi naik ke panggung, ya teriak Shalom saja. 

6. Atau tidak jelas mau berkata apa ya Shalom saja. 


Kekristenan tidak memiliki tempat suci bahkan tidak ada pusat karena berpusat pada jemaat lokal.  Orang Kristen adalah MANUSIA YANG PALING LOGIS. Karena tidak ada bahasa khusus kekristenan maka salamilah orang Jawa dengan bahasa Jawa dan orang Tionghoa dengan bahasa Tionghoa, orang Batak dgn Horasbah, orang Nias dgn Yahou, dan org YAHUDI dengan BHS IBRANI,  yaitu  *SHALOM*. 


Jika Anda teriak Shalom yang adalah bahasa Ibrani pada orang Jawa, orang Batak, orang Tionghoa, Anda telah bersikap bahwa kata Shalom memiliki keistimewaannya sendiri. Kekristenan akan SEPERTI Islam yang mengagungkan bahasa Arab, bahkan bisa lebih buruk lagi jika terpengaruh tahyul bahwa kata Shalom itu istimewa,  maka kekristenan akan seperti perdukunan. Banyak teman memberitahukan saya bahwa banyak kelompok Kristen sudah lebih dari meneriakan Shalom, mereka sudah menekankan bahasa IBRANI bahkan telah menyeret kekristenan ke arah Ebionit.  Apakah ini perkara sepele?  Semua kerusakan besar dimulai dari kerusakan kecil. Semua penyimpangan besar dimulai dari penyimpangan kecil. 


Efek yang semakin besar terlihat dari usaha menggeser penggunaan kata ALLAH menjadi Elohim. Padahal hampir di semua Encyclopedia dan Kamus  yang  _reliable_ berkata bahwa kata ALLAH adalah kata yg dikontraksikan dari AL dan ILAH yang artinya The God atau yang disembah itu. Dan sudah resmi jadi bahasa Indonesia yang artinya God. 


Belakangan terlihat sangat jelas kebangkitan EBIONIT di kalangan Kristen tertentu. Dan kelihatannya akan semakin marak karena kurangnya pengertian. 



MARANATHA!

Misi Kristus Sedunia

PELAJARAN SEKOLAH MINGGU

  TANGGAL   PELAJARAN SEKOLAH MINGGU KATEGORI Babak pertama        ...