Tuesday 8 November 2022

Pelajaran 06 - JAMINAN KESELAMATAN

 Nama Kursus: MANUSIA DAN DOSA

Nama Pelajaran: Jaminan Keselamatan

Kode Pelajaran: MDD-P06


Pelajaran 06 - JAMINAN KESELAMATAN


Daftar Isi

A. Kepastian Keselamatan

B. Ketekunan Orang-Orang Percaya

C. Respons Orang Percaya Terhadap Anugerah Keselamatan

 1. Menanggalkan Kehidupan Lama

 2. Berjalan Dalam Kehendak Tuhan

 3. Mengerjakan Keselamatan

 4. Rencana Allah adalah Dasar Jaminan

 

DOA


JAMINAN KESELAMATAN


Jaminan keselamatan seutuhnya tergantung kepada pegangan Allah terhadap mereka, dan bukannya atas pegangan mereka kepada Allah.


A. Kepastian Keselamatan


Apakah ada orang yang dapat memastikan dirinya telah diselamatkan? Jawabnya, ada! Siapa? Mereka yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Mereka yang telah masuk ke dalam relasi dengan Allah memiliki jaminan keselamatan. Alkitab secara gamblang mengajarkan kepada kita tentang kepastian keselamatan. Tuhan Yesus mengatakan: "... Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah" (Yohanes 3:5). Kelahiran baru merupakan karya Roh Kudus sepenuhnya dalam kehidupan seseorang. Jika seseorang telah dilahirkan baru, maka ia akan menjadi anggota Kerajaan Allah, sekaligus menjadi anak-anak Allah berdasarkan pembenaran yang Allah lakukan. Selain itu, orang yang telah dilahirkan kembali oleh Roh, ia akan mengenakan manusia baru. Manusia baru yang kita kenakan itu merupakan hasil dari pengudusan.


Apakah orang percaya sekaligus manusia lama dan manusia baru? Dalam Roma 6:6, Paulus menjelaskan bahwa manusia lama adalah pribadi yang secara total diperbudak oleh dosa. Namun, pribadi yang diperbudak dosa itu telah disalibkan dengan Kristus. Dengan demikian, orang-orang percaya bukan lagi merupakan manusia-manusia lama, melainkan manusia baru di dalam Kristus. Menurut John Murray, manusia lama adalah manusia yang belum diregenerasikan, sedangkan manusia baru adalah manusia yang telah diregenerasikan di dalam Kristus.


Walaupun orang-orang percaya adalah manusia baru, akan tetapi mereka belum mencapai kesempurnaan yang tanpa dosa dan masih harus bergumul melawan dosa. Proses manusia baru ini bersifat dinamis yang memerlukan pembaruan, perubahan, dan transformasi yang terus-menerus. Kecenderungan terhadap dosa tetap ada di dalam diri manusia, namun tidak lagi diperbudak oleh dosa.


Setiap orang yang percaya kepada Kristus, maka dipastikan bahwa dirinya sudah diselamatkan. Sebab, keselamatan hanya ada di dalam nama Yesus, tidak ada nama lain yang dapat memberikan keselamatan kepada manusia. Tuhan Yesus datang untuk mendamaikan manusia dengan Allah, memperbaiki hubungan manusia dengan Allah yang semula telah rusak, dan Dia datang untuk menyelamatkan manusia. Manusia hanya perlu merespons karya keselamatan itu dengan percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat yang hidup.


B. Ketekunan Orang-Orang Percaya


Doktrin ketekunan orang-orang percaya adalah mereka yang memiliki iman sejati tidak akan kehilangan iman itu secara pada akhirnya. Orang-orang percaya sejati bertekun bukan karena kekuatan mereka sendiri, melainkan karena kasih setia Allah yang tidak berubah (Yohanes 6:39).


Kita memiliki jaminan oleh karena keselamatan adalah dari Tuhan dan kita adalah buatan tangan-Nya. Ia memberikan Roh Kudus kepada orang percaya sebagai suatu janji bahwa Dia akan menggenapi apa yang telah dimulai oleh-Nya. Dia juga memeteraikan setiap orang percaya dengan Roh Kudus. Jaminan kekal itu tertulis dalam kitab 1 Petrus 1:3-5.


Sama seperti jemaat mula-mula yang bertekun dalam Tuhan, demikian pula orang percaya saat ini, diharapkan mampu bertekun dalam pengajaran yang benar akan firman, dan sehati sepikir dalam melayani Tuhan, sehingga hidup kekristenan tidak stagnan, namun kehidupan Kristen tetap mampu menghasilkan buah dan saling membangun jemaat Tuhan satu sama lain.


C. Respons Orang Percaya terhadap Anugerah Keselamatan


Tindakan selanjutnya yang wajib dilakukan oleh orang percaya dalam kehidupan baru adalah sebagai berikut:


1. Menanggalkan Kehidupan Lama


"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2 Korintus 5:17). Ketika seseorang sudah menjadi manusia baru di dalam Kristus, ia menyingkirkan hal-hal yang tidak menyenangkan hati Kristus dari hidupnya. Proses untuk berubah menjadi manusia baru memang tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama serta terkadang menyakitkan. Tidak mudah seorang Kristen bisa melakukan hal ini sendiri. Dengan terbatasnya kemampuan manusia, Allah bersedia memberikan kuasa-Nya pada setiap orang percaya untuk menyingkirkan hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Alkitab juga memperingatkan kita akan dosa, "Karena itu tunduklah kepada Allah dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari daripadamu!" (Yakobus 4:7).


Dalam 2 Korintus 5:14-16 dan Efesus 4:20-32; 5, menjelaskan mengenai bagaimana sikap hidup manusia baru dan hal-hal apa saja yang harus dibuang dalam kehidupan yang bertentangan dengan kehendak Allah. Orang yang telah mengenakan manusia baru harus bersedia menanggalkan hal-hal yang jahat dan mengenakan/melakukan yang baik dengan pertolongan Tuhan.


2. Berjalan Dalam Kehendak Tuhan


Merupakan suatu realita jika Allah mau dan mampu memimpin umat-Nya untuk menemukan kehendak-Nya. Kita mengetahui hal ini melalui firman Tuhan (contoh: Amsal 3:6; Efesus 5:17; Kolose 4:12). Ada beberapa orang Kristen mengatakan dengan mudah, seperti ini: "Allah mengatakan kepada saya untuk melakukan hal ini atau Tuhan memanggil saya untuk melakukan itu. Seakan-akan mereka memiliki hubungan langsung ke surga dan berada dalam komunikasi telepon yang terus-menerus dengan Allah." Apakah benar demikian?


Dalam menemukan kehendak Tuhan, kita harus belajar firman Tuhan, berdoa, dan berdiskusi. Berikut ini hal-hal praktis yang dapat kita lakukan untuk berjalan dalam kehendak Tuhan:


a. Mengakui Tuhan di segala langkah dalam kehidupan kita, artinya mengikutsertakan Tuhan senantiasa dalam segala hal (Amsal 3:6).

b. Tetap murni, artinya menjaga kemurnian iman kita kepada Allah di dalam segala keadaan (1 Timotius 5:22).

c. Hidup dalam kehidupan ilahi, artinya senantiasa hidup dalam terang kasih Tuhan (Titus 2:12-13).


Semua ini butuh komitmen supaya kita senantiasa berjalan dalam kehendak-Nya. Alkitab mencatat tokoh-tokoh yang berhasil berjalan dalam kehendak Tuhan dan di antara mereka ada pula yang gagal. Paulus menjadi contoh yang dinamis dalam hal ini, pertobatannya yang radikal dan keputusannya untuk meninggalkan Yudaisme serta hidup di jalan Tuhan. Seperti halnya Paulus, setiap orang Kristen masa kini tentu memerlukan komitmen pribadi untuk dapat berjalan dalam kehendak Tuhan dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki.


3. Mengerjakan Keselamatan


"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4).


Orang Kristen yang telah mengenakan manusia baru itu merupakan pekerja Kristus. Ketika seseorang datang kepada Yesus Kristus melalui pertobatan dan iman, dia tidak lagi sama dengan yang dulu. Tidak mungkin menyembunyikan hidup berkelimpahan yang dia nikmati. Ada sesuatu dalam diri orang tersebut yang menghendaki untuk menjangkau orang-orang yang masih tersesat. Ini adalah bagian dari respons kita terhadap keselamatan yang telah diberikan oleh Allah.


Hal-hal yang dapat kita lakukan dalam mengerjakan keselamatan, yaitu:


a. Bersaksi


Menceritakan Yesus kepada orang lain adalah bukti nyata bahwa seseorang sudah diselamatkan. Ia akan memberitakan kabar baik mengenai keselamatan dalam Yesus Kristus dan membagikan pengalamannya sendiri ketika percaya kepada Yesus. Hal ini merupakan tanda jelas bahwa orang tersebut telah bertemu dengan Yesus secara pribadi. Salah satu contohnya, kita bisa melihat dari firman Tuhan ini: "Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. Andreas mula-mula bertemu dengan Simon saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias" (Yohanes 1:40-41).


Sekarang kita harus melakukan seperti yang dilakukan Andreas. Pertama, kita harus yakin dalam hati kita sendiri. Kita harus menerima Yesus Kristus. Kedua, kita harus pergi dan menceritakan kepada orang lain. Ketiga, kita harus melakukan lebih dari sekadar menceritakan; kita harus membawa orang kepada Kristus.


Dalam kata Yunani, bersaksi memakai kata "Marturia" yang secara literal adalah bersaksi atau menceritakan sesuatu dengan segenap hati. Bersaksi adalah cara untuk mengerjakan keselamatan. Menyatakan cinta kasih Tuhan dalam hidup sehari-hari dapat menguatkan jemaat yang lain, selain itu bersaksi dapat memuliakan Tuhan dan menjadi gaya hidup orang Kristen.


b. Memenangkan Jiwa


Tuhan Yesus mengatakan, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" (Matius 28:19). Tuhan Yesus tidak pernah meminta kita untuk melakukan sebuah tugas yang tidak mungkin bisa kita lakukan. Dia selalu memperlengkapi setiap pekerja dengan kuasa dan bimbingan. Lihatlah beberapa cara yang dapat digunakan seorang Kristen untuk membawa orang lain kepada Kristus.


1) Kita bisa membiarkan orang lain melihat ungkapan kasih Allah dalam diri kita.

2) Kita bisa membaca dan menjelaskan firman Tuhan kepada orang lain.

3) Kita bisa berdoa untuk orang lain.

4) Kita bisa mengunjungi dan mendoakan orang lain.

5) Kita bisa hidup menurut contoh kehidupan Kristen.

6) Kita bisa mengundang orang lain ke gereja kita untuk mendengarkan khotbah tentang Injil.


Semua pria atau wanita yang memiliki kerinduan yang dalam dan iman kepada Kristus dan yang memunyai kasih yang murni kepada sesama, dapat dengan mudah mendapatkan kecakapan yang dibutuhkan untuk memenangkan jiwa-jiwa. Jangan mengatakan bahwa ini adalah pekerjaan untuk para pendeta dan diaken di gereja saja. Ini adalah tugas setiap orang Kristen.


Ada beberapa hal yang diperlukan oleh seseorang untuk memenangkan jiwa, yaitu:


a) Kasih yang murni untuk orang lain.


Seseorang yang ingin memenangkan jiwa-jiwa harus memunyai suatu kasih yang murni untuk orang lain. Memenangkan jiwa tanpa kasih adalah mustahil. Paulus berkata, "Sebab kasih Kristus yang menguasai kami." (2 Korintus 5:14).


Kita belajar untuk mengasihi orang lain melalui kasih kita yang dalam kepada Kristus. Pada mulanya Paulus membenci kepada bangsa-bangsa yang bukan bangsa Yahudi, tetapi ketika dia menjadi seorang Kristen, Allah mengutus dia sebagai seorang rasul untuk memberitakan firman Tuhan kepada mereka. Tentu saja, kasih Paulus kepada Allah membuat hal itu mungkin baginya untuk mengasihi sesama.


b) Penyerahan yang penuh untuk memenangkan jiwa.


Seseorang tidak dapat memenangkan jiwa bagi Tuhan dengan setengah hati. Kerinduan dan kasih seorang Kristen yang seutuhnya sangat diperlukan. Kita mengerti bahwa tidak semua orang dapat memberikan waktu mereka sepenuhnya untuk menjangkau jiwa-jiwa. Beberapa penjangkau jiwa-jiwa yang paling efektif adalah mereka yang bersedia meluangkan sebagian waktu mereka untuk menjangkau jiwa-jiwa. Masalahnya adalah ketika kita sungguh-sungguh mengambil waktu keluar untuk bersaksi, pusatkan diri kita untuk bersaksi. Jangan buang waktu kita. Yesus sangat memusatkan dirinya untuk berbicara dengan seorang wanita dari Samaria di dekat sebuah sumur sehingga Dia lupa waktunya makan. Ketika murid-murid-Nya bertanya apakah Dia sudah makan, Dia menjawab, "Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku" (Yohanes 4:34). Tuhan Yesus menggunakan kesempatan itu dengan sepenuhnya.


c) Kuasa Ilahi.


Tuhan Yesus menjanjikan kepada murid-murid-Nya bahwa Roh Kudus akan memperlengkapi mereka dengan kuasa. Dia memerintahkan mereka untuk menunggu di Yerusalem sampai waktunya mereka akan menerima Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:4-5).


Kita seperti juga para murid Tuhan, dapat menerima kehadiran Roh Kudus. Tuhan Yesus berjanji. "Aku akan selalu menyertai kamu" (Matius 28:20).


d) Pengetahuan Alkitab.


Pengetahuan akan Alkitab dalam jumlah yang memadai perlu untuk seseorang yang merindukan untuk memenangkan jiwa-jiwa. Penjangkau jiwa harus tahu bagian-bagian yang berhubungan langsung dengan keselamatan. Kebenaran Allah, seperti yang diberikan kepada kita di Alkitab adalah pedang Roh. "Sebab Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; Ia, menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; Ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita" (Ibrani 4:12). Ini adalah beberapa ayat yang dapat kita gunakan dalam memenangkan seseorang bagi Kristus, yaitu: Roma 6:23; Ibrani 9:27; Efesus 2:8-9; Roma 3:23; Roma 10:9-10.


e) Siapkan hati dan pikiran.


Kesempatan untuk bersaksi datang hampir setiap waktu. Perlu pikiran yang siap untuk mendapatkan waktu dan cara untuk memulai percakapan dengan orang lain mengenai jiwa orang tersebut. Banyak orang yang gagal untuk berbicara dengan orang lain tentang Kristus karena mereka takut mereka akan membuat kesalahan. Ingat bahwa lebih baik sewaktu-waktu membuat kesalahan daripada diam saja dan tidak pernah memenangkan jiwa untuk Kristus. Orang yang sudah rindu untuk bersaksi akan menemukan bahwa dia mempunyai kemampuan untuk melakukan tugas itu. Setelah mendapatkan beberapa pengalaman, ia akan lebih percaya kepada Tuhan dan dirinya sendiri.


Seseorang yang ingin memenangkan jiwa harus ingat untuk bersikap lembut dan sabar. Dia harus belajar untuk membawa orang lain ke sekitar masalah besar tentang keselamatan tanpa mengejutkan mereka atau membuat mereka marah. Orang lain harus melihat kasih dan ketulusannya.


e) Keahlian dalam menyampaikan kebenaran.


Kecakapan terbaik untuk menyampaikan kebenaran yang diketahui seseorang dengan jelas adalah dengan memiliki pemahaman yang jelas tentang kebenaran itu sendiri. Pemenang jiwa harus bisa menyatakan kebenaran Injil yang menyelamatkan sejelas mungkin. Ia harus menggunakan gambaran yang baik supaya penjelasannya dapat diterima oleh orang yang sedang diberi kesaksian. Di samping itu, ia harus selalu berdoa untuk mendapatkan bimbingan Tuhan.


4. Rencana Allah adalah Dasar Jaminan


Ada penghiburan yang tidak terkatakan bagi orang yang telah dipanggil Allah. 2 Timotius 2:19 menyatakan, "Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan." Mereka yang telah dibangun dalam rencana kekal Allah tidak perlu merasa takut untuk jatuh dan terhilang. Kuasa manusia dan kejamnya pencobaan tidak akan pernah dapat menjatuhkannya. Tidak ada satu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya. Roma 8:35 menyatakan, "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?" Kiranya Allah yang bekerja dengan kuat dalam diri kita sehingga kita dapat mampu berkata seperti yang Paulus katakan, "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." (2 Timotius 4:7)


DOA


"Sungguh besar kasih-Mu bagiku ya Allah Tuhan-Ku. Ajarlah aku menghargai keselamatan yang Engkau berikan kepadaku. Pimpinlah hidupku supaya memberi kemuliaan bagi Nama-Mu yang agung. Jadikan aku alat-Mu, sehingga semakin banyak orang yang mendengar kasih-Mu dan rencana keselamatan-Mu yang besar dan ajaib." Amin.

Pelajaran 05 - KESELAMATAN

 Nama Kursus: MANUSIA DAN DOSA

Nama Pelajaran: Keselamatan

Kode Pelajaran: MDD-P05


Pelajaran 05 - KESELAMATAN


DAFTAR ISI

A. Konsep Keselamatan

B. Predestinasi (Doktrin Pilihan)

C. Aspek-Aspek Keselamatan

 1. Panggilan Injil

 2. Regenerasi

 3. Konversi

 4. Pembenaran

 5. Pengudusan

 6. Pemuliaan

 

DOA



KESELAMATAN


Dalam pelajaran ini akan diuraikan tentang pengajaran keselamatan yang sepenuhnya karena kemurahan Allah dan bukan berdasarkan perbuatan baik kita. Melalui penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus telah menghasilkan keselamatan bagi kita, orang berdosa. Dan, keselamatan itu tidak akan memberi manfaat apa pun kepada kita sampai karya itu diterapkan ke dalam hati dan kehidupan kita oleh Roh Kudus.


A. Konsep Keselamatan


"Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah Para Rasul 4:12)


Faktor utama yang menjadi penentu siapa yang diselamatkan dari dosa bukanlah keputusan orang yang bersangkutan melainkan peranan dari anugerah Allah untuk orang tersebut. Hal ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia telah mati dalam dosa, maka Allah harus menghidupkan mereka kembali. Keselamatan adalah mengenai cara Allah menyelamatkan kita dari dosa. Melalui iman, kita diselamatkan dari kuasa dosa yang menguasai hidup kita. Iman mempersatukan manusia dengan Kristus. Dalam persatuan dengan Kristus itu, apa yang menjadi milik Kristus menjadi milik manusia dan apa yang menjadi milik manusia menjadi milik Kristus. Saat seorang telah menerima Yesus Kristus, ia diselamatkan dari dosa yang mencemari hidupnya dan memiliki kehidupan baru. Dalam kitab Roma 6:14 dinyatakan, "Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia."


Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa nanti akan ada hari penghakiman di mana semua umat manusia harus mempertanggungjawabkan seluruh kehidupannya di hadapan Allah. Bagi kebanyakan orang "Hari Tuhan" ini merupakan suatu hari yang gelap, saat terang tidak ada di dalamnya. Hari itu merupakan hari di mana Allah akan menyatakan murka-Nya melawan yang jahat dan yang tidak bertobat. Namun, bagi setiap orang yang percaya, hari Tuhan adalah hari sukacita yang dinanti-nantikan, karena Hari Tuhan adalah hari di mana Tuhan datang dan menjemput orang-orang yang percaya. Oleh sebab itu, orang yang telah percaya akan mendapat kepastian keselamatan dari murka Allah. Penyelamatan ini dilakukan oleh Kristus bagi umat-Nya sebagai Juru Selamat mereka.


Dalam Alkitab istilah "Keselamatan" bukan saja dipakai dalam berbagai macam pengertian, tetapi juga dalam berbagai macam kata kerja (bahasa Yunani), di antaranya: menyelamatkan (diselamatkan dari sejak dunia diciptakan); kita terus-menerus diselamatkan (oleh pekerjaan Allah di dalam sejarah); kita diselamatkan (dengan berada di dalam status telah dibenarkan); kita telah diselamatkan dan terus menerus diselamatkan (dengan disucikan atau dijadikan kudus); dan kita akan diselamatkan (pengalaman kepenuhan penebusan kita di surga). Alkitab berbicara tentang keselamatan dalam pengertian pada masa lampau, sekarang, dan yang akan datang.


Kadang-kadang, kita menyejajarkan keselamatan pada waktu sekarang dalam pengertian pembenaran kita yang sekarang. Pada waktu yang lain, kita melihat pembenaran sebagai langkah khusus dalam keseluruhan susunan keselamatan. Pembenaran adalah pernyataan legal dari Allah atas kedudukan seseorang di hadapan-Nya. Kedudukan seseorang di hadapan Allah hanya menempati satu dari dua posisi yakni sebagai orang berdosa atau orang benar. Pembenaran mencakup pengampunan, namun pembenaran jauh melampaui pengampunan.


Akhirnya, penting untuk memerhatikan aspek yang lain dari konsep keselamatan. Keselamatan berasal dari Tuhan. Keselamatan bukan merupakan hasil usaha atau rekayasa manusia. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Keselamatan merupakan karya ilahi, hal ini digenapi dan diaplikasikan oleh Allah. Keselamatan adalah oleh Allah dan dari Allah. Tuhan yang menyelamatkan kita dari murka-Nya.


B. Predestinasi (Doktrin Pilihan)


Charles C. Ryrie menyatakan, "ajaran tentang pemilihan merupakan salah satu dasar dalam keselamatan, meskipun bukan satu-satunya. Ajaran-ajaran lainnya seperti kematian Kristus, iman, kelahiran kembali, dan anugerah yang menyelamatkan juga disebut dasar-dasar." Pengajaran ini merupakan doktrin yang alkitabiah. Pada dasarnya semua gereja Kristen memiliki semacam doktrin predestinasi. Hal ini tidak dapat dihindari, oleh karena konsep itu secara eksplisit dapat ditemukan di dalam firman Tuhan. Arti mendasar dari predestinasi berkaitan dengan tujuan akhir kita, yaitu surga atau neraka. Tujuan akhir ini ditentukan oleh Allah bukan saja sebelum kita akan sampai ke sana, tetapi sebelum kita dilahirkan. Doktrin ini mengajarkan bahwa tujuan akhir kita ada dalam tangan Allah. Dengan kata lain, dari sejak kekekalan bahkan sebelum kita ada, Allah memutuskan untuk menyelamatkan sebagian umat manusia dan membiarkan yang lainnya. Dia memilih beberapa pribadi untuk diselamatkan ke dalam surga yang kekal dan yang lain dilewatkan. Dan, mengizinkan mereka untuk menerima akibat dari dosa-dosa mereka di dalam penyiksaan yang kekal di neraka.


Bagaimana cara Allah melakukan pilihan ini? Pilihan Allah adalah berdasarkan kedaulatan-Nya. Pilihan ini tidak didasarkan pada pra-pengetahuan Allah akan keputusan atau tanggapan yang akan diberikan oleh manusia. Keputusan manusia itu berasal dari kedaulatan anugerah Allah. Manusia yang telah jatuh tetap memiliki kehendak bebas dan dapat memilih apa yang mereka inginkan. Akan tetapi, masalahnya manusia yang telah jatuh tidak memiliki keinginan/kecenderungan kepada Allah dan ia tidak akan memilih Kristus, kecuali ia dilahirkan baru terlebih dahulu. Iman merupakan kasih karunia yang dihasilkan oleh kelahiran baru. Hanya mereka yang dipilih oleh Allah, yang akan menerima Injil di dalam iman. Menurut Pengakuan Iman Westminter, "Semua orang yang telah Allah predestinasikan untuk kehidupan, dan hanya mereka saja, Dia berkenan untuk memanggil secara efektif pada waktu yang telah ditetapkan melalui Firman dan Roh-Nya agar keluar dari kondisi yang berdosa dan dari maut di mana mereka berada sesuai dengan natur mereka menuju anugerah keselamatan dari Yesus Kristus." Mereka yang telah dipanggil oleh Allah pasti akan berpaling kepada Allah di dalam pertobatan dan iman. Roh Kudus menghidupkan kembali dengan cara:


1. Ia membuka hati dan memampukan pendengar untuk menanggapi (Kisah Para Rasul 16:14)

2. Menerangi pikiran, sehingga pendengar dapat memahami berita Injil (1 Korintus 2:12-13)

3. Menganugerahkan kehidupan rohani sehingga pendengar dapat berpaling di dalam iman kepada Allah. (Efesus 2:5)


Hal yang sering menjadi perdebatan dari pengajaran ini adalah mengapa Allah tidak memilih semua orang untuk diselamatkan? Allah memiliki hak untuk memberikan belas kasihan kepada siapa Ia mau memberikan belas kasihan. Sebagian dari umat manusia yang telah jatuh menerima anugerah dan kemurahan pemilihan Allah. Sebagian yang lain dibiarkan oleh Allah, dan mereka tetap di dalam dosa mereka. Tidak ada seorang pun yang menerima ketidakadilan. Allah tidak berkewajiban untuk bermurah hati kepada siapa pun juga. Kemurahan-Nya diberikan berdasarkan keputusan-Nya sendiri. Dia tidak pernah bersalah dalam bersikap tidak benar kepada siapa pun juga. (Roma 9:14-15)


C. Aspek-Aspek Keselamatan


Keselamatan merupakan karya anugerah Allah yang luar biasa. Keselamatan itu sendiri terdiri dari beberapa aspek yang akan dialami oleh orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat. Namun, perlu kita ketahui bahwa aspek-aspek dalam keselamatan itu tidak boleh dipahami sebagai serangkaian langkah yang bertahap, melainkan sebagai suatu pengalaman yang dimulai dan berlanjut secara simultan (bersamaan).


Hal lain yang terpenting sebelum kita mempelajari aspek-aspek keselamatan adalah melihat peranan Roh Kudus dalam keselamatan. Peran utama Roh Kudus dalam keselamatan adalah menyatukan kita dengan Kristus (1 Korintus 12:13). Jadi, ketika seorang mengambil bagian di dalam Kristus, maka dia juga mengambil bagian di dalam Roh Kudus. Roh Kudus berperan dalam kelahiran baru (Yohanes 3:5), konversi (Kisah Para Rasul 11:5), iman (1 Korintus 2), jaminan keselamatan (1 Korintus 6:11), dan pemeliharaan (Efesus 4:30).


1. Panggilan Injil


Panggilan Injil diperuntukkan bagi semua orang. Namun, hanya kepada kaum pilihan saja yang diberikan kemampuan untuk merespons dan menerima panggilan Injil. Jadi, panggilan Injil bukanlah suatu tawaran, melainkan suatu yang serius bagi Kaum Pilihan yang menerima keselamatan kekal. Panggilan Injil ini merujuk pada panggilan efektif, yaitu tindakan Allah yang berdaulat melalui Roh Kudus-Nya di mana Roh Kudus memampukan pendengar panggilan Injil untuk merespons panggilan-Nya dengan pertobatan, iman, dan ketaatan.


2. Regenerasi (Kelahiran Baru)


Regenerasi merupakan pengalaman yang supranatural. Regenerasi dapat di definisikan sebagai karya Roh Kudus yang dengannya Roh Kudus mula-mula membawa kesatuan yang hidup dengan Kristus, mengubah hati mereka sehingga mereka yang dulunya mati secara rohani, menjadi hidup secara rohani, dan sekarang berkemampuan dan berkehendak untuk bertobat dari dosa, memercayai Injil, dan melayani Tuhan.


3. Konversi


Merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang telah mengalami regenerasi di mana ia berpaling kepada Allah di dalam pertobatan dan iman. Pertobatan dan iman tidak dapat dipisahkan. Secara etimologis, konversi adalah pergantian atau pertukaran. Manusia yang semula adalah hamba dosa sudah diubah dan dipulihkan, sehingga manusia mendapat kasih karunia Allah dan disebut anak-anak Allah.

 

a. Pertobatan


Pertobatan dalam Bahasa Yunani menggunakan dua kata dalam bahasa Yunani. Yang pertama adalah "Metanoia", yang kedua "Epistrophe". Metanoia adalah perubahan pola pikir, sementara Epistrophe adalah perilaku tingkah laku. Bertobat tentunya akan mengalami metanoia dan epistrophe. Seperti halnya Rasul Paulus yang benar-benar menjadi petobat sejati karena kehidupannya benar-benar diubahkan.


Pertobatan dapat didefinisikan sebagai tindakan secara sadar dilakukan oleh seseorang yang telah diregenerasikan untuk berbalik dari dosa kepada Allah di dalam suatu perubahan kehidupan sepenuhnya, yang dinyatakan di dalam bentuk suatu cara berpikir, merasa, dan berkehendak yang baru. Pertobatan harus berlanjut sepanjang hidup. Hal ini menunjukkan ada perbedaan antara pertobatan awal yang terjadi di permulaan kehidupan Kristen dengan pertobatan yang berlanjut di sepanjang kehidupan kita. Pertobatan tidak pernah sempurna dikerjakan oleh kita. Pertobatan merupakan suatu ideal yang tinggi sehingga kita harus berupaya untuk menyatakannya.

 

b. Iman


Iman yang menyelamatkan merupakan suatu respons terhadap panggilan Allah melalui penerimaan akan Kristus dengan keseluruhan pribadi, yaitu dengan keyakinan yang pasti mengenai kebenaran Injil dan penyerahan yang penuh keyakinan kepada Allah di dalam Kristus bagi keselamatan kita, disertai dengan komitmen sejati Kristus dan untuk melayani-Nya.

 

4. Pembenaran


Pembenaran didefinisikan sebagai tindakan anugerah dan yudisial Allah yang dengannya Dia menyatakan orang-orang berdosa yang percaya sebagai benar berdasarkan kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepada mereka, mengampuni semua dosa mereka, mengadopsi mereka sebagai anak-anak-Nya dan memberikan kehidupan kekal kepada mereka. Alkitab mengatakan bahwa kita tidak dibenarkan oleh karena perbuatan-perbuatan baik kita, tetapi dengan apa yang diberikan kepada kita berdasarkan iman, yaitu kebenaran Kristus.


Pembenaran di dapatkan manusia dengan cuma-cuma, manusia hanya perlu merespons kasih karunia itu. Manusia yang semula adalah hamba dosa, sudah dibenarkan dan menjadi hamba kebenaran. Manusia dibenarkan berdasarkan iman kepada Tuhan Yesus Kristus.

 

5. Pengudusan


Kita dapat mendefinisikan pengudusan sebagai karya yang penuh anugerah dari Roh Kudus, yang melibatkan tanggung jawab kita untuk berpartisipasi, yang dengannya Roh Kudus melepaskan kita dari pencemaran dosa, memperbarui keseluruhan natur kita menurut gambar Allah, dan memampukan kita untuk menjalankan kehidupan yang berkenan di hadapan Allah. Pengudusan harus dipahami sebagai mati terhadap dosa di dalam Kristus, yang juga telah mati terhadap dosa. Bagaimana iman menjadi sarana pengudusan? Pertama, oleh iman kita terus berpegang kepada kesatuan kita dengan Kristus, yang merupakan inti dari pengudusan (Efesus 3:17). Kedua, oleh iman kita menerima fakta bahwa di dalam Kristus dosa tidak lagi berkuasa atas diri kita (Roma 6:6). Ketiga, oleh iman kita berpegang kepada kuasa Roh Kudus yang memampukan kita untuk mengalahkan dosa dan hidup untuk Allah. Terakhir, iman bukan saja alat untuk menerima, tetapi juga kuasa untuk bertindak. Iman sejati sesuai dengan naturnya menghasilkan buah rohani. Kita sedang dikuduskan melalui pertumbuhan yang terus menerus yang semakin penuh dan semakin kaya di dalam kesatuan dengan Kristus. Alkitab mengajarkan bahwa Allah sendiri yang menguduskan kita, Allah memperbarui kita di dalam rupa-Nya dengan menjadikan kita semakin menyerupai Kristus. Selain itu, kita juga bertanggung jawab untuk berupaya menjadi semakin serupa dengan Kristus dengan cara mengikuti teladan-Nya. Dengan demikian, pengudusan merupakan karya Allah dan juga tanggung jawab umat-Nya.

 

6. Pemuliaan Akhir


Ada kemuliaan yang lebih besar, permanen, dan jauh lebih memuaskan, yang menantikan setiap orang percaya pada akhir perjalanan rohani mereka. Ini yang disebut Alkitab sebagai "Pemuliaan". Pemuliaan merupakan istilah yang dipakai Paulus dalam Roma 8:29-30. Doktrin pemuliaan menunjuk pada kedatangan Kristus yang kedua kalinya, ketika orang-orang percaya sejati akan menerima penebusan yang sempurna. Pemuliaan merupakan pengharapan yang besar bagi orang percaya untuk masa yang akan datang. Kita harus dilayakkan untuk mendapat "bagian" (Kolose 1:12). Sebagaimana Allah menjadikan surga untuk kita, demikian juga Ia akan menjadikan kita pantas mendapatkannya.



DOA


"Aku bersyukur untuk setiap kebaikan-Mu, Allahku. Sebab Engkau telah memilihku menjadi umat pilihan-Mu dan menjadikanku anak-anak-Mu. Sungguh, inilah kasih karunia yang begitu besar yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Terima kasih Bapa untuk anugerah-Mu dalam Yesus Kristus." Amin.

Pelajaran 04 - MANUSIA DAN PENGHARAPANNYA

 Nama Kursus: MANUSIA DAN DOSA

Nama Pelajaran: Manusia dan Pengharapannya

Kode Pelajaran: MDD-P04


Pelajaran 04 - MANUSIA DAN PENGHARAPANNYA


Daftar Isi

A. Konsep Anugerah

 1. Arti dan Definisi Anugerah

 2. Dua macam Anugerah

 3. Perbedaan Anugerah Khusus dan Anugerah Umum

 4. Kebutuhan Manusia Akan Anugerah

B. Perjanjian Anugerah

 1. Pembuat Perjanjian Anugerah

 2. Isi Perjanjian Anugerah

 3. Mengapa Allah Membuat Perjanjian Anugerah dengan manusia?

 4. Sifat Perjanjian Anugerah

 

DOA



MANUSIA DAN PENGHARAPANNYA


Seluruh umat manusia telah jatuh ke dalam dosa. Akibat dari dosa, seluruh manusia telah menjadi pemberontak yang melawan Allah. Akan tetapi, kasih dan anugerah-Nya tidak membiarkan manusia tetap dalam dosa dan maut. Pengurbanan Yesus Kristus di kayu salib menganugerahkan hidup bagi semua yang percaya kepada-Nya.


A. Konsep Anugerah


1. Arti dan Definisi Anugerah


Konsep anugerah di dalam Alkitab berakar erat pada konsep Perjanjian Anugerah. Akan tetapi, sebelum membicarakan tentang perjanjian anugerah, mari terlebih dahulu kita mempelajari arti dan definisi serta macam-macam anugerah:


a. Arti dan definisi "Anugerah" dalam Perjanjian Lama


Sebenarnya tidak ada kata Ibrani yang tepat yang dipakai sebagai terjemahan kata "grace" (anugerah) seperti yang diartikan dalam bahasa Inggris. Kata yang paling mendekati adalah kata "Hanan", artinya "perkenanan" atau "kebaikan" (to be merciful/gracious). Berasal dari kata "Hen", artinya merendahkan diri, membungkuk.


Konsep ini dipakai untuk menjelaskan tindakan kebaikan yang diberikan seseorang yang lebih tinggi kepada orang yang sangat membutuhkan pertolongan karena ketidakmampuannya. Alkitab sering menunjukkan bahwa Allah adalah orang yang memiliki sifat kasih dan belas kasihan, yang selalu memberikan kebaikan kepada manusia yang ada dalam keadaan terdesak yang berteriak minta tolong (Mazmur 119:132). Pertolongan yang Allah berikan bukan berdasarkan karena kebaikan manusia, tetapi karena Dia tahu keputusasaan manusia yang memohon pertolongan yang hanya bisa diberikan oleh Allah. Oleh karena itu, respons yang umum diharapkan dari penerima anugerah adalah ucapan syukur, namun bukan karena ia layak atau pantas menerima anugerah itu, tetapi justru karena perasaan ketidaklayakannya menerima anugerah.


Kata Ibrani lain yang sering dipakai adalah "Khesed" artinya "loving kindness" atau "mercy", yang mengandung arti kasih setia Allah yang dilimpahkan kepada manusia berdasarkan perjanjian yang telah dibuat untuk umat-Nya (Keluaran 15:13).


b. Arti dan Definisi "Anugerah" dalam Perjanjian Baru


Konsep anugerah dalam Perjanjian Baru jauh lebih berkembang dibandingkan dengan Perjanjian Lama. Kata Yunani yang sering dipakai adalah "Charis", artinya "menunjukkan kebaikan dan kasih". Paulus mengembangkan konsep charis berdasarkan pengajaran yang ia terima dari Yesus, bahwa Allah merendahkan diri untuk memberi belas kasihan kepada manusia, yang putus asa karena dosa yang ditanggungnya. (Matius 11:28; Lukas 7:36)


Konsep yang dijabarkan oleh Paulus dalam tulisan-tulisannya diadopsi oleh gereja sebagai konsep penting sehubungan dengan pekerjaan penyelamatan yang dilakukan Kristus untuk menebus dosa manusia, yang sebenarnya tidak layak untuk menerimanya. (Roma 11:6, 2 Korintus 4:15,6:1)


Dalam Perjanjian Baru, makna "Charis" atau kasih karunia begitu ditekankan. Tuhan Yesus datang ke dunia untuk memberikan kasih karunia kepada semua orang yang percaya kepada-Nya (Yohanes 3:16). Konteks Perjanjian Lama, kasih karunia Tuhan itu sesungguhnya ada dalam Hukum Taurat, tetapi orang-orang Israel justru hanya menganggap Taurat sebagai hal-hal atau pedoman dasar yang harus dilakukan secara harafiah, padahal makna utama dari Hukum Taurat dan seluruh ketetapan Allah adalah Kasih Allah itu sendiri. Kata "Khesed" berulang kali dinyatakan Allah kepada bangsa Israel, Allah menyatakan bahwa kasih setia-Nya tetap untuk selama-lamanya.


2. Dua macam Anugerah


Ada dua istilah yang dipakai untuk membedakan macam-macam anugerah, yaitu Anugerah Umum (common grace) dan Anugerah Khusus (special grace).


a. Anugerah Umum


Anugerah umum adalah kebaikan yang dinyatakan oleh Tuhan melalui pemeliharaan-Nya akan semua ciptaan-Nya (manusia dan alam seisinya), sekalipun manusia dan dunia telah mendapat kutukan akibat dosa. Dengan demikian dunia dan isinya masih dapat terus berlanjut dan berkembang biak, bahkan untuk memungkinkan manusia hidup dengan nyaman, tertib dan penuh kebaikan. Itu adalah karena anugerah umum yang Tuhan sediakan.


Berkat-berkat dalam anugerah umum meliputi berkat jasmani dan juga hal-hal yang lebih bersifat abstrak, misalnya rasa keindahan, kebaikan, keadilan, kebajikan pengetahuan dan kesopanan. Anugerah umum ini diberiKan secara cuma-cuma kepada semua orang tanpa pandang bulu. (Matius 5:45)


Tujuan Allah memberikan anugerah umum ini adalah agar manusia dapat menopang hidupnya, khususnya bagi mereka yang akan menerima anugerah keselamatan (anugerah khusus) sedangkan untuk mereka yang tidak diselamatkan anugerah umum merupakan penundaan akan pelaksanaan hukuman kekal.


b. Anugerah Khusus


Anugerah khusus adalah kebaikan yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk melepaskan manusia dari hukuman dosa kekal, melalui karya keselamatan Yesus Kristus. Disebutkan khusus karena anugerah ini diberikan dengan cuma-cuma, tetapi tidak kepada semua orang, hanya kepada orang-orang khusus yang dipilih-Nya.


Sifat dari anugerah khusus adalah untuk penyelamatan. Oleh karena itu, hasil akhirnya adalah keselamatan umat Allah. Bagaimana anugerah khusus ini diefektifkan dalam hidup manusia? Melalui kesadarannya akan kebutuhan keselamatan sehingga ia menjawab panggilan Injil yang diwartakan untuk membawa kepada pengenalan akan Kristus yang menjadi sumber dari anugerah khusus.


3. Perbedaan Anugerah Khusus dan Anugerah Umum


a. Jangkauan anugerah khusus ditentukan oleh ketetapan untuk menentukan orang pilihan. Anugerah ini terbatas pada orang pilihan saja, sedangkan anugerah umum tidak terbatas, tetapi diberikan kepada manusia tanpa terkecuali.


b. Anugerah khusus menyingkirkan kesalahan dan hukuman dosa, mengubah keadaan batiniah manusia, dan sedikit demi sedikit membersihkan diri dari kecemaran dosa melalui pekerjaan Roh Kudus yang supranatural. Pekerjaan ini terutama dalam keselamatan orang berdosa. Di pihak lain, anugerah umum tidak pernah menyingkirkan kesalahan karena dosa, tidak memperbarui natur manusia, tetapi hanya memunyai pengaruh menguasai dosa dan dalam satu derajat tertentu mengurangi akibat dosa, walaupun pada sebagian bentuknya (panggilan eksternal dan iluminasi moral) masih terkait erat dengan pelaksanaan penebusan dan memiliki aspek Soteriologi.


c. Anugerah khusus tidak dapat ditolak. Anugerah khusus menjadikan manusia berkemauan menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat dan mau taat sepenuhnya kepada kehendak Allah. Hal ini dilakukan di dalam hati, sedangkan anugerah umum dapat ditolak. Paulus menunjukkan dalam Roma pasal 1 dan 2 bahwa orang Yahudi maupun kafir tidak hidup sesuai dengan terang yang dimiliki oleh mereka. Anugerah ini tidak berpengaruh pada keselamatan sebab tidak mengubah hati manusia.


4. Kebutuhan Manusia akan Anugerah


Melalui penjelasan di atas, maka jelaslah bahwa Allah memberikan anugerah-Nya kepada manusia karena Ia tahu bahwa manusia tidak mungkin hidup tanpa anugerah-Nya, baik Anugerah Umum maupun Anugerah Khusus.


Anugerah umum memungkinkan manusia menjalankan kehidupannya sebagaimana layaknya manusia hidup. Namun, anugerah umum tidak akan mendatangkan keselamatan kekal. Sebaliknya, hanya anugerah khusus yang memungkinkan manusia dapat hidup dalam persekutuan dengan Allah, karena di dalam anugerah khusus Allah menyediakan keselamatan kekal kepada manusia.


Dapat disimpulkan bahwa hubungan Anugerah Umum dan Anugerah Khusus sangat jelas karena Anugerah Umum pada ujungnya akan melayani Anugerah Khusus. Anugerah umum memungkinkan semua manusia menyadari akan ketergantungannya kepada Allah. Namun, bagi mereka yang ditentukan untuk binasa akan menolak mengakui kebutuhannya akan Allah. Penolakan akan Anugerah Umum sekaligus membuktikan bahwa mereka tidak layak untuk menerima Anugerah Khusus.


B. Perjanjian Anugerah


1. Pembuat Perjanjian Anugerah


Bahwa Allah telah menetapkan pada diriNya suatu perjanjian penebusan bagi manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Ia sendiri datang mencari manusia dan berinisiatif menyelamatkan manusia. Ia menetapkan "Convenant" (perjanjian) dalam menyelamatkan manusia. Ada dua perjanjian yang Allah berikan:


a. Perjanjian Penebusan adalah perjanjian yang dibuat oleh tiga Pribadi Allah Tritunggal yang memunyai misi untuk menyelamatkan manusia dari kutukan dosa kekal. Bahwa Allah Bapa menetapkan untuk mengirim Allah Anak untuk menjadi tebusan bagi dosa-dosa manusia, dan Allah Anak setuju untuk melaksanakan ketetapan itu. Allah Roh Kudus setuju untuk melaksanakan kehendak Bapa dengan memberi kuasa atas karya penebusan Kristus untuk bekerja dalam hati manusia setelah Kristus naik ke surga.


b. Perjanjian Anugerah adalah perjanjian yang dibuat Allah dengan manusia. Bahwa Allah sebagai pihak yang lebih tinggi membuat perjanjian dengan manusia ciptaan-Nya bahwa Ia akan menyelamatkan umat pilihan-Nya dari kebinasaan kekal. Perjanjian ini tidak dapat diubah dan sudah dinyatakan sejak zaman Perjanjian Lama melalui kehidupan orang-orang pilihan Allah, seperti Nuh, Abraham dan keturunannya. Namun, sebelum janji itu dinyatakan secara konkret melalui kedatangan Kristus ke dunia, perjanjian itu hanya dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol saja. Kristus dalam Perjanjian Anugerah adalah "Mediator" antara Allah Bapa dan manusia. Di dalam perannya sebagai Mediator ini, Kristus memenuhi semua tuntutan perjanjian pihak manusia sehingga sanggup mendamaikan manusia dengan Allah.


2. Isi Perjanjian Anugerah


Janji Allah dinyatakan berulang-ulang dengan ungkapan, "Supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu" (Kejadian 17:7; Yeremia 31:33 32:38-40; Yehezkiel 34:2325, 2 Korintus 6:16-18; Ibrani 8:10). Kepenuhan janji Allah ini akan digenapi sebagaimana dikatakan dalam Wahyu 21:3, bahwa "Yehova adalah Allahku." Janji Allah yang tercakup adalah:


a. Berkat-berkat selama di dunia.

b. Pembenaran sehingga menjadi anak-anak Allah.

c. Pelaksanaan penuh akan berkat keselamatan.

d. Pemuliaan akhir.


Semua hal tersebut, dijanjikan Allah. Manusia hanya perlu merespons dan menerima janji-janji itu. Perjanjian Anugerah tidak hanya berbicara mengenai berkat-berkat selama di dunia ini, tetapi tujuan utama Perjanjian Anugerah adalah manusia diselamatkan, diangkat menjadi anak-anak Allah dan ikut memerintah bersama-sama dengan Allah dalam Kerajaan Sorga. Tentu, isi perjanjian ini sangat luar biasa, perlu respons manusia untuk menerima kasih karunia Allah.


3. Mengapa Allah Membuat Perjanjian Anugerah dengan manusia?


Kata "janji" atau "perjanjian" dalam bahasa Ibrani adalah "Berith", sedangkan dalam bahasa Yunani adalah "Syntheke" (perjanjian atau persetujuan antara dua pihak) dan "diatheke" (suatu aturan atau penetapan yang dibuat oleh satu pihak, sedang pihak yang lain hanya bisa menerima atau menolak). Dalam konteks ini, "Diatheke" yang dipakai. Kata yang sepadan dipakai dalam bahasa Latin adalah "Testamentum", artinya surat wasiat, surat yang ditinggalkan orang sebelum mati.


Allah membuat janji kepada manusia bukan karena manusia baik sehingga layak untuk menerima anugerah itu. Allah membuat janji karena kasih dan anugerah-Nya kepada manusia (baca Efesus 1:5-7). Perjanjian yang dibuat oleh Allah bersifat kekal sebab Allah yang berjanji adalah Allah yang kekal. Dalam bahasa Ibrani, kata "berith" selalu dipadankan dengan kata "karath" yang artinya adalah "Allah yang mengikat perjanjian". Sedangkan dalam Perjanjian Baru menggunakan kata "Diatheke" yang artinya adalah perjanjian yang benar-benar baru, belum ada jenis atau konsep sebelumnya dan sifatnya juga kekal. Orang berdosa menerima janji Allah melalui iman mereka. Dalam janji Allah, ada kasih karunia-Nya, dan kasih karunia itu dilimpahkan kepada semua manusia yang menerima, dan diberi-Nya kuasa untuk menjadi anak-anak Allah.


4. Sifat Perjanjian Anugerah


Perjanjian Anugerah dibuat antara Allah dan manusia. Perjanjian anugerah ini memang pemberian Allah semata, namun demikian perjanjian ini memiliki sifat yang bersyarat, yaitu dari pihak Allah, Ia memberikan jaminan atas janji-janji-Nya, sedangkan dari pihak manusia, manusia harus menerima dengan "iman" untuk memungkinkan mereka mewarisi janji-janji itu. Namun, apakah manusia dengan keberadaannya yang berdosa, dapat melakukannya? Dalam hal ini hanya anugerah Allah yang memungkinkan manusia untuk menerima janji itu, yaitu melalui kelahiran baru dan hidup baru dalam Kristus.


Perjanjian Anugerah merupakan "Grace" atau anugerah dari Allah. Allah yang menjanjikan dan memberikannya, dan manusia tidak melakukan apa pun, hanya menerima janji itu sendiri. Perjanjian Anugerah adalah keselamatan yang diberikan oleh Allah sendiri, atas inisiatif Allah sendiri. Berbagai ayat dalam menjelaskan bahwa semua usaha manusia untuk memperoleh keselamatan adalah sia-sia. Entah itu dengan kekayaan, hikmat, ilmu pengetahuan dan lain-lain tidak akan bisa untuk mendapatkan keselamatan. Sebab keselamatan hanya ada di dalam nama Yesus, dan kematian Yesus di kayu salib menjadi sarana, supaya manusia diselamatkan. Iman yang akan membawa manusia untuk mengenal, menerima dan hidup dalam keselamatan, tanpa iman akan sukar bagi manusia untuk menerima keselamatan. Dengan demikian, setiap orang akan melihat anugerah Allah tampak di dalam diri kita.


Setelah diselamatkan melalui karya Kristus, maka orang yang telah ditebus diikat dalam perjanjian anugerah di mana dia dinyatakan sebagai milik Allah, dan Allah menganugerahkan kepadaNya segala berkat keselamatannya dan berbagai pemberian dengan iman. Perjanjian ini bukan usaha manusia mendapatkan keselamatan tetapi ada tanggung jawab untuk mengikat diri dalam perjanjian berkat Allah yaitu ketaatan. Kematian Kristus di kayu salib telah menebus kita dari dosa-dosa membentangkan jalan anugerah yang ditawarkan Allah. (Roma 3:26)


DOA


"Bapa, aku mengucap syukur untuk kasih karunia yang Bapa berikan kepadaku. Anugerah dan kasih setia Tuhan yang tidak terbatas membuat aku layak untuk berdiri di hadapan-Mu dan melakukan apa yang menyenangkan hati-Mu. Oleh sebab itu ya Tuhan, ajarilah aku untuk menjadi saksi-saksi Kristus yang setia dan memberitakan Injil kepada sesamaku." Amin.

Pelajaran 03 - NATUR DOSA

 Nama Kursus: Manusia Dan Dosa

Nama Pelajaran: Natur Dosa

Kode Pelajaran: MDD-P03


Pelajaran 03 - NATUR DOSA


Daftar Isi

A. Pandangan Umum tentang Dosa

B. Pandangan Alkitab tentang Sifat-Sifat Dosa

C. Sifat Universalitas Dosa

 1. Relasi dengan Diri Sendiri

 2. Relasi dengan Orang Lain

 3. Relasi dengan Setan

 4. Relasi dengan Allah

D. Macam-macam Dosa

 1. Tujuh Macam Dosa Maut

 2. Dosa dalam Perjanjian Baru

 3. Dosa menurut Pembedaannya

E. Transmisi dan Hukuman Dosa

 1. Transmisi Dosa

 2. Hukuman Dosa


 

DOA

 

 

NATUR DOSA


Sebelumnya telah dijelaskan dalam Pelajaran 2, bahwa dosa yang diperbuat Adam telah mengakibatkan adanya perubahan status/kedudukan manusia, dari yang "tidak berdosa" menjadi "berdosa". Sejak jatuh dalam dosa, status manusia telah bergeser jauh dari yang ditetapkan oleh Allah. Pergeseran inilah yang kemudian menjadi sumber dari segala macam dosa. Sejak saat itu, manusia tidak dapat lari dari kenyataan tentang adanya dosa. Dosa telah masuk dalam seluruh kehidupan manusia dan memberikan dampak yang buruk dalam keseluruhan aktivitas manusia.


A. Pandangan Umum tentang Dosa


1. Teori Dualistis. Ini adalah teori Gnostisisme yang menganggap kebaikan dan dosa adalah dua eksistensi yang berjalan paralel yang bersifat kekal. Jadi, para penganut teori ini pada dasarnya meyakini bahwa dunia ini diperintah oleh dua kekuatan, yaitu roh dan materi; baik dan buruk; terang dan gelap, dan keduanya terus-menerus saling berperang.


2. Teori yang mengatakan bahwa dosa adalah kurangnya hal-hal penting dalam hidup. Dosa adalah eksistensi yang tidak dapat dihindari, karena manusia pasti punya keterbatasan, kelemahan dan ketidaksempurnaan. Jadi dosa adalah akibat dari keterbatasan manusia.


3. Teori yang mengatakan bahwa dosa adalah ilusi. Dosa adalah ketidakcukupan pengetahuan manusia, khususnya yang didapat manusia melalui panca indra. Oleh karena itu, panca indra menjadi alat dosa.


4. Teori bahwa dosa adalah kesadaran kebutuhan akan Allah. Bahwa di dalam diri manusia ada suatu tempat yang kosong dan hanya Allah yang bisa mengisinya. Jika manusia tidak menyadari akan kebutuhannya tersebut, maka ia akan merasa bersalah dan berdosa.


5. Teori bahwa dosa hanyalah mencakup tindakan saja. Pada umumnya manusia melihat perbuatan salah sebagai apa yang dilakukan atau tidak dilakukan saja, tetapi tidak sebagai apa yang dipikirkan seseorang.


6. Teori bahwa dosa adalah ketamakan. Bahwa pada dasarnya semua dosa dipicu oleh nafsu ketamakan atau keserakahan manusia untuk memiliki lebih dari apa yang ia miliki.


7. Teori bahwa dosa adalah kecenderungan natur manusia yang lebih rendah menuju pada kesadaran moral yang lebih tinggi (pengaruh Teori Evolusi).


B. Pandangan Alkitab tentang Sifat-Sifat Dosa


1. Dosa tidak memiliki eksistensi yang independen.


Dosa bukanlah suatu esensi atau substansi diri manusia (tidak tercipta bersama penciptaan manusia), tapi suatu "kejadian kecelakaan" yang menyebabkan kecacatan dalam diri manusia yang mulanya baik. Agustinus menyebutnya sebagai "Privatio Boni" (hilangnya kebaikan). Dosa tidak mengubah esensi tapi mengubah arah hidup manusia. Struktur gambar Allah (esensi yang Allah karuniakan kepada manusia) masih ada, tetapi tidak lagi memberikan fungsi yang seharusnya, bahkan menyimpang dari fungsi yang telah ditentukan Allah, sehingga berbalik dipakai untuk menentang Allah.


2. Dosa adalah jenis kejahatan yang sangat spesifik.


Dosa adalah kejahatan moral yang aktif karena manusia adalah makhluk berakal, sehingga dosa yang dilakukannya merupakan pilihan manusia sendiri (sengaja). Oleh karena itu, dosa menghasilkan permusuhan aktif dengan Allah.


3. Dosa memiliki sifat mutlak.


Tidak ada keadaan yang netral antara baik dan jahat. Jika seseorang tidak dalam status yang benar, ia pasti ada di posisi yang salah, karena tidak ada pilihan lain di antaranya. Oleh karena itu, Alkitab selalu mengajak orang berdosa berbalik dari statusnya yang berdosa. Artinya, posisi manusia yang berdosa harus diubah secara total.


4. Dosa selalu memiliki hubungan dengan pelanggaran akan kehendak Allah.


Bahkan untuk orang yang belum mengenal Allah, dosa merupakan pelanggaran akan norma-norma yang telah Allah tulis dalam hati manusia (Roma 2:14-16). Oleh karena itu, akibat dari dosa adalah pemisahan dari Allah.


5. Dosa mencakup kesalahan dan pencemaran.


Kesalahan Adam telah mencemari seluruh manusia. Hal itu tidak dapat disingkirkan lagi karena tindakan tersebut terkait dengan status Adam sebagai orang yang berdosa. Oleh karena itu, semua umat manusia yang dilahirkan dari Adam sudah membawa natur yang telah tercemar/rusak. Selain itu, pencemaran dosa juga melekat pada dosa perbuatan. Perbuatan dosa sering menghasilkan kebiasaan dosa, kebiasaan dosa selanjutnya menyebabkan bentuk kehidupan yang penuh dosa.


6. Dosa menempati kedudukan dalam hati.


Dosa mengendap di hati manusia, karena hati adalah sumber/pusat dari segala sesuatu yang terjadi dalam hidup manusia. Oleh karena itu, dari hati dosa menyebar ke seluruh pikiran, kehendak, perasaan dan ke seluruh tubuh manusia. Beberapa ayat Alkitab yang menunjukkan hati sebagai pusat adalah: Amsal 4:23 ; Yeremia 17:9 ; Matius 15:19 ; Lukas 6:45b.


7. Dosa tidak hanya mencakup tindakan tetapi juga pikiran


Dalam hal ini dosa berawal dari pikiran, lalu menimbulkan keinginan (hati), selanjutnya dinyatakan lewat tindakan. Hukum Allah sendiri mengatakan bahwa dosa bisa mencakup pikiran sebagaimana juga ucapan atau perbuatan, sebagaimana tercantum dalam Hukum Taurat yang ke sepuluh (Keluaran 20:17). Lalu pernyataan tersebut diulangi Yesus dalam Perjanjian Baru (Matius 5:28), juga Paulus dalam Galatia 5:16,17; 24, yang disebut sebagai "keinginan daging".


8. Dosa berakar dari kesombongan


Akar dosa adalah kesombongan. Berawal dari kejatuhan malaikat yang kemudian menjadi setan, setan pun menggoda Hawa supaya memiliki kesombongan yang sama dengannya (Kejadian 3:5). Kesombongan merupakan dosa yang mendasari semua dosa lain karena pada dasarnya dosa berarti keinginan untuk mandiri dan menolak untuk mengakui ketergantungan total kepada Allah.


9. Dosa biasanya berkedok


Manusia adalah makhluk yang rasional sehingga dalam hidupnya, manusia selalu mencoba merasionalkan segala tindakan yang berdosa, agar dapat dilanggar dengan tanpa perasaan bersalah.


a. Dosa selalu dilakukan untuk suatu alasan yang "baik".

b. Kesulitan manusia untuk mengenali dosa sendiri, sebab manusia lebih mudah melihat dosa orang lain daripada dosanya sendiri (Matius 7:3).

c. Cenderung ditutup-tutupi.


C. Sifat Universalitas Dosa


Baik orang Kristen maupun bukan Kristen menyadari bahwa dosa memiliki sifat yang universal. Sebab, setiap orang baik secara sadar atau tidak sadar mengakui kenyataan bahwa manusia selalu bergumul dengan kejahatan moral di dalam dirinya. Bagi orang Kristen, sifat universalitas dosa ini sangat jelas karena Alkitab menyatakan hal itu berkali-kali. Ada empat relasi universalitas dosa yang dapat dijelaskan, yaitu relasi dengan diri sendiri, orang lain, setan, dan dengan Allah.


1. Relasi dengan diri sendiri.


Dosa sebagai kuasa yang membelenggu. Sejak jatuh dalam dosa, di dalam diri manusia ada kuasa yang mengikat (Bondage of the will) yang mendorong manusia untuk melawan Allah. Disebut sebagai kuasa karena sering kali manusia tidak memiliki kekuatan untuk melawannya sehingga kebebasan manusia menjadi terganggu.


2. Relasi dengan orang lain.


Dosa adalah kelakuan yang merugikan. Dosa yang dilakukan di dalam tindakan menjadi perbuatan yang merugikan orang lain, baik secara sadar atau tidak sadar.


3. Relasi dengan setan.


Dosa sebagai alat pemersatu dengan setan. Selain dimengerti sebagai suatu kuasa dan kelakuan, dosa juga sebagai alat yang dipakai untuk mempersatukan manusia dengan setan.


4. Relasi dengan Allah.


Dosa sebagai sikap melawan Allah. Karena dosa, relasi manusia dengan Allah menjadi rusak. Bahkan lebih dari sekadar rusak, karena manusia menjadi berani melawan Allah. Namun, justru terhadap setan manusia menjadi begitu lemah.


D. Macam-macam Dosa


1. "Tujuh dosa maut" menurut Billy Graham berdasarkan klasifikasi kuno.


a. Kesombongan

b. Ketamakan

c. Nafsu yang terlarang dan tak terkendali

d. Iri hati

e. Kerakusan

f. Kemarahan

g. Kemalasan


2. Dosa dalam Perjanjian Baru


a. Menajiskan tempat Kudus (Markus 11:15-18).

b. Kemunafikan (Matius 23:1-36).

c. Ketamakan (Lukas 12:15).

d. Menghujat (Matius 12:22-37).

e. Melanggar Hukum (Matius 15:3-6).

f. Kesombongan (Matius 20:20-28; Lukas 7:14).

g. Menjadi batu sandungan (Matius 18:6).

h. Ketidaksetiaan (Matius 8:19-22).

i. Ketidaksopanan dan pelanggaran susila (Matius 5:27-32).

j. Tidak berbuah (Yohanes 15:16).

k. Amarah (Matius 5:22).

l. Ucapan yang berdosa (Matius 5:33; 12:36).

m. Pamer diri (Matius 6:1-18).

n. Kurang beriman (Matius 6:25; Roma 13).

o. Sikap tidak bertanggung jawab dalam pelayanan (Matius 25:14-30; Lukas 19:11-27).

p. Kurang berdoa (Lukas 18:1-8).

q. Bebal (Amsal 24:9).

r. Kecongkakan (Amsal 21:4).

s. Tidak benar dan tidak adil (1 Yohanes 5:17).

t. Tahu yang baik tetapi tidak menjalankan (Yakobus 4:17).

u. Melanggar atau melampaui tuntutan Taurat (1 Yohanes 3:4).


3. Dosa menurut pembedaannnya.


a. Pembedaan antara dosa-dosa roh dan dosa-dosa daging.

b. Pembedaan dosa berdasarkan derajat pengetahuan yang berbeda.

c. Pembedaan dosa yang disengaja dan tidak disengaja.

d. Pembedaan dosa berdasarkan sejauh mana seseorang menyerah kepada dosa.

e. Pembedaan antara dosa yang dapat diampuni dan yang tidak dapat diampuni.

f. Pembedaan antara dosa yang membawa maut dan yang tidak membawa maut.

g. Pembedaan antara dosa kecil dan dosa besar/lebih besar.


E. Transmisi dan Hukuman Dosa


1. Transmisi Dosa


Dengan cara bagaimanakah dosa Adam diturunkan kepada kita? Dosa Adam tidak diturunkan kepada keturunannya karena proses peniruan. Adam adalah kepala umat manusia sekaligus menjadi wakil manusia. Ketika ia berdosa, semua manusia tercakup di dalam kesalahan akibat dosa dan di dalam penghukuman akibat dosa (imputasi/dicangkokan). Oleh karena itu, semua orang yang lahir kemudian setelah Adam, dalam keadaan rusak. Kerusakan itu diturunkan kepada manusia melalui orang tuanya. Namun demikian, Alkitab tidak memberikan penjelasan yang gamblang tentang bagaimana hal itu terjadi. Namun, satu hal yang kita tahu, bahwa dosa Adam adalah dosa kita karena kita semua adalah keturunan Adam. Dosa yang berasal dari Adam membuka kesempatan bagi iblis untuk bekerja secara leluasa karena natur manusia sudah rusak/tercemar.


2. Hukuman Dosa


Hukuman ialah kesusahan atau kesakitan yang diberikan oleh pribadi yang memberi hukuman kepada orang yang telah melanggar hukum itu. Maksud yang terutama dari hukuman terhadap dosa, bukan untuk memperbaiki orang yang dihukum, dan bukan untuk menakut-nakuti orang-orang supaya jangan berbuat dosa, melainkan supaya kesucian Allah dibenarkan.


Allah adalah Allah yang adil, dan dosa adalah hal yang sangat serius bagi Allah. Oleh karena itu, dosa yang dilakukan manusia akan mendapat hukuman. Selain itu, Allah tidak dapat membiarkan dosa karena dosa merupakan tindakan agresif manusia untuk melawan dan membenci Allah (Keluaran 20:5).


Hukuman yang merupakan akibat langsung bagi orang berdosa adalah hukuman yang menimpa tubuh, jiwa, dan roh orang berdosa pada waktu sekarang. Apa maksud kalimat ini? Umpamanya, seorang bapa telah melarang anaknya memanjat pohon untuk mencegah agar anaknya tidak jatuh. Namun, anak itu tetap naik juga. Kemudian, ia jatuh dan lengannya patah. Setelah anak itu sembuh, bapanya memberi hukuman kepadanya. Hukuman sebagai akibat langsung adalah patah lengan, dan hukuman yang sudah ditentukan sebagai undang-undang ialah hukuman dari bapanya. Hukuman yang langsung sebagai akibat dari perbuatan dosa merupakan sebagian dari hukuman dosa, tetapi bukan merupakan hukuman yang pasti. Dalam tiap-tiap hukuman terdapat juga murka Allah. Orang-orang yang berpikir bahwa hanya ada hukuman langsung sebagai akibat dari perbuatan dosanya, maka orang itu lupa bahwa Allah berada dalam alam ini dan berkuasa atas segala-galanya.


a. Hukuman dosa asal.


Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa hukuman atas dosa adalah "maut" (kematian). Kematian yang disebut dalam Kejadian 2:17 sebenarnya memiliki tiga pengertian, yaitu:

 

1) Kematian jasmani (Terpisahnya tubuh fisik dengan roh dan jiwa).

2) Kematian rohani (Terpisahnya roh manusia dengan Roh Allah).

3) Kematian kekal (Terpisah dengan Allah untuk selama-lamanya).

 

b. Hukuman dosa perbuatan bagi orang Kristen.


Adapun beberapa hukuman dari perbuatan dosa manusia adalah sebagai berikut:


1) Hati nurani menjadi gelisah

2) Penderitaan badani sebagai konsekuensi langsung dari tindakannya

3) Penderitaan sebagai konsekuensi penghakiman manusia

4) Perpecahan hubungan dengan sesama

5) Hubungan dengan Allah menjadi terhalang

6) Berkat-berkat Tuhan menjadi tertunda


c. Tujuan Allah memberikan hukuman atas dosa perbuatan manusia.


Secara umum kita melihat ada tiga tujuan penghukuman yang diberikan oleh Allah kepada manusia, yaitu:


1) Untuk membuktikan keadilan dan kebenaran Allah.

2) Untuk membuat manusia jera sehingga berhenti berbuat dosa.

3) Untuk mengajar manusia agar kembali kepada Allah.


d. Hukuman dosa bukan berarti bahwa roh dan jiwa lenyap.


Semua roh manusia akan hidup selama-lamanya walaupun ia tidak mengenal Yesus Kristus. Itu artinya, bukan hanya orang yang percaya kepada Kristus saja yang akan hidup selama-lamanya, melainkan semua orang. Perkataan yang diterjemahkan dengan arti "tidak binasa" ditulis enam kali di dalam Perjanjian Baru. Tiga kali perkataan itu berarti "tidak binasa" (Roma 2:1; I Timotius 1:17), dan tiga kali berarti "tidak ada kematian" (I Korintus 15:53,54; I Timotius 6:16). Di dalam Perjanjian Baru, pemakaian istilah "binasa" bukan berarti benda atau orang itu dilenyapkan, namun lebih kepada pengertian "sudah rusak", atau "tidak dapat dipakai lagi untuk maksud yang semula." Misalnya, dalam Matius 9:17 terdapat perkataan "kantong itu pun hancur". Itu bukan berarti kantong kulit itu dilenyapkan, melainkan tidak dapat dipakai lagi untuk maksud yang semula. Oleh karena itu, jelas sekali bahwa hukuman dosa (kebinasaan) bukan berarti roh atau jiwa manusia dilenyapkan, melainkan hidup selama-lamanya dalam keadaan binasa dan dihukum.


Akhir Pelajaran (MDD-P03)


DOA


"Aku sangat bersyukur atas kasih dan kemurahan Tuhan atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk menerima anugerah hidup yang kekal, sebagai manusia yang berdosa aku sadar bahwa tanpa Yesus mati di kayu salib untuk menjadi tebusan, aku pasti akan binasa. Berikan aku kekuatan agar dapat membagikan anugerah rohani ini kepada orang lain." Amin.

Pelajaran 02 - KEBERADAAN MANUSIA YANG BERDOSA

 Nama Kursus: Manusia Dan Dosa

Nama Pelajaran: Keberadaan Manusia Yang Berdosa

Kode Pelajaran: MDD-P02


Pelajaran 02 - KEBERADAAN MANUSIA YANG BERDOSA


Daftar Isi

A. Asal Mula Dosa

B. Kejatuhan Manusia

 1. Dosa Masuk Pada Manusia

 2. Beda antara Dosa Adam dan Dosa Manusia Sekarang

 3. Kerusakan Gambar dan Rupa Allah dalam Diri Manusia

C. Universalitas Dosa

 1. Sejarah Agama dan Filsafat

 2. Pandangan Alkitab

 3. Sifat Universalitas Dosa

 

DOA



KEBERADAAN MANUSIA YANG BERDOSA


Manusia pertama yang diciptakan Allah di dunia adalah Adam. Allah menempatkan manusia pertama ini di taman Eden. Allah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan manusia dalam taman tersebut. Selain itu, Allah juga memberikan kehendak bebas kepada manusia untuk bertindak. Namun, pada kehendak bebas Allah berikan itu ternyata gagal untuk dipertanggungjawabkan oleh manusia. Manusia tidak menaati peraturan yang ditetapkan oleh Allah dan manusia lebih mendengarkan perkataan iblis dan mengabaikan perintah Allah sehingga manusia jatuh ke dalam dosa.


A. Asal Mula Dosa


Perdebatan mengenai asal mula kejahatan di dunia seringkali diperdebatkan baik dalam ranah teologi maupun filsafat. Darimana kejahatan berasal, dan mengapa bisa terjadi, menjadi suatu masalah yang paling tidak mudah dimengerti, sehingga manusia sangat tertarik untuk menganalisanya.


Sering kali orang bertanya, "Dari manakah dosa berasal?" Mengenai asal dosa, Alkitab memang tidak memberikan keterangan yang jelas. Namun, Alkitab cukup jelas memberitahukan kepada kita bahwa dosa bukan dari Allah dan tidak diciptakan oleh Allah. Sebab, dalam Alkitab dikatakan dengan jelas bahwa Allah adalah suci dan segala sesuatu yang Tuhan ciptakan adalah baik dan sempurna adanya (Kejadian 1:31).


Jadi, dari manakah dosa berasal? Dosa berasal dari hati Lucifer. Lucifer adalah seorang malaikat Tuhan yang diciptakan oleh Tuhan. Namun, karena berbagai kelebihan yang dimilikinya, ia menjadi sombong dan mulai melawan Tuhan (Yehezkiel 28:15-17; Yesaya 14:13-14). Malaikat yang telah jatuh itulah yang dinamakan Iblis atau Lucifer. Melalui dia segala jenis dosa dan kejahatan ada di dunia ini.


Iblis adalah makhluk yang pertama kali memberontak terhadap Allah. Kemudian ia juga mengajak manusia ciptaan Allah untuk ikut memberontak terhadap Allah. Sehingga seperti yang kita ketahui saat ini, manusia yang memiliki pengetahuan dari Allah telah berdosa karena menentang Allah, sehingga membuat semua orang berdosa dan mereka harus bertanggung jawab atas dosa mereka.


Dalam Roma 5:6, 8, 10 dijelaskan tentang keberadaan dosa dalam diri manusia dengan menunjukkan tiga fakta utama tentang manusia, yaitu:

a. Ketidakmampuan manusia untuk tunduk dan menaati hukum Allah (Ayat 6)

b. Kesengajaan manusia untuk melanggar batas larangan yang ditentukan Tuhan (Ayat 8)

c. Keputusan moral manusia berdasarkan akal budinya untuk melakukan apa yang manusia tahu tidak seharusnya ia lakukan (Ayat 10)


Alkitab memandang dosa sebagai sesuatu yang serius dan berat, dosa bukan hanya sekadar kelemahan. Dosa sekecil dan sesedikit apa pun merupakan pelanggaran yang membuat manusia menjadi seteru Allah. Pelanggaran terhadap satu hukum Allah merupakan pelanggaran terhadap semua hukum. Alkitab juga menyebutkan adanya perbedaan kualitas dosa dan kuantitas dosa.


B. Kejatuhan Manusia


1. Dosa Masuk pada Manusia


Seperti yang tertulis dalam Kejadian 3:1-24, bahwa dosa masuk kepada manusia lewat pelanggaran yang dilakukan oleh Adam dan Hawa. Sebab, perintah yang Allah berikan kepada Adam untuk jangan makan "buah pengetahuan yang baik dan yang jahat" telah dilanggar oleh Adam dan Hawa. Tidak ada pendapat yang seragam tentang mengapa pohon itu disebut sebagai "pengetahuan yang baik dan yang jahat." Tetapi, secara umum dapat dikatakan pohon tersebut "ada" untuk menguji ketaatan manusia (Adam). Dengan iman, manusia mau dan rela untuk taat, dan bukan karena paksaan.


a. Dosa Pertama


Dosa pertama yang dilakukan manusia menunjukkan sifat umum dosa, yaitu:

- Meragukan kebenaran yang ditunjukkan Allah.

- Kesombongan yang menyebabkan pelanggaran standar moral.

- Mempertanyakan status manusia.


b. Kejatuhan Manusia dalam Dosa


Kejatuhan manusia dalam dosa merupakan wujud usaha setan menaburkan benih ketidaktaatan dalam hati manusia, yang dilakukan melalui perantara, yaitu ular dan Hawa (Yohanes 8:44; Roma 16:20; 2 Korintus 11:3; Wahyu 12:9). Ada alasan yang kuat mengapa setan memakai Hawa. Pertama, karena Hawa bukanlah penerima pertama perjanjian. Kedua, bukan Hawa yang menerima perintah langsung dari Tuhan. Dan, ketiga, Hawa menjadi alat efektif untuk menaklukkan pendirian dan hati Adam.


Berbicara tentang kisah kejatuhan manusia, ada beberapa pihak atau kelompok tertentu yang menganggap bahwa kisah di taman Eden itu bukan sebagai kebenaran historis dan harafiah. Kelompok ini berpendapat, bahwa kisah kejatuhan manusia:


- dianggap sebagai kisah legenda/mitos yang tidak ada kebenaran historisnya, dan

- dikatakan sebagai kisah figuratif/alegoris yang sebenarnya menjelaskan tentang bagaimana manusia mengalami kerusakan dan perubahan secara perlahan-lahan. Namun, kita percaya bahwa seluruh kebenaran Alkitab dengan jelas memaparkan bahwa kisah kejatuhan manusia yang ditulis dalam kitab Kejadian bukanlah cerita figuratif, tetapi fakta (Yesaya 43:27; Roma 5:12,18,19; 1 Korintus 5:21; 1 Timotius 2:14, dll).


2. Beda antara Dosa Adam dan Dosa Manusia Sekarang


a. Dosa Pertama Adam


Alkitab menceritakan kepada kita bahwa melalui dosa Adam, hati seluruh manusia di dunia kemudian juga dimasuki oleh dosa. Dosa ini bahkan terus berlanjut sampai hari ini. Ketika seorang bayi mungil lahir di dunia, maka bayi tersebut sudah lahir di dalam dosa. Dosa yang ada pada bayi dosa tersebut adalah dosa warisan, yaitu dosa yang berasal dari jatuhnya Adam ke dalam dosa. "Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus" (1 Korintus 15:22).


Dosa yang dilakukan Adam bukanlah dosa pribadi atau individu karena Adam adalah wakil dari seluruh umat manusia. Dalam hal ini, kita mungkin dapat memakai istilah "Adam menurunkan dosa kepada semua keturunannya." Sementara itu, dosa yang diperbuat oleh keturunan Adam hingga saat ini adalah dosa pribadi yang merupakan hasil dari sifat manusia berdosa. Untuk dosa pribadi ini, Allah juga akan memperhitungkannya pada hari penghakiman (Roma 2:6).


Sebelum Adam jatuh dalam dosa, pada hakikatnya Adam tidak berdosa. Ia juga memiliki kehendak bebas yang sebebas-bebasnya untuk taat (tidak berdosa) atau tidak taat (berdosa) kepada Tuhan. Akan tetapi, seluruh keturunan Adam tidak lagi memiliki kebebasan untuk memilih seperti Adam karena secara status mereka sudah berdosa, yaitu dosa yang diwariskan oleh Adam kepada seluruh umat manusia.


b. Dosa Manusia Sekarang


Dosa yang dilakukan oleh Adam menyebar kepada seluruh umat manusia. Oleh karena itu, semua manusia mewarisi dosa Adam. Sebagai contoh pada masa zaman Nuh, manusia mulai hidup semaunya sendiri, mereka kawin dan mengawinkan, mereka melakukan hal-hal yang mendukakan hati Tuhan. Demikian juga keadaan manusia sekarang, manusia mulai memikirkan dirinya sendiri, tidak memiliki belas kasihan kepada orang lain, mengejar hawa nafsu, dan memikirkan hal-hal yang sifatnya duniawi. Hal-hal yang dilakukan manusia tersebut adalah dosa.


Status manusia sebagai pewaris dosa-dosa Adam, membuat manusia jatuh ke dalam kematian kekal apabila tidak menerima keselamatan yang Allah berikan. Namun, jika manusia mau menerima pengampunan yang diberikan Allah melalui karya keselamatan Yesus Kristus, maka dosa yang diperbuatnya tidak lagi memengaruhi statusnya di hadapan Allah. Manusia akan menjadi yang "dibenarkan" oleh karena iman kepada Yesus Kristus. Namun, jika seorang Kristen berbuat dosa, ia merusak hubungannya dengan Tuhan dan mendukakan Roh Kudus.


3. Kerusakan Gambar dan Rupa Allah dalam Diri Manusia


Masihkah manusia memiliki gambar dan rupa Allah setelah ia jatuh dalam dosa? Pertanyaan ini telah dijawab dengan jelas oleh Alkitab ketika Tuhan berbicara kepada Nuh, "Siapa menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri" (Kejadian 9:6; Yakobus 3:9). Jadi, tidak dapat disangkal bahwa manusia masih memiliki gambar dan rupa Allah. Namun, Alkitab juga mengatakan, bahwa kejatuhan manusia membuat gambar Allah dalam diri manusia rusak, sehingga manusia perlu dipulihkan Allah. Dan hanya melalui Kristus, gambar Allah itu dapat dikembalikan. Proses pengudusan juga akan membuat gambar Allah dalam diri orang percaya semakin kelihatan jelas (Efesus 4:24).


C. Dosa dan Anugerah


Kita dapat menjadi anak-anak Allah dengan cara menerima dan beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Sebagai anak-anak Allah, kita harus sungguh-sungguh dan mengizinkan Dia untuk mengarahkan hidup kita melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Perbuatan-perbuatan baik itu muncul dan bertumbuh karena pengalaman kita dalam menerima anugerah Allah. Kita dapat melakukannya karena kita telah menerima keselamatan dalam Yesus Kristus. Dengan demikian, Allah sebagai sumber anugerah akan memimpin hidup kita untuk melayani Dia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keselamatan merupakan anugerah Allah. Karena kita telah diselamatkan oleh anugerah Allah, maka sudah sepantasnya kita bersyukur atas anugerah Allah tersebut dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang menjadi kehendak Allah.


Keberadaan manusia yang berada dalam dosa, membuat manusia dapat melakukan hal-hal yang tidak benar dan mendatangkan dosa. Sekalipun manusia telah berbuat baik dan melakukan apa yang benar, dosa tetap ada dalam diri manusia. Ketika dosa masih ada dalam diri manusia, maka manusia membutuhkan seorang Juru Selamat yang mampu menyelamatkan dan menolong manusia. Sebab, manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, manusia membutuhkan seorang yang tidak berdosa untuk melepaskan manusia dari lumpur dosa. Berikut ini beberapa hal yang membuat manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, yaitu:


1. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri karena ia telah melanggar hukum Allah.


Sebab, dosa tidak dapat memperbaiki hukum Allah. Sedalam dan setulus apa pun penyesalan akan dosa, tidak dapat memperbaiki kesalahan dimasa lalu dan tidak dapat memperbaiki hukum Allah yang telah dilanggar. Kebenaran dari hal ini adalah bahwa hukum yang telah dilanggar itu menuntut agar orang tersebut harus menerima hukuman. Manusia telah melanggar hukum Allah dengan dosa dan seseorang harus membayar hutang tersebut.


Selain itu, mengubah keseluruhan hidup seseorang tidak dapat membuang dosa yang sudah diperbuat. Kita mesti ingat bahwa hidup yang saleh untuk masa depan tidak akan menutupi dosa di masa lalu. Seandainya seseorang yang terhilang dapat berhenti berbuat dosa sama sekali dan hidup dalam kehidupan tanpa dosa dalam sisa hidupnya, dia akan tetap hidup di neraka. Orang itu harus membayar untuk dosa-dosa kita di masa lalu supaya hutang kita lunas, tetapi tidak sembarang orang bisa melakukannya. Kita tidak bisa memutuskan bagi diri kita sendiri bahwa kita sekarang akan memulai hidup yang baik dan berharap dosa-dosa kita di masa lalu tidak lagi diperhitungkan. Ia hanya bisa menutupi dosanya dengan darah Yesus Kristus.


2. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri karena dia adalah makhluk yang secara alamiah sudah berdosa.


Ia tidak memiliki kuasa untuk menyelamatkan dirinya sendiri. "Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dipahami secara rohani" (1 Korintus 2:14).


Kejatuhan manusia dalam dosa membuat manusia membutuhkan seorang penolong yang mampu mengangkat dan melepaskan dari dosa. Sebab, manusia yang berdoa tidak bisa datang kepada Allah yang kudus. Sesuatu yang gelap dan kotor tidak bisa bersatu dengan sesuatu yang suci dan kudus. Oleh sebab itu, Allah Bapa memberikan Anak-Nya yang tunggal, yaitu Kristus Yesus untuk mati dan menebus semua dosa manusia. Kematian satu orang untuk menebus semua orang. Dan, keselamatan hanya ada di dalam nama Yesus, tidak ada nama lain yang sanggup menyelamatkan manusia dari lumpur dosa.


3. Manusia Memerlukan Hati yang Baru


Orang yang berdosa melakukan perbuatan-perbuatan yang jahat, memikirkan pikiran-pikiran yang jahat, pergi ke tempat-tempat yang tidak baik dan menolak Yesus Kristus karena dia memiliki hati yang jahat. Kebutuhannya yang sesungguhnya adalah hati baru yang bersih. "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!" (Mazmur 51:12).


Tidak ada kebudayaan, penjernihan, pendidikan, atau pengakuan terhadap suatu agama yang dapat mengubah sifat manusia. Seorang manusia tidak dapat mengubah sifatnya sendiri. Dia harus dilahirkan kembali. Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah" (Yohanes 3:3).


Kita mungkin bisa menyimpulkan bahwa seorang manusia tanpa Yesus bukan hanya dalam keadaan yang terhilang tetapi juga dalam keadaan yang tidak berdaya. Hanya melalui Yesus Kristus, manusia dapat menerima keselamatan dari keadaannya yang tersesat dan tak berdaya.


"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)


Akhir Pelajaran (MDD-P02)


DOA


"Betapa aku mengucap syukur kepada Engkau ya Allah, sebab Engkau sudah mengangkatku dari keadaanku yang berdosa, kotor dan orang hukuman, menuju kepada kehidupan kekal bersama Yesus Kristus. Berikanku hati yang senantiasa melekat kepada-Mu, dan berikan aku kekuatan serta keberanian untuk menjadi alat-Mu dalam menjangkau jiwa yang belum percaya kepada-Mu." Amin.

Pelajaran 01 - PENGERTIAN DOSA

 Nama Kursus: Manusia Dan Dosa

Nama Pelajaran: Pengertian Dosa

Kode Pelajaran: MDD-P01


Pelajaran 01 - PENGERTIAN DOSA


Daftar Isi

A. Definisi Istilah

 1. Istilah Dosa dalam Alkitab

 2. Istilah Manusia dalam Alkitab ("Adam")

B. Tempat Doktrin Manusia dalam Ilmu Teologi

 1. Secara Ilmiah

 2. Secara Teologis

C. Pengertian Dosa

 1. Dosa adalah Pemberontakan Menentang Allah

 2. Dosa adalah Keadaan Najis dan Jahat

 3. Dosa adalah Sikap Tidak Percaya

D. Pembagian Dosa

 1. Dosa Asal

 2. Dosa Perbuatan

 

DOA



PENGERTIAN DOSA


Pelajaran pertama yang akan dibahas dalam modul ini adalah tentang dosa. Alkitab menjelaskan bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa. Kehendak bebas yang diberikan Allah, justru menjadi jerat bagi manusia untuk melanggar perintah Tuhan, yaitu tidak boleh mengambil buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat yang ada di tengah-tengah taman. Manusia telah gagal dalam menggunakan kehendak bebasnya sehingga merusak gambar dan rupa Allah yang diberikan bagi manusia. Akibatnya, kegagalan tersebut melahirkan sesuatu yang buruk dalam kehidupan manusia, yaitu dosa.


A. Definisi Istilah


1. Dosa


Secara etimologis dosa berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata "hamartia" yang artinya adalah "tidak mencapai target atau sasaran". Ketika Allah menciptakan manusia dan menempatkan mereka di dalam taman Eden, Allah memberikan satu perintah kepada manusia untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, sebab pada hari manusia memakannya, pastilah mereka akan mati. Dituliskan dalam Kejadian 3, manusia gagal dan tidak menuruti perintah Allah itu. Manusia tergoda dengan bujuk rayu iblis sehingga mengambil buah dari pohon itu. Kegagalan manusia inilah yang dinamakan dosa.


Istilah "dosa" muncul sangat banyak dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Berikut ini pemakaian istilah-istilah dosa dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru:


a. Dalam Perjanjian Lama


1) Hatta


Dosa dalam bahasa Ibrani adalah "hatta", berarti "tidak kena atau tidak sampai." Pengertian tersebut dapat dihubungkan dengan anak panah yang "tidak kena" sasarannya. Dosa menurut istilah ini berarti tidak kena, tidak sampai, atau menyimpang dari tujuan dan maksud Allah. Dosa menurut istilah tersebut bukan hanya mencakup perbuatan dosa, tetapi juga keadaan hati dan maksud hati yang berdosa (Kejadian 4:7; Keluaran 9:27; Bilangan 6:11; Mazmur 51:4,6; Amsal 8:36).


"Hatta" berarti jauh dan mengurangi standard dari Tuhan yang Mahasuci. Allah telah menetapkan suatu standard, namun manusia justru jatuh dan turun dari standard yang telah ditetapkan oleh Allah. Itulah yang disebut dengan "hatta". Alkitab memakai istilah ini sebanyak 580 kali dalam Perjanjian Lama. Istilah "hatta" menjadi sesuatu yang sangat menyedihkan hati Tuhan, sebab manusia gagal untuk hidup sesuai dengan standard atau patokan yang telah ditetapkan oleh Tuhan.



2) Avon


Dalam bahasa Ibrani, kata yang dipakai adalah "avon" yang berarti "bengkok atau diputar". Dalam hal ini berarti hati yang bengkok, yang diputar dari yang benar. Kata tersebut tidak terlalu menjurus kepada perbuatan jahat, melainkan berkenaan dengan hati dan tabiat yang jahat (Kejadian 15:16; Mazmur 32:5; Yesaya 5:18), yang mengakibatkan manusia pantas untuk dihukum. 


Kata "avon" sangat sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, namun pada akhirnya istilah ini diterjemahkan sebagai suatu perasaan dalam diri manusia yang menganggap dirinya cacat atau perasaan di dalam jiwa yang membuat diri merasa kurang benar, sehingga perlu untuk menegur diri sendiri.


3) Pesha


Dalam bahasa Ibrani, kata yang dipakai adalah "pesha" yang berarti "melawan yang berhak, melawan perintah Allah, dan melakukan bidat," (Mazmur 51:3; Amsal 28:2). "Pesha" juga berarti pelanggaran atas suatu batas yang sudah ditetapkan tetapi manusia justru melewati batas itu. Oleh sebab itu, manusia sudah gagal karena telah berjalan melampaui batas yang sudah ditetapkan oleh Allah. Penyelewengan dari jalan yang telah Tuhan tetapkan ini disebut dosa.


Masih ada beberapa istilah lain untuk dosa, seperti: Pendurhakaan, kejahatan, pelanggaran karena ketidaktahuan, penyimpangan, kebencian, kenakalan, dll. (Kejadian 41:9; Imamat 4:13; Yehezkiel 34:6; Mazmur 119:21; Imamat 19:17; Mazmur 94:20).


b. Perjanjian Baru


1) Hamartia


Kata "Hamartia" merupakan istilah dosa yang sering muncul dalam Perjanjian Baru, kata ini dituliskan sebanyak 174 kali dalam Perjanjian Baru, dan 71 kali dalam tulisan-tulisan Paulus. Kata ini tidak hanya mengenai perbuatan dosa, melainkan juga keadaan hati dan pikiran yang jahat. Arti dari kata tersebut adalah "manusia ada dalam keadaan ditipu" (Roma 3:23).


2) Adikia


Kata "Adikia" memiliki arti "kejahatan". Seperti halnya dalam I Yohanes 1:9, kata tersebut diterjemahkan "kejahatan". Kata ini muncul dalam I Yohanes 5:17 yang juga diterjemahkan "kejahatan". Istilah ini menunjuk kepada suatu keadaan hati dan pikiran yang jahat. Oleh sebab itu Yohanes berkata bahwa dosa-dosa kita diampuni dan kita disucikan dari kejahatan.


3) Parabasis


Parabasis mengandung arti "menyimpang dari yang seharusnya." Kata ini selalu dipakai dalam hal yang berhubungan dengan pelanggaran terhadap hukum yang pasti (Roma 4:15). Hukum-hukum Allah menuntut supaya manusia menaatinya, dan bilamana manusia tidak mau menaatinya, berarti ia adalah pelanggar hukum dan berdosa. Dan tentu saja murka Allah akan jatuh ke atasnya (Roma 4:15).


4) Anomia


Kata "Anomia" sebenarnya tidak mengandung pengertian "melanggar hukum dalam suatu perbuatan yang pasti", namun kata ini lebih menjurus kepada pengertian "tidak menurut atau tidak memedulikan hukum." Kata tersebut menjelaskan tentang keadaan hati.


5) Asebeia


Kata tersebut mengandung arti "keadaan fasik", yaitu tidak ber-Tuhan. Lebih jauh lagi, kata tersebut mengandung arti bahwa tabiatnya yang berlawanan dengan tabiat Allah (Roma 1:8; Yudas 14:15).


6) Paraptoma


Arti dari kata ini adalah "tidak berdiri teguh pada saat harus teguh", atau "tidak sampai pada yang seharusnya" (Matius 6:14,15).


Dalam Perjanjian Baru, masih banyak istilah lain yang dipakai untuk menjelaskan perbuatan dosa, misalnya: Kefasikan, kelaliman, keinginan jahat, kecemaran, dendam, kedengkian, pembunuh, perkelahian, tipu daya, khianat, penghasut, pengumpat, kebencian, kemabukan, takabur, hawa nafsu, zinah, cemburu, menyembah berhala dan lain-lain.


2. Manusia


Secara etimologis manusia berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata "antrophos" yang berarti manusia. Perjanjian Baru menggunakan kata "antrophos" secara umum. Sedangkan secara khusus, bahasa Yunani menuliskan beberapa kata mengenai manusia berdasarkan sifat dan keberadaan manusia seperti "pneumatos" yang artinya adalah manusia yang hidup dalam pimpinan Roh Kudus, "sarkikos" yang artinya adalah manusia yang hidup dalam daging, dan ada pula kata "pneuma sarkikos" yang artinya manusia yang sudah dipimpin oleh Roh tetapi hidup dalam kedagingan. Berdasarkan kajian yang sudah diutarakan di atas, maka ilmu yang memelajari tentang manusia disebut dengan Antropologi.


Sementara itu, Perjanjian Lama menggunakan kata "Adam" yang diterjemahkan sebagai "manusia". Dalam Kejadian pasal 1 sampai pasal 4:1-24, penulis kitab Kejadian menuliskannya sebagai "manusia". Sedangkan dalam Alkitab Ibrani, kata "manusia" diterjemahkan dengan kata "Ha Adam". Kata Adam ternyata digunakan untuk menyebut beberapa hal, yaitu:


a. Nama Diri


Penggunaan nama Adam yang menunjuk sebagai nama diri dapat dilihat dalam Kejadian 5:1, "Inilah daftar keturunan Adam". Sebagaimana yang sudah Alkitab tuliskan bahwa manusia pertama yang diciptakan oleh Allah adalah Adam. Sebagai pribadi, maka Adam dituliskan bahwa ia memiliki istri, anak dan keturunan yang ia peranakkan. Alkitab menuliskan dengan jelas bahwa Adam bersetubuh dengan istrinya Hawa, sehingga mereka mendapatkan dua anak laki-laki yang dinamai Kain dan Habel. Akan tetapi, Kain membunuh adiknya Habel, maka Tuhan memberikan Adam satu anak lagi sebagai pengganti Habel yang dinamakan Set. Dari Set inilah keturunan Adam terus bertambah hingga sampai kepada Nuh.


b. Umat Manusia


Kata manusia, baik dalam bahasa Inggris "Man" maupun dalam bahasa Ibrani "Adam", menunjukkan gender maskulin. Dalam bahasa Ibrani, "Adam" selain sebagai nama pribadi (manusia pertama) dan kata yang menunjuk kepada manusia laki-laki, kata ini juga berarti umat manusia secara keseluruhan (human race), seperti yang ditunjukkan dalam Kejadian 5:1-2, "Inilah daftar keturunan Adam. Pada waktu manusia itu diciptakan oleh Allah, dibuat-Nyalah dia menurut rupa Allah; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Ia memberkati mereka dan memberikan nama "Manusia" kepada mereka, pada waktu mereka diciptakan."



B. Tempat Doktrin Manusia dalam Teologi Sistematika


Tempat doktrin manusia dalam Teologi Sistematika sangatlah penting karena manusia adalah objek utama dari rencana keselamatan oleh Allah. Dalam Teologi Sistematika terdapat doktrin-doktrin atau pengajaran-pengajaran yang disusun secara sistematis, sehingga mudah untuk dipelajari. Dalam Teologi Sistematika, manusia dipelajari dalam sebuah doktrin yang disebut dengan Antropologi.


Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia. Namun dalam perkembangannya, Antropologi dipisahkan menjadi dua bagian yaitu:


1. Secara Ilmiah


Antropolgi secara ilmiah adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang hakikat manusia secara sosio-psikofisik dan sejarahnya yang dilihat dari peradaban manusia secara umum.


2. Secara Teologis


Antropologi secara teologis adalah memandang manusia dari sisi teologis. Secara teologis akan membahas dan mempelajari hubungan manusia dan Allah sebagaimana yang dituliskan dan diajarkan oleh Alkitab.


Manusia bukan saja sebagai mahkota dari seluruh ciptaan Allah, tetapi manusia adalah sebagai objek khusus pemeliharaan Allah. Manusia menempati kedudukan yang sangat penting di dalam Alkitab, sehingga dengan demikian pengetahuan manusia dalam relasinya dengan Allah haruslah merupakan pengetahuan yang tepat. Dengan demikian tidak heran jika dalam Teologi Sistematika doktrin Manusia akan menjadi bahasan langsung setelah pembahasan Doktrin Allah.


C. Pengertian Dosa


1. Dosa adalah Pemberontakan untuk Menentang Allah


"Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya." (Roma 8:7) Dalam surat Roma, Rasul Paulus menjelaskan bahwa kedagingan manusia telah tercemar oleh dosa. Dosa memicu manusia untuk melakukan apa yang salah dan jahat di mata Tuhan. Pada saat itulah manusia terus menerus memberontak kepada Allah.


2. Dosa adalah Keadaan Najis dan Jahat


Kejatuhan manusia dalam dosa membuatnya cenderung untuk melakukan hal yang menentang Allah. Alkitab mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia sesuai dengan gambar-Nya. Jadi, ketika hidup manusia tidak lagi ada di bawah standard dan tidak lagi menaati hukum Allah, maka hal itu adalah dosa. "Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,..." (Kejadian 6:5).


3. Dosa adalah Sikap Tidak Percaya


Semua dosa biasanya dimulai dari ketidakpercayaan. Jadi, dosa adalah pemberontakan menentang hukum Allah, yaitu suatu keadaan yang cemar, tidak benar, yang mana manusia tidak percaya kepada Allah dan pada akhirnya menolak rencana keselamatan melalui Yesus Kristus. Hal terburuk dari dosa adalah menentang Allah. "Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!" (Mazmur 51:4).


D. Pembagian Dosa


Dewasa ini kita mengenal tentang pembagian dosa. Seperti yang diajarkan oleh Alkitab, dosa dibagi menjadi dua bagian, yaitu dosa asal dan dosa perbuatan.


1. Dosa Asal


Alkitab mengajarkan bahwa dosa masuk ke dalam dunia melalui satu orang, yaitu Adam. "Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus." (I Korintus 15:22). Dosa Adam yang terjadi pada awal kehidupan manusia telah membawa dosa masuk ke dalam dunia. Dan, sejak itu dosa juga masuk ke dalam kehidupan semua orang. Dosa asal bersifat tunggal. Dosa asal memberi kekuatan yang fatal sehingga menyebabkan manusia tidak lagi dapat melakukan perbuatan yang benar kepada Allah. Manusia terus menerus memberontak kepada Allah sehingga membawa mereka pada penghukuman. Namun, dosa asal telah ditebus oleh darah Kristus ketika seseorang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.


2. Dosa Perbuatan


Ketika kita mencapai suatu tingkat pengetahuan di mana kita bisa mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, maka kita bertanggung jawab akan semua yang kita lakukan. Melalui Adam, kita telah mewarisi dosa asal. Dosa dalam hidup kita akhirnya juga menghasilkan perbuatan-perbuatan yang melanggar Allah. Perbuatan-perbuatan yang kita lakukan, walaupun kita tahu sebelumnya bahwa perbuatan itu salah dan tidak boleh dilakukan, tetapi tetap kita lakukan. Bukan hanya itu, dosa perbuatan juga kita lakukan ketika kita gagal melakukan sesuatu untuk Allah setelah hati nurani kita menyuruh kita melakukannya. Dosa-dosa seperti itulah yang disebut dengan dosa perbuatan. Dosa perbuatan bersifat jamak, baik yang berupa tindakan secara langsung maupun yang berupa keinginan dan pikiran. Dosa perbuatan ini juga diperhitungkan oleh Allah. Tetapi untuk orang yang percaya kepada Kristus, dosa-dosa perbuatan itu telah ditebus oleh Kristus dan tidak diperhitungkan lagi oleh Allah karena jasa kematian dan penderitaan Tuhan Kristus Yesus.



Akhir Pelajaran (MDD-P01)


DOA:


"Tuhan Yesus Kristus, aku sungguh mengucap syukur atas anugerah yang Engkau berikan kepadaku. Engkau telah mengasihiku yang penuh dengan dosa ini, dan telah memberikan kesempatan kepadaku untuk memperoleh keselamatan dan diperdamaikan dengan Tuhan Yesus Kristus. Urapilah aku agar aku dapat membagi dan menyampaikan kabar keselamatan kepada orang lain yang belum percaya kepada-Mu. Amin."

Misi Kristus Sedunia

PELAJARAN SEKOLAH MINGGU

  TANGGAL   PELAJARAN SEKOLAH MINGGU KATEGORI Babak pertama        ...