Thursday 16 June 2016



APOLOGI TENTANG KEMURNIAN ALKITAB
OLEH
Dr. KANTI WIDIASTUTI
sebagai Dosen Pengapu 
=========================================================
Pendahuluan


Kesalahpahaman dalam penguraian tema-tema teologis dalam perjumpaan iman antar agama atau kepercayaan merupakan salah satu faktor penghambat utama dalam proses pewartaan “Kabar Baik”. Kesalahpahaman itu semakin diperuncing dengan berbagai permasalahan politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Sejarah masuknya Kekristenan ke Indonesia menjadi perekat yang semakin mengkristalkan kesalahpahaman tersebut. Secara terbuka dan lugas, pemahaman yang salah tentang iman Kristen tersebut diajarkan dan menjadi senjata utama untuk membentuk gambaran yang sama sekali keliru tentang Kekristenan dalam pikiran golongan-golongan tertentu. Tidak jarang pengajaran tersebut dilakukan melalui kotbah-kotbah dalam berbagai pertemuan keagamaan. Hal tersebut bukanlah suatu hal yang tabu dan terlarang mengingat perlakuan istimewa bagi pihak mayoritas di Indonesia telah umum dipahami oleh masyarakat.
Perspektif dan image yang telah terbentuk dengan berbagai kesalahpahaman tentang iman Kristen tersebut merupakan tantangan berat dalam pewartaan “Kabar Baik” bagi orang-orang Indonesia. Mengubah perspektif dan image yang telah terbentuk sejak kecil hingga dewasa merupakan pekerjaan rumah yang tidak dapat diselesaikan dengan cara-cara yang instant dan sembarangan. Pergumulan ini menuntut adanya tanggapan serius dari kaum misiologis dan teologis untuk menyusun penguraian tema-tema teologis yang dapat diterima dan mampu dipahami dengan harapan dapat mengikis perspektif dan image yang salah tersebut.
Makalah pembahasan akan memfokuskan diri pada usaha menguraikan tentang kesalahfahaman teologis berkaitan dengan Alkitab yang muncul dalam perjumpaan iman sebagai satu landasan untuk membangun suatu rancangan apologi dalam pewartaan “Kabar Baik” di Indonesia.
Pembatasan kepada tema teologis tentang kemurnian Alkitab didasarkan pada dua hal utama yaitu: (1) tema teologis tersebut adalah yang paling sering muncul sebagai titik perdebatan dalam pewartaan “Kabar Baik”; dan (2) keterbatasan para pekabar untuk menjelaskan secara meyakinkan sehingga mampu terpahami.
Rancang bangun apologetika yang disusun ini bukanlah dimaksudkan sebagai langkah untuk menghasilkan perdebatan dan permusuhan yang semakin tajam, namun menghasilkan salah satu bahan acuan yang mampu memperlengkapi para pekabar dalam tugasnya sehingga mereka dapat menjelaskan imannya dengan jelas, tegas, dan terpahami oleh para pendengarnya. Rancang bangun apologetika merupakan suatu kebutuhan dalam tugas pewartaan “Kabar Baik” di bumi Indonesia ini, mengingat tantangan yang bermuara pada pengertian yang salah tentang Kekristenan maupun “Kabar Baik” itu sendiri. Apologetika menjadi salah satu jalan keluar untuk membangun alur penjelasan yang sistematis sehingga diharapkan mampu mengikis pengertian-pengertian yang salah tersebut dan mulai mengisinya dengan kebenaran-kebenaran yang sejati. Usaha ini merupakan satu bagian kerjasama dengan peran Roh Kudus untuk memberikan pengertian yang mendalam tentang kebenaran dan membuka hati setiap orang untuk menerima-Nya sebagai sumber kebenaran itu sendiri.

Tuduhan terhadap Kemurnian Alkitab
Kemurnian atau keaslian Alkitab merupakan suatu topik yang mendasar untuk dibahas. Hal ini disebabkan oleh karena Alkitab menjadi sumber penuntun bagi seseorang untuk menemukan kebenaran yang sejati dan sumber pondasi bagi pembangunan berbagai konsep teologi umat Kristen.
Kesalahpahaman berkaitan dengan keaslian Alkitab senantiasa mewarnai perjumpaan iman Islam-Kristen dari masa ke masa. Pada umumnya terdapat satu atau kombinasi tanggapan yang menyudutkan dan menimbulkan kesalahpahaman yang fatal terhadap pokok yang pertama ini. Tuduhan-tuduhan tersebut adalah sebagai berikut:
1.  Alkitab sebelum Al Quran telah diselewengkan secara tekstual.
2.  Alkitab sebelum Al Quran telah dianggap batal dengan hadirnya Al Quran.
3.  Injil yang asli telah dibawa ke sorga bersamaan dengan naiknya Yesus ke sorga.[1]
4.  Al Quran datang untuk menggantikan Alkitab.[2]
5.  Nama Nabi Muhammad telah dihapuskan dari Alkitab.[3]
6.  Alkitab tidak layak dipercayai lagi karena naskah yang asli telah hilang.[4]

Tanggapan-tanggapan yang sangat menyudutkan tersebut pada umumnya diolah sedemikian rupa dalam penyampaian dan pengajaran yang dilakukan diantara umat Muslim sehingga hasil utamanya adalah bahwa Alkitab yang saat ini dimiliki oleh umat Kristen adalah Kitab Suci yang telah diubah atau dipalsukan (muharraf) dan telah dibatalkan atau dicabut (mansūkh) keberadaannya sehingga tidak layak untuk dipercayai.[5] Sangatlah dapat dipahami penyimpulan tersebut karena apabila mereka menerima Alkitab yang saat ini diyakini umat Kristen maka dapat berakibat adanya dorongan untuk tidak dapat menyangkal lagi tentang kebenaran yang harus diyakini dan juru selamat yang harus disambut.
Dari sudut pandang umat tersebut, makna kata “dibatalkan” atau “dicabut” adalah bahwa Kitab Suci orang Kristen telah digantikan fungsi dan kedudukan sebagai Kitab Suci yang diwahyukan oleh Tuhan untuk manusia. Dalam pengertiannya, Taurat telah dibatalkan dengan turunnya kitab Zabur (Mazmur), dan kitab Zabur telah dibatalkan oleh turunnya kitab Injil, sehingga seluruh isi Injil telah dibatalkan oleh turunnya Al Quran.[6] Oleh karena hal itu Alkitab telah kehilangan otoritasnya sebagai penuntun hidup. Hal itu diperkuat juga oleh konsep mereka bahwa Al Quran adalah rangkuman dari semua kebenaran dan pengajaran dari semua kitab yang telah diturunkan terlebih dahulu, sehingga Al Quran menjadi pelengkap seluruh pewahyuan yang telah terjadi.
Makna kata “diubah” atau “dipalsukan” berarti bahwa telah terjadi perubahan-perubahan, pengurangan-pengurangan, dan penambahan-penambahan dalam Alkitab. Secara khusus adalah pernyataan mengenai ketuhanan dan kedudukan Yesus Kristus sebagai Anak Allah, konsep tentang Tritunggal, kematian Yesus di kayu salib dan kebangkitan-Nya yang disisipkan ke dalam Alkitab yang asli. Sedangkan ayat-ayat yang berbicara tentang Nabi mereka telah dihilangkan dari Alkitab.[7]


Apologi tentang Kemurnian Alkitab

A. Metode Apologi yang Digunakan
Sistematika penguraian disusun dengan menggunakan tiga langkah yang berkesinambungan, yaitu:
1.   Penemuan titik-titik kesepakatan yang didukung oleh kedua kitab (Alkitab dan Al Quran) yang mampu menjawab tuduhan tersebut.
2.   Pengajuan fakta-fakta berkaitan dengan pokok pembahasan.
3.   Pengembangan sebuah argumentasi yang sistematis berlandaskan pada dukungan kedua kitab maupun fakta-fakta yang diajukan.
Pada umumnya pembahasan mengenai hal-hal yang bersifat rohani dengan umat dengan kepercayaan lain sangat sukar, jika tidak dapat dikatakan sebagai hal yang mustahil, apabila meninggalkan Al Quran yang adalah buku panduan spiritual mereka.[8] Oleh karena itu penguraian tema teologis tentang kemurnian Alkitab berlandaskan pada fakta utama yaitu ayat-ayat yang berbicara tentang pokok bahasan ini dari Al Quran maupun Alkitab.

B. Tinjauan Alkitab terhadap Tuduhan
Pewahyuan Illahi melalui kehadiran sebuah kitab suci diakui oleh Alkitab, namun pemahaman Alkitab tidak menyatakan bahwa pewahyuan yang baru membatalkan kitab suci yang terdahulu. Bagian-bagian ayat dalam Alkitab menyatakan dengan tegas bahwa Injil Kristus tidak berfungsi untuk membatalkan keberadaan Taurat, namun berfungsi untuk memperlengkapinya. Yesus Kristus menyatakan dengan tegas bahwa Dia tidak bertujuan meniadakan hukum Taurat, namun sebaliknya bahwa Ia datang untuk menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi (Matius 5:17).  Ia menambahkan pula bahwa tidak akan ada meski satu titik-pun dari hukum Taurat itu ditiadakan sebelum semuanya terjadi, dan apabila ada orang yang melakukan dan mengajarkan perubahan itu maka ia akan mendapat tempat yang paling rendah dalam Kerajaan Sorga (Matius 5:18-19). Yesus Kristus juga menegaskan bahwa akan lebih mudah apabila langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum taurat dibatalkan (Lukas 16:17).

C. Pandangan Al Quran terhadap Alkitab
Tinjauan dari ayat-ayat Al Quran memberikan kenyataan bahwa Al Quran mengakui keberadaan semua kitab suci yang telah diwahyukan oleh Tuhan kepada para nabi-Nya. Tradisi Islam menunjukkan bahwa terdapat sejumlah besar orang yang memiliki karunia kenabian, dan secara istimewa Tuhan berbicara melalui para nabi yang diberi kuasa melebihi yang lain. Diantara para nabi tersebut, Tuhan mewahyukan firman-Nya secara khusus berupa kitab suci.[9]
Tuhan memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa sebagai petunjuk bagi bani Israil (Surah 32:23). Tuhan memberikan kitab Zabur kepada nabi Daud (17:55), dan kitab Injil kepada Isa putera Maryam yang berisi petunjuk dan cahaya (yang menerangi) dan membenarkan kitab yang sebelumnya serta menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa (5:46). Isa adalah nabi yang harus diimani oleh semua Muslim (4:171; 5:78).[10] Sebagai yang terakhir, Tuhan menurunkan Al Quran kepada nabi Muhammad (3:3,4).
Selain mengakui keberadaan dari kitab suci yang lain, Al Quran sendiri memberikan pernyataan bahwa Tuhan memberi perintah untuk beriman kepada semua Kitab yang diturunkan oleh Allah itu (42:15). Orang-orang yang memegang teguh Al Kitab (Taurat) serta mendirikan shalat akan menerima pahala dari Tuhan (7:170), dan sebaliknya Tuhan bahkan juga semua makhluk akan memberikan la’nat atau kutukan bagi orang-orang yang menyembunyikan Al Kitab (2:159). Al Quran menambahkan bahwa ahli kitab tidak dipandang beragama apabila tidak menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Quran (5:68). Oleh karena itu Tuhan memberikan perintah supaya nabi Muhammad tidak meragukan kitab-kitab yang telah diwahyukan kepada para nabi sebelumnya (2:147). Jika ada keraguan dalam diri Muhammad, Tuhan memerintahkan untuk menanyakan hal tersebut kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum Muhammad yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani (10:94).
Al Quran dengan jelas memberikan kesaksian bahwa Al Quran diturunkan untuk membenarkan (= menegaskan) kitab-kitab yang telah diwahyukan sebelumnya dan untuk menjelaskan hukum-hukum ketetapan yang telah ditetapkan. Al Quran adalah kitab yang membenarkan Al Kitab (Taurat) dalam bahasa Arab untuk memberikan peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira bagi orang yang berbuat baik (3:3; 10:37; 46:12). Hal itu berarti Al Quran menerima kitab-kitab yang diturunkan Allah sebagai kebenaran yang harus diimani juga.


D. Titik Pertemuan Diantara Pandangan Kedua Kitab
 Tinjauan dari kedua Kitab Suci (Alkitab dan Alquran) telah menunjukkan adanya kesamaan pandangan diantara keduanya. Kesamaan tersebut adalah bahwa Kitab Suci yang telah diwahyukan oleh Allah harus diterima sebagai suatu kebenaran yang mutlak untuk diimani dan tidak untuk diubah ataupun dipalsukan terlebih lagi untuk dicabut atau dibatalkan peranannya sebagai petunjuk kehidupan orang beriman.  Dengan tegas dapat dikatakan bahwa Al Quran tidak mengajarkan bahwa Alkitab yang ada pada umat Yahudi dan Kristen secara tekstual telah dibatalkan otoritasnya ataupun telah dibawa ke surga oleh Yesus. Sesungguhnya Al Quran mendukung keberadaan, integritas, dan makna universal dari seluruh kitab suci yang telah diwahyukan oleh Allah sebelumnya.[11] Al Quran bahkan menambahkan bahwa Tuhan akan memberikan pahala bagi orang-orang yang memegang teguh Kitab Suci dan memberikan la’nat bagi orang-orang yang menyembunyikannya.
Hahn mengungkapkan bahwa tuduhan terhadap ketidakmurnian Alkitab didasarkan pada Hadits yang muncul beberapa abad setelah masa pengumpulan hadits dilakukan, yang berarti jauh setelah masa hidup nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya.[12] Tidak semua hadits memiliki tingkat kesahihan yang sama, ada 15 belas tingkatan hadits sehingga perlu ilmu untuk mempelajari hadits. Tingkat kesahihan sebuah hadits didasarkan pada: (1) perkataan yang disampaikan; (2) perawi (orang yang meriwayatkan hadits); dan (3) orang yang menjadi perantara yang menyampaikan perkataan itu dari Muhammad kepada perawi.[13]
Hadits atau sering disebut juga sebagai sunnah nabi adalah catatan perkataan, perbuatan, dan takrir. Takrir adalah sikap diam nabi sebagai tanda setuju atau boleh atas perbuatan para sahabat Nabi Muhammad.[14] Hadits dalam ajaran Islam berfungsi sebagai hukum kedua setelah Al Quran. Hadits berusaha untuk menguraikan segala sesuatu yang disampaikan secara global, samar, dan singkat dalam Al Quran sehingga umat dapat menangkap isinya dengan lebih jelas melalui hadits.
Menimbang tentang kenyataan tersebut dan adanya pertentangan dengan isi Al Quran dapatlah digarisbawahi bahwa tuduhan terhadap ketidakmurnian Alkitab bukanlah ajaran Al Quran yang sesungguhnya. Meskipun demikian tidaklah dapat dipungkiri bahwa tuduhan tersebut telah demikian meluas pengaruhnya dalam kehidupan umat Islam di Indonesia.

E. Fakta-fakta Sejarah Berkaitan dengan Kemurnian Alkitab
Pengaruh kesalahpahaman yang telah mendalam di tengah-tengah kehidupan umat beragama di Indonesia tersebut, perlu ditanggapi dengan mengajukan berbagai argumentasi berlandaskan pada fakta sejarah yang ada. Untuk memulai penjelasan tersebut dapat dikemukan empat pertanyaan mendasar sebagai langkah untuk berargumentasi secara logis dalam menjawab tuduhan tersebut:
1. Siapa yang mengubah Alkitab?
2. Kapankah sesungguhnya Alkitab dipalsukan?
3. Bagaimana pemalsuan itu terjadi?
4. Dapatkah kita mempertanyakan isi Al Quran dan menganggapnya sebagai ketidakbenaran karena ternyata Al Quran mengakui keberadaan dan kemurnian Kitab-kitab Suci Allah?

E.1. Siapakah yang mengubah atau memalsukan Alkitab?
Pada umumnya orang Yahudi dan orang Kristen dituduh bekerjasama sebagai pelaku pemalsuan atau perubahan isi Alkitab. Namun sungguh disayangkan karena tuduhan itu tidak didukung oleh pernyataan Surah Al Baqarah (2):113, surah ini menunjukkan adanya pertentangan yang terjadi diantara orang-orang Yahudi dan Nasrani dan kenyataan bahwa mereka membaca Kitab Suci yang sama, sehingga tidak memungkinkan mereka untuk bekerjasama.  Jikalau benar telah terjadi perubahan doktrin, maka dapat dipastikan bahwa akan ada orang yang mengkritiknya, karena meskipun tidak ada perubahan doktrin namun telah muncul berbagai macam aliran dalam agama Yahudi maupun Kristen. Sepanjang sejarah gereja tidak ada bukti yang menyatakan terjadinya pemalsuan Akitab. Hal yang terjadi adalah perbedaan penafsiran dan bukan pemalsuan.[15] Yesus Kristus sendiri tidak pernah menuduh orang Yahudi mengubah Alkitab. Seandainya terjadi pengubahan, dapat dipastikan bahwa Yesus Kristus akan menyatakan hal tersebut secara terbuka, karena Ia berdiri untuk menyatakan kebenaran-kebenaran dan kritik-kritik yang senantiasa menimbulkan pertentangan dengan orang-orang Yahudi.

E.2. Kapankah Alkitab dipalsukan?
Kapankah Alkitab dipalsukan? Pertanyaan ini akan sulit untuk dijawab oleh orang-orang yang melemparkan tuduhan. Sebagian besar mereka menuduh bahwa Alkitab dipalsukan sebelum kematian nabi Muhammad.

Apabila hal itu benar, maka nabi Muhammad tidak akan memberikan perintah untuk :
1.  Beriman kepada semua Kitab yang diwahyukan sebelum Al Quran (42:15; 2:136).
2.  Menegakkan ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran agar terhitung sebagai orang beragama (5:68).
3.  Memutuskan perkara berdasarkan Injil bagi para pengikut Injil agar tidak tergolong sebagai orang fasik (5:47).
4.  Menyatakan Injil berisi petunjuk dan cahaya (yang menerang) dan membenarkan kitab Taurat bagi orang bertakwa (5:46).
5.  Apabila ada keraguan tentang kitab yan diwahyukan diperintahkan untuk bertanya kepada orang Yahudi dan Nasrani (10:94).
6.  Al Quran membenarkan isi Alkitab dan Alkitab adalah kitab Allah (2:89, 91, 101).
Memperhatikan ayat-ayat Al Quran tersebut sangatlah mustahil bahwa Alkitab dipalsukan sebelum kematian nabi Muhammad.
Fakta lain yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa sekitar tahun 600 M, kekristenan telah menyebar ke Asia, Afrika, dan Eropa, yang berarti Alkitab telah telah tersebar ke seluruh dunia juga. Alkitab yang diyakini oleh umat Kristen pada masa kini adalah Alkitab yang sama dengan yang tersebar ke seluruh dunia itu, karena Alkitab telah dikanonkan atau disyahkan sebagai Kitab Suci bagi umat Kristen pada masa perkembangan Kekristenan. Kanonisasi dilakukan melalui penyelidikan yang dalam oleh para ahli untuk membuktikan keaslian tulisan-tulisan tersebut. Kanon perjanjian lama selesai disusun pada masa pelayanan nabi Ezra pada pertengahan abad 5 sM.[16] Sinode di Yamnia pada sekitar tahun 90 M telah pula menegaskan batas-batas kanon Perjanjian Lama yang diterima.[17] Sedangkan untuk kanon Perjanjian Baru diterima secara resmi oleh gereja pada tahun 397 M.[18] Fakta-fakta sejarah tersebut secara tegas telah menepis tuduhan bahwa Alkitab yang dimiliki oleh umat Kristen pada masa kini tidaklah asli lagi, tidak ada suatu bukti yang menyatakan dilaksanakannya suatu pertemuan untuk mengubah Alkitab.





E.3. Bagaimanakah peristiwa pemalsuan terjadi?
Seandainya terjadi pemalsuan atau perubahan dalam Alkitab, bagaimanakah peristiwanya? Adakah fakta-fakta yang dimiliki oleh para penuduh untuk membuktikannya?
Menanggapi hal tersebut, perlu memperhatikan dua hal pokok. Pertama adalah suatu kemustahilan untuk mengumpulkan semua Alkitab yang telah tersebar ke seluruh dunia, tulisan-tulisan, surat-surat yang berisi tentang Firman Tuhan dari semua gereja, rumah-rumah ibadah Yahudi, perpustakaan-perpustakaan, sekolah-sekolah, dan rumah-rumah; kemudian membuat perubahan-perubahan terhadap semua itu, serta mengembalikannya ke tempat semula tanpa seorangpun mengetahuinya.[19] Fakta sejarah telah membuktikan bahwa hal tersebut tidak pernah terjadi sampai dengan sekarang ini. 
Kedua, bukti-bukti yang nyata dari Al Quran yang menyatakan dengan tegas bahwa tidak seorangpun mampu mengubah Firman Tuhan (6:115; 10:64). Kedua ayat tersebut digunakan oleh mereka untuk menyatakan bahwa Allah mampu memberikan perlindungan bagi Al Quran dari segala perubahan atau pemalsuan. Berpedoman pada konsep tersebut, tentunya mereka  juga meyakini bahwa Tuhan mampu memberikan kuasa yang cukup untuk melindungi semua Kitab Suci yang adalah juga Firman yang diwahyukan kepada para nabinya dengan sebaik-baiknya.
Sejarah telah mencatat bahwa hingga abad ke-21 ini, umat Kristen masih menyimpan tiga naskah asli Alkitab yang sudah berumur ratusan tahun. Ketiga Codex kuno (naskah-naskah) tersebut adalah:
1. Codex Alexandrius. Codex ini disusun sekitar abad 5 M, berisi seluruh kitab kecuali beberapa bagian Perjanjian Baru yang hilang (Matius 1:1-25:6; Yohanes 6:50- 8:52; dan 2 Korintus 4:13-12:6). Codex ini disimpan di British Musium di London.[20] Codex ini telah ada sekitar 170 tahun sebelum Muhammad hijrah ke Madinah.[21]
2. Codex Sinaiticus adalah naskah dari pertengahan abad keempat, berarti sekitar 270 tahun sebelum hijrah.[22] Codex ini berisi seluruh kitab Perjanjian Baru dan sebagian Perjanjian Lama, disimpan di British Musium di London.
3. Codex Vaticanus adalah naskah seluruh kitab dalam Alkitab dari awal abad keempat. Codex Vaticanus kemungkinan adalah catatan tertua yang masih tersimpan. Naskah ini tersimpan di dalam Perpustakaan Vatican di Roma.[23]
Umat Kristen masih memiliki beberapa naskah yang menunjukkan keaslian Alkitab meskipun tidak selengkap atau setua ketiga Codex yang telah disebutkan diatas. Naskah-naskah tersebut adalah kitab-kitab suci yang ditulis dalam bahasa asli Alkitab, penemuan naskah laut mati di abad modern yang menggemparkan, maupun terjemahan-terjemahan yang lebih tua dari pada umur Al Quran. Naskah-naskah tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Teks Masoret Ibrani. Teks ini adalah naskah Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani yang berasal dari ribuan tahun yang lalu.[24]
  2. Gulungan-gulungan Laut Mati. Naskah-naskah ini berisi bagian-bagian Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani dari abad ke-2 SM yang ditemukan dalam gua Qumran di sekitar Laut Mati. Diantara naskah yang ditemukan terdapat nubuatan tentang kematian dan kebangkitan Yesus Kristus (Yesaya 53:1-12), kelahirannya dari seorang perawan (Yesaya 7:14), dan ketuhanan Kristus (Yesaya 9:6-7).[25]
  3. Septuaginta. Septuaginta adalah naskah terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani dari abad ke-2 SM. Nubuatan tentang kedatangan Mesias, fakta tentang Anak Allah (Mazmur 2:7, 1 Tawarikh 17:11-14), dan nubuatan tentang penderitaan dan kematian-Nya (Mazmur 22, 69) tertulis dengan lengkap di dalam naskah-naskah tersebut.[26]
  4. The Latin Vulgate. Naskah ini adalah terjemahan seluruh Alkitab ke dalam bahasa Latin yang digunakan oleh gereja Roma Katolik. Naskah ini diterjemahkan pada abad ke-4 M.
  5. Bagian-bagian Kitab Perjanjian Baru bahasa Yunani. Terdapat banyak naskah-naskah Perjanjian Baru yang masih terjaga dengan baik yang berasal dari abad pertama Masehi.[27]
  6. The Syriac Versions adalah Injil yang digunakan di daerah kekristenan Timur, digunakan sampai dengan  abad kelima.[28]
  7. The Peshitta adalah kitab-kitab yang digunakan di wilayah kekristenan Timur sekitar abad 2–4 M.[29]

F. Dapatkah Al Quran diragukan kebenarannya?
Umat Islam sungguh-sungguh meyakini kuasa Allah untuk memberikan perlindungan seutuhnya terhadap Al Quran (6:115; 10:64) dan tentunya juga terhadap semua Kitab Suci-yang telah diwahyukan oleh Allah kepada para nabi pilihan-Nya. Masih perlukah manusia mempertanyakan keaslian sebuah Kitab Suci yang diwahyukan oleh Allah sendiri kepada para nabi-Nya? Meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yang jujur (al-amin), seorang rasul yang dipilih untuk menerima wahyu Illahi dan menyampaikannya kepada umat manusia, dapatkah kita mempertanyakan isi firman itu dan menganggapnya sebagai ketidakbenaran karena Al Quran mengakui keberadaan dan kemurnian Kitab-kitab Suci Allah? Apabila pertanyaan-pertanyaan ini disampaikan, pasti dengan tegas mereka akan menjawab “tidak.” Dengan segala keyakinan mereka akan menerima apapun isi Al Quran, karena mereka meyakini bahwa semua firman dalam Al Quran adalah firman Allah yang turun dari Allah secara langsung.
Mencermati kesimpulan diatas maka tidak ada tempat untuk meragukan kemurnian Alkitab. Tidak ada bukti sejarah yang menunjukkan adanya perubahan atau pemalsuan Alkitab, karena semua bukti sejarah senantiasa menunjukkan betapa berkuasanya Allah yang telah memberikan pemeliharaan-Nya sehingga terbukti bahwa tidak ada pertentangan isi Alkitab yang saat ini diyakini oleh umat Kristen dengan semua naskah asli Alkitab.
Fakta-fakta yang jelas tersebut seringkali diabaikan, sehingga masih saja ada usaha untuk menyudutkan Alkitab. Mengapa mereka memegang tuduhan bahwa Alkitab yang sekarang dimiliki orang Kristen sebagai Kitab yang palsu? Hal terutama yang dipikirkannya adalah bahwa Alkitab dipalsukan atau diubah karena terdapat bagian-bagian Alkitab yang sangat bertentangan dengan isi Al Quran. Hal kedua yang perlu dipahami adalah bahwa mereka membaca Alkitab bukan untuk mengerti isinya namun untuk mencari kesalahan-kesalahannya sehingga mereka dapat mempertahankan Al Quran.

Pada umumnya secara cepat mereka akan menyerang menggunakan pernyataan-pernyataan berikut:
1.  Al Quran hanya memiliki satu versi saja sedangkan Alkitab memiliki berbagai macam versi.
2.  Alkitab mengandung banyak ketidaksamaan dalam penterjemahannya dari satu bahasa ke bahasa yang lain, karena ada bagian-bagian yang dihilangkan.
3.  Alkitab adalah Kitab Suci yang tidak benar karena mengandung banyak pertentangan di dalamnya.
4.  Terdapat pertentangan yang nyata antara beberapa bagian Alkitab dengan isi Al Quran, dan Al Quran adalah yang benar.

Kesabaran dan ketelitian dalam memberikan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya praktis ini sangat diperlukan supaya terhindar dari perdebatan yang tidak menguntungkan. Hal tersebut perlu diperhatikan karena secara prinsip kemurnian Alkitab yang dimiliki oleh orang Kristen tidak dapat disangkal lagi, namun usaha untuk menggoyahkan keyakinan itu tidak pernah berhenti dilakukan.
Serangan yang pertama secara jelas tidaklah dapat diterima karena tuduhan itu membandingkan antara Al Quran asli berbahasa Arab dengan Alkitab dalam terjemahan. Pada masa kini dapat dijumpai berbagai macam tafsiran Al Quran. Terjemahan yang bervariasi tersebut ditepis dengan pernyataan bahwa terjemahan Al Quran tersebut disebut sebagai “tafsiran Al Quran.”  Perkembangan yang terjadi di tengah-tengah umat tersebut menunjukkan suatu kenyataan bahwa tidaklah mungkin membandingkan Al Quran asli dengan terjemahan Alkitab. Fakta sejarah telah membuktikan bahwa masih tetap tersimpan dengan baik Alkitab asli (Ibrani, Yunani) yang berasal dari abad pertama Masehi. Versi yang bermacam-macam dari terjemahan Alkitab tidak bertujuan untuk memberikan bukti bahwa Alkitab telah diubah dan dipalsukan, karena proses penterjemahan dilakukan dengan kaidah yang ketat dan hasil terjemahannya sama dengan naskah aslinya, yang berbeda hanyalah bahasanya. Penerjemahan dalam berbagai bahasa maupun versi dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan pengertian yang mendalam tentang makna Firman Tuhan.
Penerjemahan adalah suatu pekerjaan yang luar biasa sulitnya, karena tidak setiap kata dapat ditemui padanannya dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Oleh karena itu dapatlah dipahami apabila terdapat bagian-bagian Alkitab hasil terjemahan dalam satu bahasa dengan bahasa yang lain tidak persis sama. Meskipun ditemukan perbedaan atau ketidaklengkapan kata dalam suatu terjemahan dapatlah diyakini bahwa hal tersebut tidak menghasilkan perbedaan arti atau konsep yang ingin disampaikan sebagaimana yang terdapat dalam naskah aslinya.
Serangan yang ketiga merupakan serangan yang seringkali digunakan dengan dilengkapi ayat-ayat yang bertentangan ataupun berbeda dalam Alkitab, diantaranya: Matius 21:19 dengan Markus 11:20; 2 Samuel 10:18 dengan 1 Tawarikh 19:18; 1 Raja-raja 4:26 dengan 2 Korintus 9:25.[30]  Menghadapi serangan ini yang perlu diingat adalah perbedaan cara pewahyuan Al Quran dengan Alkitab. Al Quran diyakini oleh umat sebagai kitab yang langsung turun dari surga, sedangkan pewahyuan Alkitab terjadi melalui  pengilhaman kepada umat pilihannya, sehingga di dalam kekristenan, Firman Allah (kalam) telah menjadi manusia, sedangkan dalam Islam, Firman Allah telah menjadi Al Quran.
Pertentangan dan perbedaan dalam surah-surah dalam Al Quran adalah suatu kenyataan yang juga tidak dapat dihindari. Diantaranya adalah: masa hari penghakiman berlangsung yaitu 1000 tahun (32:5) dengan 50.000 tahun (70:4); penciptaan dunia dalam 6 hari (50:38) atau 8 hari (41:9-12).[31]
Serangan yang keempat perlu ditanggapi dengan kembali mengingatkan bahwa fungsi Al Quran adalah “membenarkan” atau menyatakan bahwa kitab-kitab suci yang diwahyukan terlebih dahulu adalah kitab Allah yang benar, hal ini berarti bahwa Alkitab adalah kitab suci yang benar dari Allah sendiri. Oleh karena itu apabila terdapat pertentangan antara isi kitab suci yang terdahulu dengan Al Quran akan muncul pertanyaan apakah telah terjadi pemalsuan isi Al Quran? Masih dapatkah Al Quran dipercaya sebagai kebenaran apabila isinya bertentangan dengan wahyu Illahi yang telah diturunkan terlebih dahulu? Surah Ali’Imran (3):78, menyatakan bahwa sesungguhnya terdapat segolongan orang yang memutar-mutar lidahnya dalam membaca Al Kitab sehingga terjadi penyimpangan. Pernyataan ini memberikan penerangan bahwa dimungkinkan telah terjadi penyimpangan dalam pengajaran Alkitab terhadap orang-orang Arab sehingga dimungkinkan muncul ketidakselarasan isi kitab suci dengan Al Quran. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa standar kebenaran isi yang harus dipegang adalah kebenaran Alkitab telah diwahyukan terlebih dahulu dan terbukti kemurniannya sejak dahulu.

Penutup
Rancang bangun apologi tentang kemurnian Alkitab telah membuktikan bahwa tidak ada yang mampu meragukan keaslian isi Alkitab yang diyakini oleh umat Kristen pada masa kini. Al Quran sendiri secara tegas mengakui kitab suci umat Kristen (Nasrani) tersebut adalah wahyu illahi yang terpelihara kemurniannya oleh Allah dan dinyatakan kebenarannya oleh kehadiran Al Quran. Beriman kepada semua kitab suci yang diwahyukan Allah adalah perintah bagi semua umat manusia apabila mereka ingin disebut sebagai orang yang beragama.
Kebenaran yang sejati tidak akan mampu digoyahkan oleh berbagai macam tuduhan dan serangan. Kebenaran adalah tetap kebenaran yang mampu mempertahankan dirinya sendiri.  Hal terpenting yang perlu untuk direnungkan adalah apakah masih ada tempat untuk menerima kebenaran yang telah dibuka itu? Telah tiba saatnya untuk membuka hati dan pikiran menerima kenyataan bahwa sesungguhnyalah Alkitab yang dimiliki oleh umat Kristen saat ini adalah Alkitab yang mewarisi semua konsep dan isi dari Alkitab dalam bahasa Ibrani dan Yunani, yang telah ditulis sejak ribuan tahun yang lalu. Menerima kemurnian Alkitab berarti pula harus menerima kebenaran yang tertulis di dalamnya.


BIBLIOGRAFI
Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1999.
Abdul-Haqq, Abdiyah Akbar. Sharing Your Faith with a Muslim. Minneapolis, Minnesota: Bethany House Publishers, 1980.
Accad, Fouad Elias. Building Bridges: Christianity and Islam. Colorado: NavPress, 1997.
Ali, Abdullah Yusuf. The Quran: Translation by Abdullah Yusuf Ali. Istanbul, Turkiye: Asir Media, 2002.
Al-Qaradhawi, Yusuf. Bagaimana Islam Menilai Yahudi dan Nasrani. Jakarta: Gema Insani, 2000.
Basalamah, Yahya S. Persoalan Umat Islam Sekarang. Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Beverley, James A. Understanding Islam. Nashville: Thomas Nelson Publishers, 2001.
Braswell, George W. What You Need to Know about Islam and Muslims. Nashville, Tennessee: Broadman and Holman Publishers, 2000.
Departemen Agama Republik Indonesia. Al Quran dan Terjemahnya. Semarang: CV. Alwaah.
Douglas, J.D.(ed.). Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1994.
Fry, C. George dan James R. King. Islam: A Survey of the Muslim Faith. Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1980.
Geisler, Norman L. dan Abdul Saleeb. Answering Islam: The Crescent in Light of the Cross. Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 2002.
Gilchrist, John. Facing the Muslim Challenge: A Handbook for Christian-Muslim Apologetics. Cape Town, South Africa: Life Challenge Africa, 2002.
_______________. The Qur’an: The Scripture of Islam. Monseor, South Africa: MERCSA, 1995.
Hadi, Abdul. The Cross and The Crescent: Understanding Islam.

Hahn, Ernest. Memahami Kesalah-pahaman Umat Islam.Jakarta: Inkosindo Perdana, 1989.
Hamid,Syamsul Rijal. Buku Pintar Agama Islam. Jakarta: Penebar Salam, 2001.
Jones, L. Bevan. Christianity Explained to Muslims. Kolkata, India: Evangelical Literature Depot.
Kebenaran Tersembunyi dalam Al Quran: Berdasarkan Qur’an Edisi the Ministry of Hajj and Endowmwnts Kerajaan Saudi Arabia 1413 H; The Holy Quran-English translation of “the meaning and Commentary” atas perintah Raja Fahd Ibn Abdul –Aziz untuk pengajaran Firman Allah.
Livingstone, Greg. Planting Churches in Muslim Cities. Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 2000.
McDowell, Josh. Apologetika: Bukti yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab. Malang, Jawa Timur: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2002.
Morin, Harry. Responding to Muslim.Springfield, MO: CMM, 2000.
Musk, Bill. The Unseen Face of Islam: Sharing the Gospel with ordinary Muslims at street level. Grand Rapids, Michigan: Monarch Books, 2003.
Noorsena, Bambang. Menuju Dialog Teologis Kristen-Islam. Yogyakarta: ANDI, 2001
_________________. Memahami Kesalahfahaman: Beberapa Tema Teologis dalam Perjumpaan Kristen-Islam. Blitar: Yayasan “Kasih Harmoni”, 2002.
Parshall, Phil. The Last Great Frontier: Essays on MuslimEvangelism. Philippines: Open Doors with Brother Andrew, 2001.
Qardhawi, Yusuf. Pedoman Ideologi Islam. Bandung: Gema Risalah Press, 1988.
_______________. Titik Lemah Umat Islam: Sebuah Studi Kritis Reformatif Menuju Kesadaran dan Kebangkitan Islam. Jakarta: Penebar Salam, 2001.
Saal, William J. Reaching Muslims for Christ. Chicago: Moody Press, 1993.
Yasin, Mohammad Na’im. Kenapa Takut Pada Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 1988.


[1]Ernest Hahn, Memahami Kesalah-pahaman Umat Islam, (Jakarta: Inkosindo Perdana, 1989), 10-11.
[2]Harry Morin, Responding to Muslim,(Springfield, MO: CMM, 2000),11.
[3] Ibid., 20.
[4] Ibid., 30.
[5]L. Bevan Jones, Christianity Explained to Muslims, (Kolkata, India: Evangelical Literature Depot), 2.
[6] William J. Saal, Reaching Muslims for Christ, (Chicago: Moody Press, 1993), 85.
[7] L. Bevan, 2.
[8] Fouad Elias Accad, Building Bridges: Christianity and Islam, (Colorado: NavPress, 1997), 12.
[9] C. George Fry dan James R. King, Islam: A Survey of the Muslim Faith, (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1980), 59.
[10] Norman L. Geisler dan Abdul Saleeb, Answering Islam: The Cescent in Light of the Cross, (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 2002), 217.

[11] Ernest, 11.

[12] Ibid., 12.
[13]Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, (Jakarta: Penebar Salam, 2001), 188
[14] Ibid., 184.
[15] Harry, 16.
[16] J.D. Douglas.(ed.), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1994), 511.
[17] Ibid., 514.
[18] Ibid., 506.
[19] Harry, 19.
[20]John  Gilchrist, Facing the Muslim Challenge: A Handbook for Christian-Muslim Apologetics, (Cape Town, South Africa: Life Challenge Africa, 2002), 18.
[21] Bevan, 20.
[22] Ibid.

[23] Gilchrist, 18.
[24]Ibid., 19
[25]Ibid.
[26] Ibid.

[27] Bevan, 21.
[28] Abdiyah Akbar Abdul-Haqq, Sharing Your Faith with a Muslim, (Minneapolis, Minnesota: Bethany House Publishers, 1980), 55.
[29] Ibid.
[30] John Gilchrist, 36.
[31] Ibid., 37.

No comments:

Post a Comment

Misi Kristus Sedunia

PELAJARAN SEKOLAH MINGGU

  TANGGAL   PELAJARAN SEKOLAH MINGGU KATEGORI Babak pertama        ...