Thursday 16 June 2016


Pertanyaan Yang Menuntut Jawaban

 
[book cover r4358i ]

Abd al-Masih


Pada zaman yang serba cepat saat ini, pesawat udara telah membawa benua-benua yang begitu jauh menjadi lebih dekat. Banyak orang dapat bepergian dengan bebas ke negara-negara lainnya. Kita telah menjadi "Desa Sedunia" (Global Village) – Produksi harian dari buku, TV, dan radio telah mempengaruhi pemikiran semua orang, dan kadang kala mengakibatkan orang menjadi bingung dan frustrasi. Dunia ini bising sekali dengan segala macam masalah. Walaupun teknologi telah begitu majunya, tetap saja muncul pertanyaan lama: Apakah kebenaran yang kekal itu? Jika kita saling mendengarkan, kita dapat melebarkan wawasan kita dan akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang membingungkan ini.
Pada suatu saat, seorang hamba Tuhan diperbolehkan untuk sering mengunjungi suatu penjara di negara Arab; di sini ia mengabarkan jalan kebenaran kepada para narapidana. Ia memiliki ijin yang sah untuk mengunjungi siapa saja yang ingin mendengarkan pesan damai dari Kebenaran yang dapat menyucikan hati dan mengubah pikiran. Hamba Tuhan tersebut masuk ke kamar-kamar penjara tanpa satu pengawas pun, dan menolak untuk dikawal. Ia percaya bahwa para narapidana hanya akan membuka diri mereka dengan bebas di dalam suatu diskusi yang jujur jika mereka tidak diawasi. Ia memasuki kamar-kamar mereka dengan berani dan duduk berbicara dengan mereka seorang diri.
Dia juga pernah masuk ke satu ruangan yang penuh dengan narapidana kelas berat yang dipenjarakan untuk waktu yang lebih lama. Mereka telah mengenal dia dari kunjungan-kunjungan dia sebelumnya dan sudah terbiasa untuk mendengar pesan-pesannya. Seusai kunjungannya, mereka berdiskusi pesan-pesan yang disampaikannya selama berhari-hari dengan semangat yang begitu besar.
Kali ini ketika dia mengunjungi mereka, tiba-tiba mereka menutup pintu setelah dia masuk ke ruangan, dan berkata, "Kami tidak akan melepaskan anda sampai anda secara jujur menjawab pertanyaan kami." Dia menjawab, "Saya datang kepada anda secara sukarela, tanpa pengawal bersenjata. Saya siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan anda dari Firman Tuhan menurut apa yang saya ketahui. Saya tidak dapat menjawab apa yang saya tidak ketahui." Mereka berkata kepada dia, "Kami tidak bertanya tentang rahasia dunia. Kami hanya ingin bertanya kepada anda, sebagai orang yang jujur dan tulus, untuk memberikan kami jawaban yang jelas terhadap perbandingan yang telah mengganggu kami: Siapa yang lebih besar, Muhammad atau Al-Masih?"
Ketika hamba Tuhan tersebut mendengar pertanyaan ini, dia berhenti sejenak untuk menarik nafas, dan berkata kepada dirinya sendiri, " Jika saya mengatakan 'Muhammad lebih besar,' para narapidana yang berpihak pada Al-Masih akan menyerang saya. Dan jika saya mengatakan, 'Al-Masih lebih besar,' para narapidana Islam akan mencoba membunuh saya." Dia tahu bahwa hinaan atau kata yang keras melawan Muhammad dapat dianggap sebagai pelanggaran yang pantas mendapat hukuman mati. Hamba Tuhan tersebut berdoa dalam hatinya, memohon agar Tuhan memberikan jawaban yang bijaksana dan yang meyakinkan kepada para narapidana tersebut. Dan Roh Kudus memimpin hamba Tuhan ini yang berdiri sendirian di antara para narapidana, terkunci di dalam ruangan tersebut, untuk dengan rendah hati menyampaikan jawaban yang jujur dan jelas.
Ketika hamba Tuhan tersebut tidak langsung menjawab, karena dia sedang berdoa dalam hatinya, para narapidana mendesak dia, "Jangan mengelak dari tanggung jawab anda. Jangan menjadi pengecut. Beritahu kebenaran kepada kami. Kami berjanji bahwa anda tidak akan disakiti, apapun yang akan anda katakan. Jangan bohongi kami, dan jangan juga menyembunyikan pemikiran nurani anda tentang hal ini. Beritahu kami kebenaran secara keseluruhan." Hamba Tuhan itu menjawab, "Saya siap untuk memberitahu kalian fakta-fakta yang sebenarnya. Pertanyaan yang kalian lontarkan kepada saya bukanlah pelajaran yang telah saya siapkan untuk kalian. Walaupun demikian, jika kalian memutuskan untuk mendengarkan perbandingan antara Muhammad dan Al-Masih, saya tidak akan menyembunyikan kebenaran dari kalian. Kalian seharusnya mengetahui bahwa saya tidak bertanggung jawab atas hasil yang negatif karena pelajaran kita hari ini. Kalianlah yang bertanggung jawab, karena kalian yang menuntut agar saya menjawab sebuah pertanyaan yang bukan saja tidak saya lontarkan tetapi juga tidak ingin saya singgung."
Hamba Tuhan itu meneruskan, "Saya sendiri tidak akan mengatakan siapa yang terbesar. Saya akan membiarkan keputusan ini dibuat oleh Al-Qur'an dan kumpulan Tradisi Islam (Hadits). Mereka telah memberikan jawaban yang tegas dan meyakinkan. Kalian mungkin ingin mengetahui apa yang Al-Qur'an katakan tentang kebenaran yang tersembunyi ini, dan kebenaran ini akan membebaskan kalian."

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa bapaknya Muhammad adalah Abdullah; dan ibunya, Aminah. Muhammad lahir dari hubungan sepasang ayah dan ibu. Baik Al-Qur'an maupun pakar-pakar Islam tidak menyatakan bahwa Muhammad dilahirkan dengan cara yang supranatural. Kelahirannya tidak diwartakan oleh seorang malaikat, dan juga tidak lahir oleh Kalimat Allah. Dia lahir dengan cara yang biasa, sama seperti kita, yaitu karena hubungan sepasang ayah dan ibu.
Lain halnya dengan Al-Masih, Al-Qur'an menyatakan beberapa kali bahwa Dia tidak dilahirkan secara normal, seperti kita. Dia dikandung oleh Perawan Maryam tanpa hubungan dengan seorang lelaki, karena Allah meniupkan Roh-Nya di dalamnya. Hal ini berarti Isa Al-Masih adalah satu-satunya di seluruh dunia yang dilahirkan dari Kalimat (Firman) Allah dan Roh Allah.
Sesungguhnya, sang Mesias, Isa, Anak Maryam, duta besar Allah, adalah Firman-Nya yang Ia limpahkan kepada Maryam; dan  "Sesungguhnya Al Masih, 'Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya." (Sura 4:171). "Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami." (Sura 21:91).
"Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami." (Sura 66:12).
Al-Masih bukanlah manusia biasa, tetapi Roh Tuhan yang berinkarnasi ke dalam tubuh manusia. Jadi, Dia dilahirkan dari Roh Allah dan perawan Maryam. Sebaliknya, Muhammad dilahirkan dari hubungan sepasang ayah dan ibu, sama seperti manusia lainnya. Dia tidak dilahirkan dari Roh Allah.


III. JANJI-JANJI ILAHI TENTANG MUHAMMAD DAN AL-MASIH
Kita akan mengutip Al-Qur'an janji-janji ilahi yang diberikan kepada Maryam tentang Al-Masih yang akan dilahirkan olehnya: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih 'Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)," (Sura 3:45).
Allah sendiri memberitahukan kepada Maryam tentang kelahiran Al-Masih dengan menyebut Isa "kalimat (yang datang) daripada-Nya." Semua nabi telah mendengar Firman Allah dan menuliskannya dengan sungguh-sungguh. Bagi Al-Masih, Dia tidak hanya mendengar Firman Allah, tapi diri-Nya sendiri juga adalah merupakan inkarnasi Firman Allah yang agung. Di dalam diri-Nya terdapat kuasa yang penuh atas Firman Allah untuk mencipta, menyembuhkan, mengampuni, menghibur, dan memperbaharui. Mengenai fakta yang unik ini, Allah terlebih dahulu telah memberitahu kelahiran Al-Masih kepada Maryam secara pribadi, mengkonfirmasikan dia kenyataan atas keajaiban yang besar itu.
Dalam Al Qur'an tidak tertulis bahwa Muhammad adalah Kalimat Allah yang berinkarnasi. Dia hanya mendengarkan Firman Allah dari seorang malaikat dan mengulanginya untuk para pendengarnya. Allah tidak memberitahukan kelahiran Muhammad kepada ibunya; dan juga Roh Allah tidak ditiupkan ke dalam Aminah. Di sisi lain, Maryam secara pribadi berhadapan dengan malaikat Jibril, yang dikirim oleh Allah untuk menjelaskan kepada dia pekerjaan Roh Kudus di dalam dirinya. Hanya dia yang dipilih di antara wanita-wanita, sebagaimana dikatakan Al-Qur'an, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)." (Sura 3:42).
Nama Maryam dicatat 34 kali dalam Al Qur'an; tetapi nama ibunya Muhammad tidak dicatat sama sekali. Ketika Muhammad memohon pengampunan atas dosa ibunya setelah ibunya meninggal, Allah menghentikan Muhammad; hal ini membuat Muhammad menangis dengan keras.

Konon ketika Muhammad masih kanak-kanak, dua malaikat datang dan menyucikan hatinya. Ahli agama Islam mendukung cerita ini:
"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu?" (Sura 94:1-3).
Sejak itu, Muhammad mendapatkan gelar kehormatan al-Mustafa, "Orang Yang Terpilih." Dia sendiri bukanlah orang yang suci dan benar, karena dua malaikat harus mengambil beban dari hatinya dan menyucikannya. Muhammad membutuhkan "operasi hati" agar dapat disucikan dan menjadi seorang nabi dan pembawa berita Allah.
Di lain pihak, kita membaca dalam Al-Qur'an bahwa Anak Maryam akan menjadi yang "paling suci" sejak saat Dia dilahirkan; malaikat berkata kepadanya:
"Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci" (Sura 19:19).
Ahli-ahli agama Islam al-Tabari, al-Baidawi, dan al-Zamakhshari setuju bahwa julukan "paling suci" berarti tidak bersalah dan tidak berdosa. Sebelum Al-Masih dilahirkan, inspirasi ilahi menyatakan bahwa orang yang akan dilahirkan dari Roh Allah akan selalu hidup suci, tanpa satu dosa pun. Tidak perlu diadakan penyucian hati-Nya, karena diri-Nya sendiri adalah suci. Anak Maryam tidak hanya mendengar Kalimat Allah; diri-Nya sendiri adalah Kalimat Allah. Tidak ada perbedaan antara perbuatan-Nya dan perkataan-Nya. Dia tetap selalu tidak bersalah dan tidak berdosa.
Al-Qur'an bersaksi beberapa kali bahwa nabi-nabi tertentu telah berbuat dosa – kecuali Al-Masih, yang selalu hidup suci. Roh Allah memelihara Dia, sejak Dia lahir, dalam kesucian yang sempurna, walaupun Dia menjadi manusia. Dia tidak jatuh ke dalam pencobaan karena Dia adalah Roh Allah yang berinkarnasi.
Muhammad mengaku secara terbuka tiga kali dalam Al-Qur'an bahwa dia harus meminta pengampunan:
"dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi." (Sura 40:55).
"dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal." (Sura 47:19).
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang," (Sura 48:1-2).
Beberapa orang Islam menolak untuk menerima ayat-ayat ini yang dengan jelas diungkapkan oleh Al-Qur'an. Orang-orang Islam lainnya mencoba menutupi kebenaran ini.
Muhammad adalah manusia biasa, yang lahir dari hubungan kedua orang tuanya. Dia menjalani kehidupan yang normal dan berdosa sebagaimana kita juga berbuat dosa. Dia meminta pengampunan atas dosanya kepada Allah. Tetapi Al-Masih dilahirkan dari Roh Allah; Dia adalah Firman Allah yang menjelma menjadi manusia, hidup penuh dengan kesucian sejak kelahiran-Nya.



V. INSPIRASI MUHAMMAD DAN AL-MASIH
Muhammad menyatakan bahwa dia menerima inspirasi melalui malaikat Jibril, roh yang setia. Beberapa kumpulan Tradisi (Hadits) menyebutkan bahwa setiap kali Muhammad mendapatkan inspirasi, Muhammad langsung menjadi seperti tidak sadar. Buku al-Rewaya menyebutkan bahwa dia berubah dari keadaan normal menjadi seperti dalam keadaan mabuk, bahkan hampir pingsan. Beberapa pakar Islam mengatakan bahwa dia diangkat dari dunia ini. Abu Huraira mengatakan, "Ketika inspirasi memasuki Muhammad, dia menjadi pucat pasi." Buku al-Rewaya menulis, "Wajahnya menjadi seperti depresi, dan matanya menjadi cekung. Kadangkala ia menjadi jatuh tertidur pulas sekali." Omar bin al-Khattab mengatakan, "Ketika dia mendapatkan inspirasi, dia mendengan suara yang bising, seperti suara lebah yang sedang terbang, di seputar wajahnya." Ketika Muhammad ditanya bagaimana inspirasi tersebut diterima olehnya; dia menjawab, "Kadangkala inspirasi tersebut datang kepada saya seperti bunyi gema bel yang keras sekali, yang merupakan bentuk inspirasi yang terberat bagi saya; dan ketika saya sadar, saya baru ingat apa yang telah disampaikan."
Pakar-pakar Islam menyetujui bahwa Muhammad "merasa berat setiap kali mendapat inspirasi; keningnya bercucuran keringat dingin; kadangkala dia jatuh tertidur pulas sampai matanya menjadi merah." Zaid bin Thabit mengatakan, "Ketika Muhammad mendapat inspirasi, badannya menjadi begitu berat. Suatu kali, pahanya jatuh menimpa paha saya, dan saya bersumpah kepada Allah, belum pernah saya menemukan hal yang lebih berat daripada paha Muhammad. Setiap kali dia mendapat inspirasi ketika berada di atas unta, untanya menjadi pincang, kakinya seolah-olah mau patah; dan kadangkala untanya sampai berjongkok"(Mastery in the Quranic Sciences, oleh al-Soyouti; 1:45-46). Menurut ahli agama Islam dan kesaksian-kesaksian mereka, Allah tidak berbicara langsung kepada Muhammad tetapi melalui malaikat Jibril. Allah menjaga jarak dengan dia, bahkan pada saat datangnya inspirasi.
Sebaliknya, Allah tidak pernah mengirim malaikat Jibril kepada Al-Masih, dan Al-Masih tidak pernah menerima inspirasi melalui malaikat Jibril atau pun pihak ketiga. Diri-Nya sendiri adalah kebenaran yang menjelma menjadi manusia (Sura 19:34), Firman Allah yang kekal dan Roh dari Allah, dari diri Allah, penuh dengan pengetahuan akan kehendak-Nya. Jika ada yang ingin mempelajari kehendak Allah secara mendalam, dia harus mempelajari kehidupan Al-Masih dengan seksama, karena Dia adalah inkarnasi dari kehendak Sang Maha Kuasa. Al-Qur'an menyatakan bahwa Allah sendiri yang mengajarkan Al-Masih Al Kitab, kebijaksanaan, Taurat, dan Injil, sebelum Dia berinkarnasi:
"Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil." (Sura 3:48).
Al-Masih tahu segala rahasia di atas surga dan di bumi, karena Allah memberitahu Dia segala sesuatu yang telah ditulis dalam Kitab Surgawi (al-Lauh al-Mahfudh), termasuk seluruh kitab Taurat, Zabur dan Injil. Jadi, Al-Masih dipenuhi oleh Firman Allah. Dia tidak mengucapkan kalimat lain selain kata-kata yang berasal dari Allah. Dia mengucapkan kalimat yang menenangkan dan memberikan petunjuk kepada ibu-Nya, segera setelah Dia dilahirkan.
"Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: 'Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: 'Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini'." (Sura 19:24-26).
Menurut Al-Qur'an, Al-Masih mengatakan kalimat Allah ketika Dia masih bayi. Dia tidak membutuhkan seorang malaikat atau pun perantara, karena diri Dia sendiri adalah Firman Allah dan Roh Allah. Untuk alasan inilah, kuasa Allah bekerja dalam Anak Maryam, untuk mencipta, menyembuhkan, mengampuni, menghibur, dan memperbaharui.
Kesimpulan dari inspirasi kepada Muhammad dalam Al- Qur'an dan dalam kumpulan Tradisi (Hadits) terkumpul dalam Syariat (Hukum Islam), yang memuat segala perintah agung dan larangan-larangan. Wujud akhir dari inspirasi kepada Muhammad berbentuk "buku-buku": Al-Qur'an and kumpulan Tradisi (Hadits), yang semuanya terkumpul dalam Syariat.
Inspirasi kepada Al-Masih adalah "diri-Nya sendiri." Injil-Nya bukanlah berbentuk suatu hukum melainkan pewahyuan atas kehidupan-Nya. Juga, Al-Masih memberikan para pengikut-Nya kuasa Ruhul Qudus, sehingga mereka dapat memenuhi perintah-perintah-Nya. Para murid-Nya tidak secara utama percaya pada suatu agama, dan mereka juga tidak hidup di bawah hukum; tetapi lebih dari itu, mereka percaya kepada suatu pribadi. Mereka berpegang erat pada Al-Masih, dan mengikut Dia. Al-Masih itu sendiri adalah inspirasi Allah.

Ahli agama Islam mengatakan bahwa keajaiban yang diberikan Allah kepada Muhammad adalah ayat-ayat Al-Qur'an dalam Sura. Dengan demikian, keajaiban dari Muhammad bukan dalam bentuk perbuatan tetapi dalam bentuk firman.
Al-Qur'an bersaksi untuk Isa, menggambarkan karya-karya Al-Masih yang unik dan perbuatan penyembuhan-Nya yang agung. Al-Masih tidak mengutuk musuh-Nya, juga Dia tidak berkelakuan seperti penguasa yang kejam. Dia menunjukkan diri-Nya sebagai sumber kebaikan serta kasih dan rahmat kepada semua manusia. Kuasa Allah keluar dari diri-Nya melalui banyaknya tanda-tanda keajaiban yang dilakukan-Nya.
Tabib Terbesar yang Diberkati
Al-Qur'an membenarkan bahwa Al-Masih menyembuhkan orang buta tanpa prosedur operasi atau pun obat. Dia menyembuhkan mereka hanya dengan melontarkan kata-kata yang penuh kuasa. Perkataan-Nya terbukti memiliki kuasa penyembuhan – dahulu dan sekarang juga. Al-Masih berkata menurut Al-Qur'an:
"dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada" (Sura 19:31).
Dia benar-benar merupakan pancuran berkat bagi semua orang di segala jaman (Sura 3:49; Sura 5:110).
Anak Maryam tidak takut terhadap mereka yang terkena penyakit lepra, tetapi bahkan menyentuh kulit mereka yang sakit dan menyembuhkan mereka melalui perkataan-Nya yang mempunyai kuasa menyucikan. Al-Masih adalah Tabib terbesar sepanjang masa. Dia mengasihi orang miskin dan mau menerima mereka yang sakit. Dia menumbuhkan harapan dan iman di dalam hati mereka. Dia menyembuhkan setiap orang sakit yang dibawa ke hadapan-Nya.
Dia Membangkitkan Orang Mati
Salah satu keajaiban yang dilakukan Al-Masih adalah Dia membangkitkan orang mati; hal ini juga dikonfirmasikan baik dalam Al-Qur'an maupun dalam Alkitab. Dia membangkitkan seorang anak perempuan, seorang lelaki muda, dan seorang lelaki dewasa dari kematian. Siapa yang dapat membangkitkan orang mati jika bukan Allah sendiri! Penting sekali bagi kita untuk benar-benar menangkap dan mengerti arti yang mendalam dari beberapa ayat Al-Qur'an yang menyatakan fakta yang tidak dapat dibantah bahwa Al-Masih berulang kali membangkitkan orang mati (Sura 3:49; Sura 5:110).
Beberapa kritikus yang dangkal mengatakan bahwa Anak Maryam tidak dapat melakukan keajaiban-keajaiban seorang diri, tetapi Allah-lah yang memberi-Nya kekuatan melalui Roh Kudus, sehingga Dia dapat melakukan keajaiban-keajaiban yang berbeda-beda. Pernyataan mereka tersebut didasarkan oleh beberapa ayat Al-Qur'an berikut ini:
"dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu'jizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus." (Sura 2:87).
"Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada 'Isa putera Maryam beberapa mu'jizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus." (Sura 2:253).
"(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai 'Isa putra Maryam, ingatlah ni'mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, … lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: 'Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata'." (Sura 5:110).
Betapa mengherankan! Al-Qur'an bersaksi berulang kali mengenai kerja sama antara Allah, Al-Masih dan Roh Kudus. Mereka bekerja sama dalam kesatuan yang sempurna, melakukan keajaiban-keajaiban dalam Al-Masih secara bersamaan. Para pengikut Al-Masih pun percaya dengan kerja sama yang dilakukan di antara Tritunggal yang Kudus.
Pencipta Muda
Kita dapat membaca di dalam Al-Qur'an – bukan di Alkitab – bahwa Isa, sewaktu masih kecil, membentuk seekor burung dari tanah liat, dan menghembuskan nafas kepadanya; lalu burung tersebut menjadi burung yang hidup, terbang di udara:
"Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mu'jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah." (Sura 3:49).
Dalam ayat ini, kita menemukan kalimat yang unik, "aku membuat untuk kamu," yang mengindikasikan bahwa Al-Masih adalah seorang Pencipta. Seorang manusia biasa tidak dapat menciptakan sesuatu dari yang tidak ada, juga tidak dapat menghembuskan nafas kehidupan kepada benda mati.
Al-Qur'an bersaksi akan kemampuan Al-Masih untuk memberikan kehidupan melalui tiupan nafas-Nya. Dia menghembuskan nafas-Nya ke burung yang terbuat dari tanah dan burung tersebut menjadi hidup, sama seperti Allah menghembuskan nafas-Nya kepada Adam. Ini berarti Al-Masih memiliki Roh yang dapat memberi kehidupan dalam diri-Nya; Dia mampu menghembuskan hidup ke dalam benda mati (burung yang terbuat dari tanah)
Pemelihara yang Baik
Banyak sekali orang di Palestina yang mengetahui kemampuan Anak Maryam yang tidak terbatas dan mengikuti Dia, bahkan sampai ke gurun pasir, tanpa mengindahkan waktu dan keadaan yang sulit. Mereka mendengarkan Dia sampai petang hari. Al-Qur'an bersaksi bahwa Al-Masih menyiapkan makanan semeja penuh, yang diturunkan-Nya dari surga untuk mengenyangkan orang banyak di padang pasir:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut 'Isa berkata: "Hai 'Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?". 'Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman". Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu". Isa putera Maryam berdo'a: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezkilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling Utama". Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia"." (Sura 5:112-115).
Para pakar Islam berdiskusi dari segala macam sudut pandang tentang kuantitas dan kualitas makanan yang disediakan di atas meja di gurun pasir itu, dan bukannya meneliti Siapa yang menyediakan makanan tersebut. Menurut Injil, Al-Masih menggunakan lima potong roti dan dua ikan, mengucap syukur, dan melalui lima potong roti dan dua ikan ini Dia memberi makan kepada lima ribu orang, di samping wanita dan anak-anak. Di sini Dia memperlihatkan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas sebagai Sang Pencipta melalui cara yang praktis. Al-Masih tidak pernah mengucapkan kata-kata yang kosong; Dia melakukan apa yang Dia ajarkan dan menunjukkan kehendak serta kasih-Nya melalui keajaiban-keajaiban yang besar dan luar biasa.
Pengungkap Rahasia
Dalam Al-Qur'an, Muhammad menyatakan:
"Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib." (Sura 6:50).
Lain halnya dengan Al-Masih. Muhammad mengacu pada Isa Al-Masih dan mengatakan bahwa Al-Masihlah yang mengetahui rahasia manusia dan dapat melihat apa yang tidak terlihat; kemampuan-kemampuan seperti ini hanyalah dimiliki oleh Allah. Muhammad mengutip Al-Masih di dalam Al-Quran:
"…dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman." (Sura 3:49).
Muhammad menggambarkan kapasitas Al-Masih sebagai Yang Maha Tahu, untuk mencela dan memberi peringatan kepada para pengikutnya yang egois. Dia sangat jijik terhadap beberapa pengikutnya dari Medinah karena mereka menyembunyikan makanan dan harta benda di dalam rumah mereka, dan menolak untuk membagikan seluruh kekayaan mereka dengan para imigran dari Mekah. Jadi dia memberi mereka peringatan bahwa Al-Masih akan segera datang kembali sebagai Hakim, untuk memerintah pada Hari Penghakiman. Muhammad mengakui bahwa Al-Masih akan mengetahui apa yang mereka lakukan secara diam-diam di dalam rumah mereka. Dia akan mengetahui bukan hanya apa yang mereka makan, tetapi juga apa yang mereka sembunyikan. Tidak ada yang dapat lolos dari mata-Nya pada Hari Penghakiman. Tidak ada bukti yang lebih besar lagi dari Muhammad mengenai keilahian Al-Masih selain apa yang dikatakannya di sini. Dia mengakui bahwa Al-Masih mengetahui kebenaran yang tersembunyi dan rahasia-rahasia di dalam hati manusia. Al-Masih mengetahui seluruh rahasia kita secara rinci. Dia mengetahui perbuatan-perbuatan kita, yang baik maupun yang buruk, karena Dia adalah Yang Maha Tahu. Tidak ada yang dapat disembunyikan dari-Nya.
Pembuat UU yang Bijaksana
Kita membaca dalam Al-Qur'an bahwa Al-Masih mengijinkan para pengikut-Nya untuk melakukan apa yang dilarang menurut Hukum Musa. Al-Masih tidak memaksa mereka untuk memenuhi seluruh peraturan Hukum Musa. Dalam Injil, Al-Masih dengan jelas mengatakan bahwa makanan yang masuk ke dalam perut tidak akan menajiskan kita; segala pikiran yang keluar dari hati kitalah yang membuat kita najis, "Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." (Matius 15:19). Al-Masih mengungkapkan revolusi legislatif, karena Dia adalah Pemberi Hukum dan Pembuat UU Yang Mulia yang mengambil hak dan otoritas untuk menyempurnakan dan melengkapi Hukum Musa. Al-Qur'an mengkonfirmasikan hak istimewa yang unik dari Al-Masih ini; bahwa Dia tidak tunduk di bawah Hukum, tetapi berkuasa di atasnya dan menyempurnakannya. Musa, semua nabi, dan orang-orang lainnya dalam Perjanjian Lama hidup di bawah Hukum Musa. Mereka diharapkan untuk hidup memenuhi tuntutan Hukum Musa, tetapi Al-Masih memiliki otoritas dan kuasa untuk menyempurnakan dan melengkapinya. Untuk alasan ini, Dia menyatakan dalam Al-Qur'an:
"Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu." (Sura 3:50).
Dalam Injil, Al-Masih mengatakan,
"Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi… Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Matius 5:38-44).
Pembaharu Hati dan Pikiran
Diberikatilah orang yang menyadari bahwa Al-Masih bukan hanya sekedar manusia biasa atau seorang nabi belaka, tetapi Seorang Pembuat UU Yang Mulia yang memiliki kuasa Allah. Maka Muhammad diperintahkan malaikat untuk mencari petunjuk dari orang-orang yang membaca Al Kitab, agar dia dapat mengerti arti wahyu yang diberikan kepadanya:
"Maka jika kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu." (Sura 10:94).
Al-Masih tidak perlu untuk bertanya guru-guru pada jaman Perjanjian Lama tentang rahasia dari Hukum Musa, juga dia tidak perlu meminta penjelasan dari pesan Perjanjian Lama, karena Diri Dia sendiri adalah Firman Allah dan Pembuat UU. Sebenarnya Al-Masih adalah Hukum yang berinkarnasi. Dia memiliki hak untuk ditaati semua orang. Al-Qur'an mengutip perkataan Al-Masih:
"Karena itu bertakwalah kepada Allah dan ta'atlah kepadaku." (Sura 3:50).
Semua manusia, Hindu, Yahudi, Islam, dan para pengikut Al-Masih, harus mempelajari Injil dengan seksama, menyimpannya dalam hati, dan mengikuti Al-Masih di dalam segala bagian kehidupan mereka. Al-Masih memiliki hak dan otoritas untuk menuntut ketaatan dari setiap orang! Al-Masih tidak hanya membimbing murid-murid-Nya kepada Allah, tetapi Dia juga memanggil mereka untuk mengikuti Dia dan untuk menerapkan ajaran-ajaran-Nya. Untuk alasan ini, Al-Qur'an menggambarkan para pengikut Al-Masih dengan gambaran yang terbaik, seperti: Penolong-penolong Allah, orang yang beriman, berserah (Islam), pengikut-pengikut-Nya dan martir (Sura 3:52-53). Kita dapat membaca apa yang dikatakan tentang para pengikut-Nya dalam Al-Qur'an:
"Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang." (Sura 57:27).
Dalam Al-Qur'an, Allah mengatakan:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu." (Sura 3:55).
Ayat-ayat Al-Qur'an ini menyatakan bahwa para pengikut Isa yang sejati termasuk dalam golongan orang yang memiliki kelas yang lebih tinggi, lebih istimewa, dan lebih terhormat. Mereka adalah orang-orang yang rendah hati, tidak ingin menyombongkan diri atau menjadi tenar. Muhammad menyatakan:
"Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani'. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (Sura 5:82).
Kesaksian Al-Qur'an menjelaskan keajaiban Al-Masih yang terbesar, yaitu menunjukkan kemampuan-Nya untuk dengan diam-diam mengadakan perubahan politik dan sosial tanpa peperangan ataupun tipu muslihat. Dia memperbaharui dan membuat orang berdosa menjadi bertobat, mengubah mereka dari orang yang egois menjadi orang yang mengasihi, dari pemimpin yang sombong menjadi hamba Tuhan yang rendah hati. Al-Masih sendiri mengakui bahwa Dia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani dan untuk memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (Matius 20:28).
Setiap orang yang membandingkan keajaiban Muhammad dengan keajaiban Al-Masih menemukan bahwa tanda keajaiban dari Muhammad hanyalah berupa firman, di mana tanda keajaiban dari Al-Masih berupa keajaiban-keajaiban yang berbentuk perbuatan yang dilakukan atas dasar kasih dan rahmat.

Dalam biografi mengenai sang Nabi, Ibn Hisham menulis bahwa Muhammad wafat setelah sakit karena demam yang tinggi. Sebelum kematiannya, Muhammad mengatakan bahwa racun dari bangsa Yahudi telah mematahkan hatinya. Ketika seorang budak wanita Yahudi memberikan racun kepada makanan Muhammad, seorang tamu yang makan bersamanya meninggal! Muhammad sendiri merasakan racun dalam makanannya dan memuntahkannya sebelum dia telan. Namun demikian, tubuhnya telah menyerap sebagian dari racun tersebut, dan itu yang menyebabkan kematiannya.
Kematian Al-Masih dengan jelas diwartakan dalam Al-Qur'an, menggenapi rencana Allah sebagai berkat bagi segala umat manusia. Dalam Al-Qur'an, Yang Maha Kuasa berkata langsung kepada Isa:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku" (Sura 3:55).
Walaupun kutipan ini tidak tertulis dalam Injil, hal ini membuktikan bahwa Al-Masih bukan dibunuh secara tidak sengaja, tetapi mati secara suka rela sesuai dengan kehendak Allah, dalam kedamaian.
Al-Qur'an tidak membantah kematian bersejarah Al-Masih sebagaimana dikatakan orang-orang yang tidak percaya, karena kita dapat membaca nubuat yang dikatakan oleh Al-Masih tentang kematian-Nya sendiri dalam Sura Maryam 19:33:
"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."
Pengakuan besar dari Al-Qur'an ini mengkonfirmasikan bahwa Al-Masih dilahirkan, mati dan bangkit kembali dari kematian. Dengan pernyataan ini, Muhammad mendukung ajaran Injil. Setiap orang yang percaya kepada urut-urutan kejadian bersejarah ini akan hidup bersama Dia yang hidup sekarang dan selama-lamanya!
Ketika Al-Masih kembali ke dunia lagi, Dia tidak akan pernah mati lagi. Dia tidak mengatakan dalam Sura Maryam bahwa Dia akan mati nun jauh di kemudian hari, tetapi segera setelah kelahiran dan kehidupan-Nya. Al-Qur'an bersaksi bahwa Al-Masih dilahirkan, bahwa Dia mati, dan bahwa Dia bangkit kembali dalam mata rantai kejadian yang berurutan. Para pengikut Al-Masih sangat yakin tentang kematian dan kebangkitan Anak Maryam yang bersejarah.
Al-Masih mati secara sukarela dan dalam kedamaian yang sempurna. Kita dapat membaca hal ini dalam Injil dan dalam Al-Qur'an. Al-Masih mengetahui sebelumnya tentang bagaimana Dia akan mati. Dia bahkan memilih hari dan waktu kematian-Nya sendiri untuk dengan sengaja tepat jatuh pada hari perayaan Paskah, menurut Hukum Musa. Dia mengungkapkan bahwa Dia akan mati sebagai penebus dosa manusia dan menyelamatkan semua orang yang percaya kepada-Nya dari dosa-dosa mereka dan dari api kekal. Semua orang akan mati karena mereka telah berdosa, tetapi Al-Masih tidak pernah berbuat dosa. Al-Qur'an menegaskan hal ini beberapa kali. Al-Masih tidak mati karena dosa-Nya sendiri, tetapi karena memikul dosa kita dan mati bagi kita. Ada kedamaian dan makna yang agung yang menyelubungi kematian-Nya, menurut Sura Maryam 19:33, karena Dia, Domba Allah, memikul dosa dunia dalam kasih-Nya.

Muhammad dikuburkan di Medinah, dan kuburannya masih ada sampai sekarang. Orang Islam percaya bahwa rohnya menjadi perantara bagi mereka yang sudah meninggal (Barzakh), sambil menunggu Hari Penghakiman.
Kita dapat membaca dalam Al-Qur'an bahwa Allah mengangkat Al-Masih kepada diri-Nya, dan menjanjikan Dia:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku" (Sura 3:55).
Janji ini dikonfirmasikan dalam Al-Qur'an sebagai fakta yang telah terpenuhi/terlaksana:
"Allah telah mengangkat 'Isa kepadaNya." (Sura 4:158).
Dengan kata lain, Allah memanggil anak Maryam keluar dari kuburan dan mengangkat Isa Al-Masih kepada-Nya. Isa Al-Masih sekarang berdiam dekat Allah, sangat dihormati baik di bumi maupun dalam kekekalan. Al-Qur'an bersaksi:
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih 'Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)," (Sura 3:45).
Kuburan Al-Masih telah kosong, karena Dia memang telah dibangkitkan, seperti yang telah dikatakan-Nya sebelumnya. Tetapi jenazah Muhammad masih ada di kuburannya. Al-Masih terus hidup. Muhammad telah mati; dia tidak pernah dibangkitkan dari kuburannya, dan juga tidak pernah naik ke surga. Di sini terdapat perbedaan yang begitu besar antara hidup dan mati. Karena kehidupan lebih besar daripada kematian, demikian juga Isa lebih besar daripada Muhammad. Isa berada di dalam kekekalan. Al-Qur'an sendiri dengan jelas menggambarkan Al-Masih yang hidup sebagai sosok bagi setiap orang yang mencari kehidupan yang kekal.

Setiap kali menyebutkan nama Muhammad, seluruh umat Muslim berdoa:
"Kiranya Tuhan mendoakan dia dan memberi dia damai."
Doa mereka mengindikasikan bahwa damai Allah belum datang kepada Muhammad, walaupun para pengikutnya telah mendoakan dia selama berabad-abad! Muhammad adalah nabi yang secara terus-menerus membutuhkan campur tangan pengikutnya, bukan sebaliknya. Al-Qur'an menyaksikan bahwa Allah sendiri, seluruh malaikat dan seluruh umat Muslim, harus mendoakan Muhammad dengan tekun untuk menyelamatkan dia pada hari penghakiman:
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya" (Sura 33:56).
Dalam Sura Maryam, Al-Masih dituliskan berkata:
"Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali." (Sura 19:15).
Putra Maryam adalah Pangeran Kedamaian yang hidup sebagai manusia biasa dalam damai dengan Allah dari mula hingga akhirnya. Tidak ada yang memisahkan Dia dari berkat kekal Allah.
Kelahiran Al-Masih dari perawan Maryam terjadi menurut kehendak dan kuasa Allah. Dia dilahirkan tanpa dosa. Damai Allah yang sejati ada pada diri-Nya sejak permulaan hidup-Nya. Berdasarkan kenyataan ini, langit terbuka dan malaikat-malaikat bernyanyi, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." (Lukas 2:14).
Al-Masih benar-benar mati. Dia tidak mati untuk dosa diri-Nya, tetapi sebagai pengganti bagi dosa-dosa kita. Bahkan dalam kematian-Nya, Isa mengalami damai dengan Allah. Manusia mati karena dosa mereka yang menjijikkan, "upah dosa adalah maut" (Roma 6:23). Tetapi Allah sangat senang ketika Al-Masih mati, karena kematian-Nya telah mendamaikan Dia kembali dengan manusia. Oleh karenanya damai Allah menyelubungi kematian Al-Masih.
Kebangkitan Isa Al-Masih dari kematian adalah bukti terbesar bagi kesucian-Nya. Jika Al-Masih berbuat satu dosa saja selama hidup-Nya, kematian akan memiliki kuasa yang sah atas Dia dan akan terus mencengkeram Dia, sama halnya seperti kematian telah mencengkeram Muhammad. Tetapi Al-Masih tidak pernah berbuat satu dosa pun, besar atau kecil! Oleh karenanya, Dia telah mengalahkan kematian dan telah bangkit sebagai tanda kemenangan atas kuasa kegelapan. Al-Masih masih hidup – Muhammad telah mati! Seluruh umat Islam mengakui kenyataan ini ketika mereka mengucapkan menyebut nama Al-Masih, dengan berkata:
"Damai ada pada-Nya."
Mereka mengetahui dengan baik dan bersaksi bahwa Dia hidup dengan penuh kedamaian dengan Allah.
Muhammad mengalami siksaan yang begitu berat di Mekah, tetapi ketika dia menjadi berkuasa secara politik dan sosial, dia mengirimkan serangan-serangan yang hebat dan peperangan berdarah melawan musuh-musuhnya. Kadang kala dia menjadi sangat tidak bertoleransi dan tidak mau memaafkan. Dalam Al-Qur'an, Muhammad memerintahkan lebih dari 16 kali untuk membunuh musuh-musuhnya, orang yang tidak percaya, dan orang yang keluar dari Islam:
"Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir." (Sura 2:191).
"Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong" (Sura 4:89).
"Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah." (Sura 8:39).
"Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian." (Sura 9:5).
Muhammad tidak membawa damai ke dunia tetapi peperangan. Dia mengutus pasukannya untuk menyerang dan perang suci lebih dari 30 kali. Dia sendiri turut serta dalam penyerangan dan ekspedisi sebanyak 29 kali. Dia memimpin pengikutnya untuk mencucurkan darah musuh-musuhnya. Dia adalah contoh seorang pemimpin politik yang beragama di semenanjung Arab.
Walaupun Orang Yahudi menghukum Dia dengan kejam, tetapi Al-Masih yang rendah hati dan lembut tidak membela diri-Nya dengan pedang. Dia melarang pengikut-Nya untuk mengalirkan darah musuh-musuh-Nya, dengan memerintah Petrus "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang" (Mat 26:52). Setiap orang Kristen yang berperang dengan senjata yang mematikan untuk penyebaran Injil dan menumpahkan darah orang lain berarti memberontak kehendak Tuhan. Dia akan diadili sebagai orang yang tidak taat pada perintah Pangeran Kedamaian. Tetapi setiap orang Islam yang mati dalam perang suci dijanjikan akan langsung diangkat ke surga. Hanya Al-Masih yang membangun kedamaian yang sejati tanpa peperangan dan pembunuhan. Muhammad mewajibkan setiap umatnya untuk berperang melawan musuh-musuhnya (lihat juga Sura 4:95,96; 25:52). Al-Masih lebih suka mencurahkan darah-Nya sendiri yang berharga untuk menyelamatkan musuh-musuh-Nya, sehingga mereka tidak akan binasa. Dia bahkan berdoa untuk mereka: "Bapa ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas 23:34).
Isa adalah satu-satunya Muslim sejati, jika kita menganggap definisi kata "Muslim" berasal dari kata Arab Salam, yang berarti "damai." Seorang Muslim sejati adalah pendamai yang menyerahkan hidupnya sendiri kepada Allah yang penuh Kasih, dan melayani hanya kepada Allah saja.

Inspirasi Islam menunjuk Isa sebagai "Tanda dari Allah" (Ayatollah). Menurut Islam, Allah telah membuat Isa dan ibu-Nya sebagai tanda yang diberikan Allah kepada manusia:
"Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia" (Sura 19:21).
"Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam." (Sura 21:91).
Al-Masih tidak menerima sebutan unik ini dari manusia, tetapi langsung dari Allah. Dia tidak menerima sebutan, "Tanda dari Allah," agar dapat masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di universitas, tetapi Dia telah menyandang sebutan terhormat ini sejak saat Dia dilahirkan ke dunia. Sebaliknya, tempat tertinggi dalam Islam aliran Shi'ah hanya dapat diberikan kepada pakar-pakar yang telah menerima gelar Ayatollah, yang berarti "tanda dari Allah." Banyak orang Islam terlalu berlebihan di dalam menghormati Khomeini, karena mereka bukan hanya memanggilnya "Ayatollah" (Tanda dari Allah) tetapi juga Ruhullah ("Roh Allah"). Para pengikut Al-Masih telah mendapat "Tanda dari Allah" selama 1.990 tahun di dalam diri Al-Masih! Para pengikut Shi'ah hanya memiliki Ayatollah mereka yang terkenal tahun-tahun belakangan ini saja. Apa perbedaan antara Khomeini dan Al-Masih? Jurang di antara kedua orang ini mustahil untuk dijembatani. Al-Masih menyembuhkan orang sakit, menyucikan orang kusta, membangkitkan orang mati, memberi makan orang yang kelaparan, menghibur orang yang terkena musibah, memberkati musuh-musuh-Nya, menciptakan damai antara manusia dan Allah, dan menyelamatkan jutaan manusia dari kutukan Hari Penghakiman. Khomeini, sebaliknya, memimpin para pengikutnya kepada dua peperangan yang porak poranda di Irak dan Afghanistan, di mana jutaan orang Islam terbunuh, menjadi cacat, kehilangan rumah dan lingkungan hidup. Dia mengutuk setiap orang yang dia anggap musuh Islam. Perbedaan antara Ayatollah para pengikut Al-Masih dan Ayatollah para pengikut Shi'ah sungguh tidak terkatakan lagi!
Para pakar Islam aliran Sunni merasa dihina oleh Ayatollah Khomeini ketika ia mengijinkan para pengikutnya untuk memanggil dirinya "Roh Allah" (Ruhu-Allah) atau "Roh Kudus" (Ruhul-Qudsi). Bahkan Muhammad pun tidak menerima sebutan tersebut bagi dirinya. Pakar-pakar aliran Sunni dari berbagai negara Arab bertemu di Casablanca (Moroko) dan setuju untuk mengutuk kebiasaan ini. Raja Maroko, Hassan II, mengumumkan di depan masyarakat umum bahwa jika Khomeini tidak menghentikan para pengikutnya untuk memanggil dirinya Ruhullah atau Ruhul-Qudsi, maka dia (Ayatollah Khomeini) harus diusir dari Islam dan tidak dapat lagi dianggap sebagai orang Islam. Pengumuman Raja tersebut didasarkan pada bukti yang terdapat dalam Al-Qur'an bahwa hanya ada satu manusia di dalam sejarah dunia yang memiliki hak untuk menamakan dirinya "Roh Kudus": Isa, Anak Maryam, karena Dia dilahirkan dari Roh Kudus. Untuk mengutuk para pengikut Shi'ah, para pengikut Sunni mengakui kebenaran bahwa Isa adalah satu-satunya manusia yang pernah dilahirkan oleh Roh Allah.
Khomeini dipilih oleh manusia sebagai tanda dari Allah kepada kaum Shi'ah yang kebanyakan bermukim di Iran. Tetapi Al-Masih adalah "Tanda dari Allah" yang sebenarnya bagi seluruh manusia. Dia bukan hanya "Tanda dari Allah" bagi para pengikut Al-Masih atau bagi bangsa Yahudi, tetapi juga bagi orang Hindu, Budha, atheis, Islam, dan lain-lainnya. Siapa saja yang mempelajari kehidupan Al-Masih secara mendalam akan menemukan bahwa Dia adalah Ayatollah yang sempurna, "Tanda dari Allah" yang sesungguhnya.

Kita dapat membaca di Al-Qur'an apa yang dikatakan Allah tentang Isa:
"Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami" (Sura 19:21).
Muhammad juga dijuluki 'rahmat' dalam Al-Qur'an:
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (Sura 21:107).
Kita telah mengetahui bahwa inspirasi Muhammad pada dasarnya berbeda dengan Al-Masih; demikian juga, arti dan isi rahmat dari keduanya juga secara fundamental berbeda.
Malaikat Jibril diduga mendiktekan Al-Qur'an kepada Muhammad. Al-Masih tidak memerlukan malaikat sebagai perantara, karena Dia sendiri adalah inkarnasi Firman Allah yang kekal. Perbedaan antara inspirasi Injil dan inspirasi Al-Qur'an sama besarnya dengan perbedaan rahmat Al-Masih dan Muhammad yang tidak dapat dijembatani. Inspirasi kepada Muhammad dapat ditemukan dalam ayat-ayat Al-Qur'an, dalam berpuluh-puluh ribu deklarasi Hadits (kumpulan Tradisi Islam), dan dalam tata cara kehidupan praktis dia sehari-hari (al-Sunna). Sumber-sumber ini disatukan dan dikompilasikan menjadi hukum Islam (Syariat), yang terdiri dari perintah-perintah dan larangan-larangan. Hukum ini mengatur segala aspek kehidupan umat Muslim, termasuk doa lima waktu, dengan keharusan untuk membersihkan tubuh terlebih dahulu, berpuasa di bulan Ramadan, zakat, naik haji, dan bahkan upacara penyunatan dan upacara penguburan. Hukum Syariat juga meliputi tata cara berkeluarga, hukum warisan, kontrak, perang suci dan hukuman-hukuman berat. Kehidupan orang Islam diatur oleh Hukum Islam yang, menurut teologia Islam adalah bukti akhir yang nyata dari rahmat Allah kepada orang Islam.
Injil mengingatkan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan karena menjalankan Hukum Taurat, karena tidak seorang pun sanggup untuk melakukannya dengan sempurna. Hukum Islam pun secara terus menerus dilanggar oleh orang Islam. Jutaan dari mereka tidak menjalankan perintah untuk berdoa lima waktu sehari; jutaan lainnya tidak secara konsisten berpuasa pada bulan Ramadan; yang lainnya tidak memberikan jumlah zakat yang seharusnya mereka bayar; dan kebanyakan dari mereka tidak dapat menyelesaikan proses naik haji tanpa melakukan kesalahan. Lebih dari itu, berapa banyakkah seseorang berdosa terhadap isteri dan anak-anaknya, dan berapa seringkah suatu kontrak bisnis harus diakhiri oleh penipuan atau pemaksaan; berapa seringkah mulut seseorang mengucapkan kebohongan? Tidak ada satu orang pun yang tidak ternoda atau terkena polusi karena tinggi hati, balas dendam, kebencian, dan hati nurani yang kotor. Hukum Allah mengutuk setiap orang melalui perbuatan, perkataan, dan niatnya. Tujuan akhir dari Hukum adalah penghakiman atas setiap orang berdosa karena kejatuhannya, kebersalahannya, dan korupsinya. Memang, hukum Muhammad mengatur orang-orang Islam, sama seperti Hukum Musa berpusat pada kehidupan anak-anak Abraham atas Allah dan Firman-Nya. Hukum itu menuntut penyerahan yang penuh dan kepatuhan yang menyeluruh kepada Sang Pencipta. Tetapi tidak ada hukum yang dapat membenarkan orang berdosa, dan tidak ada hukum yang dapat membebaskan orang yang berdosa. Hukum itu diberikan untuk menghakimi orang yang melanggar hukum dan menghancurkan mereka. Karena Hukum, maka setiap orang akan berjalan menuju neraka. Hukum itu adalah hakim yang adil. Tidak ada satu manusia pun yang dapat memenuhi persyaratan Hukum.
Setiap orang yang taat beragama berharap untuk menerima pengampunan dari Allah. Orang Islam berpikir bahwa:
"Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk." (Sura 11:114; Sura 35:29- 30).
Tetapi menurut Islam, tidak ada satu orang pun yang dapat memastikan bahwa dosa-dosanya akan diampuni sampai tiba Hari Penghakiman. Hukum mereka tidak menawarkan korban pengganti, dan juga tidak memberikan keselamatan yang cuma-cuma kepada mereka. Setiap orang Islam akan menerima upah/ganjaran mereka pada Hari Penghakiman, ketika pelanggaran mereka dan segala kegagalan mereka terbongkar semua. Hukum pada akhirnya akan menghukum para pengikutnya. Muhammad mengakui bahwa seluruh pengikutnya akan pasti masuk neraka:
"Demi Tuhanmu, sesungguhnya akan Kami bangkitkan mereka bersama syaitan, kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahannam dengan berlutut… Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan." (Sura 19:68,71).
"Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya." (Sura 11:119).
Kita mengakui bahwa semua pengikut Al-Masih, Hindu, Budha, dan Islam adalah orang-orang yang pada dasarnya sungguh berdosa. Tidak ada satu manusia pun yang baik, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah," (Roma 3:23).
Hanya Al-Masih sendiri yang hidup menurut Hukum dan menuntut bahwa kita harus mentaati perintah kasih-Nya juga. Tetapi tujuan utama Al-Masih adalah bukan untuk membuat suatu hukum yang menghukum manusia tetapi untuk menyatakan kasih (anugerah) Allah terhadap manusia berdosa dan untuk membenarkan mereka secara cuma-cuma. Al-Masih menjalani kehidupan sesuai dengan apa yang Dia ajarkan, dan diri-Nya sendiri menyelesaikan Hukum, dengan membuktikan bahwa Dia patut menjadi Domba Allah, yang menghapus dosa dunia (Yoh. 1:29).
Tujuh ratus tahun sebelum kelahiran Al-Masih, Nabi Yesaya bernubuat bahwa seseorang akan datang sebagai ganti kita, menderita untuk kita di bawah murka Allah:
"Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian." (Yes. 53:4-6)
Al-Masih menyelamatkan para pengikut-Nya dari kutukan Hukum Taurat dan membebaskan mereka dari penghakiman Hari Kiamat. Dia membenarkan orang-orang yang menerima Dia dan percaya kepada-Nya. Dia telah mendamaikan Allah dengan manusia dan memberikan manusia damai sejahtera yang kekal. Rasul Paulus mendorong kita untuk menerima hak istimewa rohani ini, dengan menulis:
"berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." (2 Kor 5:20, 21).

Pertanyaan yang serius ini tidak sepatutnya ditujukan kepada Al-Masih dan Muhammad. Menurut ukuran manusia, keduanya telah mencapai standar dukungan yang tidak dapat dicapai oleh pendiri agama lainnya. Islam telah memiliki 1,2 milyar pengikut, 1.370 tahun setelah kematian pendirinya. Orang-orang yang menyatakan dirinya pengikut Al-Masih jumlahnya telah melebihi 1,8 milyar. Tidak ada satu partai politik, filsafat, atau ideologi pun yang dapat mengumpulkan begitu banyak pengikut sebagaimana yang dimiliki oleh Al-Masih dan Muhammad dalam abad-abad ini.
Muhammad memberi peringatan kepada para pengikutnya di Mekah dan mengalami beberapa penyiksaan di Mekah selama duabelas tahun. Tetapi setelah dia berimigrasi ke Medinah pada tahun 622 M, segala sesuatunya menjadi berubah. Dia menjadi pemimpin yang sangat berpengalaman dalam politik, hukum dan peperangan. Dalam mata para pengikutnya, dia adalah kepala (Imam) dari seluruh umat percaya, dan Wakil Allah bagi kaum Muslim (al-Ummah).
Al-Masih sendiri tidak siap untuk menerima pertanyaan, Siapakah yang terbesar? Al-Masih merendahkan diri-Nya dan menyatakan bahwa Dia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan banyak orang. Dia berkata kepada para pengikut-Nya, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah menjadi hambamu" (Matius 20:26-27). Dia berjanji bahwa hanya orang yang lemah lembut akan memiliki bumi (Matius 5:5). Al-Masih tidak hanya berkhotbah, tetapi Dia juga menjalani kehidupan berdasarkan ajaran-ajaran-Nya. Walaupun Dia memiliki kekuatan yang luar biasa, Dia memilih untuk hidup sederhana, ditolak oleh manusia, dan akhirnya diremukkan oleh tangan-tangan jahat (Yesaya 53:1-3). Ketika Petrus mencoba membela Dia, Dia melarangnya, dan menyuruhnya untuk mengembalikan pedang ke sarungnya serta untuk tidak ikut campur dalam rencana Allah yang telah diputuskan jauh sebelumnya, yang menuntut kematian-Nya untuk keselamatan manusia (Yoh 18:11).
Al-Masih juga membuktikan otoritas-Nya ketika Dia meyakinkan orang-orang yang setia mencari-Nya:
"Dosa kalian telah diampuni."
Sampai hari ini pun Al-Masih berkata kepada orang berdosa yang bertobat:
"Allah mengasihi engkau; Aku telah mendamaikan engkau dengan-Nya. Pintu telah terbuka lebar bagimu."
Allah tidak mengirim Al-Masih untuk memberikan satu hukum lagi yang menjadi beban yang begitu berat untuk dilaksanakan oleh manusia. Al-Masih adalah Rahmat Allah yang berinkarnasi. Di dalam Dia, kasih Yang Maha Suci telah diungkapkan. Oleh karenanya, Dia mengasihi orang berdosa, memberkati musuh-musuh-Nya dan memberi dorongan kepada orang-orang yang putus asa. Isa adalah rahmat dari Yang Maha Rahmani, Yang Maha Pengasih. Dia membuktikan bahwa diri-Nya secara esensi adalah sama dengan Allah. Di dalam Al-Masih Roh Allah menjadi daging (Sura 4:171). Tidak ada perbedaan antara rahmat-Nya dan rahmat Allah. Penebusan dosa yang dilakukan-Nya adalah penawaran secara cuma-cuma dari Allah kepada setiap orang berdosa. Siapa pun yang menerima anugerah dan pembenaran-Nya akan selama-lamanya berdamai dengan Allah. Orang yang percaya kepada-Nya akan akhirnya mengetahui dan melihat posisi Al-Masih yang sebenarnya, yaitu duduk di sebelah kanan Yang Maha Kuasa. Rahmat Al-Masih tidak akan berhenti, tidak akan menghukum atau menghancurkan kita, karena Dia telah membenarkan dan menebus kita.
Para pengikut Al-Masih tidak diharuskan untuk menderita baik di bawah Hukum Taurat maupun di bawah Syariat dari Muhammad. Mereka tunduk kepada rahmat dari Allah sebagaimana diungkapkan dalam Injil Al-Masih. Bahkan Al-Qur'an membenarkan hak istimewa yang unik ini kepada para pengikut Al-Masih.
"Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik" (Sura 5:47).
Al-Qur'an secara sah telah membebaskan para pengikut Al-Masih dari Syariat dan mengkonfirmasikannya dalam kasih karunia dari Injil. Rahmat dari Al-Masih memberikan mereka damai yang sempurna di dalam hati dan pikiran mereka. Kekuatan rohani mereka yang berasal dari jaminan keselamatan memimpin mereka untuk melayani dengan kasih, berdasarkan harapan yang kekal.
Al-Masih merendahkan diri-Nya lebih jauh lagi dan memuliakan Bapa-Nya di surga, dengan mengakatan:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak." (Yoh 5:19).
"Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya." (Yoh 14:10).
Jadi, Al-Masih menyangkal diri-Nya dan memberi segala hormat kepada Allah Bapa-Nya. Dia bahkan mengakui, "Aku dan Bapa adalah satu." (Yoh 10:30).
Maka siapa saja yang ingin mengerti Al-Masih harus merendahkan dirinya dan bertanya, Siapakah yang paling rendah hati? Al-Masih merendahkan diri-Nya sampai dia membuat diri-Nya sendiri sebagai kutukan yang seharusnya menimpa kita sehingga kita dapat dibenarkan menurut ukuran Allah di dalam Dia. Dia memberikan diri-Nya sebagai tebusan bagi setiap orang jahat, lelaki maupun perempuan – bahkan para pembunuh sekalipun – agar mereka dapat dibebaskan dari hukuman Allah, yang kemudian diubah menjadi orang yang percaya yang dipenuhi dengan kasih-Nya yang kekal.

Para narapidana mendengarkan dengan penuh seksama apa yang dikatakan hamba Tuhan tersebut. Beberapa dari mereka menjadi marah dan memandangi dia dengan penuh kebencian. Yang lainnya menjadi sangat tertarik dan terpukau. Beberapa dari mereka bersukacita secara diam-diam karena mereka dapat mendengar jawaban yang begitu jelas ini. Mereka mendapatkan harapan yang baru dari pesan ini.
Wakil pembicara dari para narapidana menjawab hamba Tuhan ini, "Kami mengakui bahwa anda telah berbicara dengan jelas sekali kepada kami. Anda telah dengan berani mengatakan kepada kami apa yang benar-benar anda percayai. Kami akan terus memikirkan perkataan anda dan mendiskusikan hal-hal yang anda kemukakan, membandingkan mereka dengan hati-hati dengan ayat-ayat Al-Qur'an dan kumpulan Tradisi (Hadits). Beberapa dari kami tidak setuju dengan anda saat ini, tetapi kami telah berjanji untuk melepaskan anda dengan tenang. Kami akan terus mempelajari pokok persoalan ini dengan tekun.
Bahan Kajian
Pertanyaan Yang Menuntut Jawaban
  1. Pertanyaan apa yang diajukan oleh para narapidana kepada hamba Tuhan itu?
  2. Mengapa sulit sekali untuk menjawab pertanyaan tersebut?
  3. Apa perbedaan antara kelahiran Al-Masih dan kelahiran Muhammad?
  4. Bagaimana Al-Qur’an mengkonfirmasikan kehidupan Al-Masih yang penuh dengan kebenaran dan Muhammad yang berdosa?
  5. Berapa kali Al-Qur’an menyebut nama Maryam? Mengapa nama ibunya Muhammad tidak pernah disebut?
  6. Mengapa Al-Qur’an menyebut Al-Masih “Kalimat Allah” sebanyak enam kali, dan apa arti sebutan ini?
  7. Apa perbedaan antara keajaiban yang diberikan oleh Muhammad dan keajaiban yang diberikan oleh Al-Masih?
  8. Sepuluh keajaiban Al-Masih apa saja yang tertulis dalam Al-Qur’an?
  9. Apa saja sebutan bagi murid-murid Al-Masih yang tertulis dalam Sura al-Imran?
  10. Apa perbedaan antara kematian Muhammad dan kematian Al-Masih menurut Al-Qur’an dan kumpulan Tradisi (Hadits)?
  11. Menurut Al-Qur’an, di manakah Al-Masih saat ini? Mengapa semua orang Islam bershawalat bagi Muhammad?
  12. Apa arti “Damai Islam” dan “Damai Al-Masih”?
  13. Dapatkah Hukum menyelamatkan para pengikutnya? Mengapa Allah harus mengirimkan seluruh pengikut Hukum ke neraka?
  14. Siapakah “Tanda Allah” yang sebenarnya, dan mengapa Dia patut mendapatkan sebutan tersebut?
  15. Apa pengertian anda tentang kalimat “Al-Masih adalah rahmat Allah”?
  16. Siapa yang nampak paling rendah hati dan mengapa?
Kirimkan jawaban dengan nama dan alamat yang jelas, ke:
Jalan Al Rahmat
PO BOX 6892
Jakarta 13068
Indonesia

No comments:

Post a Comment

Misi Kristus Sedunia

PELAJARAN SEKOLAH MINGGU

  TANGGAL   PELAJARAN SEKOLAH MINGGU KATEGORI Babak pertama        ...