RELEVANSI TEORI-TEORI PAK KONTEMPORER
DAN PRINSIP PENDIDIKAN
DALAM PELAKSANAAN PAK DI INDONESIA
Oleh:
EKO BASUKI
DISAMPAIKAN SEBAGAI TUGAS AKHIR BIDANG STUDI
TEORI-TEORI PAK KONTEMPORER
Program Pascasarjana S-2 M.PdK
DOSEN PENGAMPU: Dr. Timotius Sutarman
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHANY SURABAYA
2014
2
Nama : Eko Basuki, S.Pd.K
Semester : I
Mata Kuliah : Teori-teori PAK Kontemporer
Dosen Pengampu : Dr. Timotius Sutarman
Program Pascasarjana S-2 M.Pd.K Sekolah Tinggi Teologi Bethany Surabaya
Tugas!
“Pokok-pokok yang perlu dibahas dalam mata kuliah Teori-teori PAK Kontemporer”
Nama mata kuliah ini adalah Teori-teori PAK Kontemporer, bukan sekedar Teori-teori
PAK. Jika dalam mata kuliah teori-teori PAK memberikan perhatian khusus pada sejarah
Pendidikan dari zaman Perjanjian Lama, Sokrates, Plato hingga ke ide, pikiran dan praktik PAK
setelah reformasi, maka dalam mata kuliah ini menurut saya dapat membahas pokok bahasan
berikut ini:
BAB I DESKRIPSI SINGKAT SEJARAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pada BAB ini, Sejarah Pendidikan dibahas mulai dari Pendidikan Perjanjian Lama
hingga pada zaman Reformasi Protestan.
1. Pendidikan dalam Perjanjian Lama
2. Pendidikan Yunani-Romawi
3. Pendidikan Yang Berporos pada Yesus
4. Pendidikan Agama Kristen dalam Gereja Purba (dari Abad ke-2 s/d abad ke-5)
5. Pendidikan Agama Kristen Pada Abad Pertengahan (dari Abad ke-6 s/d Abad ke –
14)
6. Tokoh-tokoh PAK Zaman Reformasi Protestan
7. Kehidupan dan Karya Yohanes Amos Comenius
8. Kehidupan dan Karya Jean-Jacques Rousseau
BAB II KEHIDUPAN DAN KARYA ROBERT RAIKES
1. Permulaan Sejarah Sekolah Minggu
2. Perkembangan Sekolah Minggu
3. Kemerosotan Sekolah Minggu
BAB III KEHIDUPAN DAN KARYA JOHANN HEINRICH PESTALOZZI
1. Riwayat Hidup
2. Pikiran dan Praktik PAK
3
3. Pelaksanaan PAK di Sekolah Dasar Modern
BAB IV KEHIDUPAN DAN KARYA FRIEDRICH W.A. FROEBEL
1. Riwayat Hidup
2. Pikiran dan Praktik PAK
3. Efektivitas Pelaksanaan PAK di Taman Kanak-kanak
BAB V KEHIDUPAN DAN KARYA HORACE BUSHNELL
1. Riwayat Hidup
2. Pikiran dan Praktik PAK
3. Efektivitas Pelaksanaan PAK Pada Pendidikan Anak Usia Dini
BAB VI PENERAPAN TEORI PENDIDIKAN PAK KONTEMPORER TERHADAP
PELAKSANAAN PAK DI INDONESIA
1. Peranan Orang Tua dalam Pendidikan Agama Kristen
2. Gereja dan Pendidikan Agama Kristen
3. Organisasi Pendidikan Agama Kristen
4. Penerapan Teori Pendidikan PAK Kontemporer di Keluarga, Gereja dan Sekolah
4
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ………………………………………………………………................. i
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 1
C. Ruang Lingkup ............................................................................................. 1
BAB II : RELEVANSI TEORI-TEORI PAK KONTEMPORER DALAM
PELAKSANAAN PAK DI INDONESIA ................................................. 2
A. Deskripsi Singkat Sejarah Pendidikan Agama Kristen ..................................... 2
9. Pendidikan Agama Yahudi dan Kebudayaan Yunani-Romawi ………. 2
10. Pendidikan Yunani-Romawi ……………………………………….. 3
11. Pendidikan Yang Berporos pada Yesus ……………………………..... 4
12. Pendidikan Agama Kristen dalam Gereja Purba (dari Abad ke-2 s/d abad
ke-5) ....................................................................................................... 4
13. Pendidikan Agama Kristen Pada Abad Pertengahan (dari Abad ke-6 s/d
Abadke – 14) ……………………………………………………… .. 6
14. Tokoh-tokoh PAK Zaman Reformasi Protestan……………………… 8
15. Kehidupan dan Karya Yohanes Amos Comenius……………………... 10
16. Kehidupan dan Karya Jean-Jacques Rousseau……………………… 11
17. Kehidupan dan Karya Johann Heinrich Pestalozzi pendiri Sekolah Dasar
modern ........................................................................................ 12
18. Friedrich W.A. Froebel ………………………………………………… 13
B. Horace Bushnell ………………………………….................................... 15
1. Riwayat Hidup ………………………………………………………… 15
2. Pandangan Teologi Tentang Bahasa Keagamaan ………………………… 17
3. Teori dan praktek Pendidikan Agama Kristen ………………………… 18
C. Relevansi Teori Pak Kontemporer Dalam Pelaksanaan Pak Di Indonesia … 22
BAB III: PENUTUP ………………………………………………………………… 26
A. Simpulan ………………………………………………………………………… 26
B. Saran ………………………………………………………………………… 26
BIBLIOGRAFI ………………………………………………………………………… 27
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gereja purba bukanlah penemu pendidikan agama, adalah lebih tepat untuk mengatakan
bahwa gereja adalah hasil pendidikan itu. Pendidikan khususnya sejak awal sama dengan pikiran
dan prakteknnya selama masa Abad Pertengahan berakar baik dalam Kebudayaan – Yunani -
Romawi maupun Yahudi. Pendidikan yang telah ada dari zaman perjanjian Lama, Sokrates, Plato,
Aristoteles dan Quintilianes telah memberikan sumbangsih besar dalam dunia pendidikan di
zaman gereja purba bahkan hingga di abad 21 ini. Jika demikian, bagaimakah pendidikan di
zaman perjanjian Lama? Seperti apa pendekatan Sokrates, Plato, Aristoteles dan Quintilianes?
Apa intisari pikiran dan praktek Pendidikan Agama Kristen pada zaman gereja purba hingga abad
18? Apa relevansi Teori-teori PAK Kontemporer terhadap pendidikan masa kini di Indonesia?
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengemukakan istilah pendidikan “agama” pada era pra gereja purba
2. Mendeskripsikan pikiran dan praktek tokoh-tokoh besar PAK
3. Menguraikan relevansi teori-teori PAK kontemporer terhadap pelaksanaan PAK di
Indonesia
C. Ruang Lingkup
Makalah ini hanya membahas sekilas deskripsi sejarah Pendidikan Agama Kristen,
riwayat hidup, pikiran dan praktek PAK Horace Bushnell serta relevansi teori-teori PAK
kontemporer dalam pelaksanaan PAK di Indonesia.
6
BAB II
RELEVANSI TEORI-TEORI PAK KONTEMPORER
DALAM PELAKSANAAN PAK DI INDONESIA
Sebelum membahas teori-teori PAK kontemporer, sangat penting untuk mengetahui
sejarah singkat Pendidikan Agama dari zaman Bapa leluhur sampai pendidikan Agama Kristen
abad 18.
A. DESKRIPSI SINGKAT SEJARAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Deskripsi singkat sejarah Pendidikan Agama Kristen akan dimulai dari sejak pendidikan
ada, yakni dari zaman Perjanjian Lama, pra zaman gereja purba hingga ke pikiran dan praktek
PAK abad 18.
1. Pendidikan Agama Yahudi dan Kebudayaan Yunani-Romawi
Ada 4 pokok pendidikan utama yang ditekankan pada agama Yahudi, yakni dasar teologi
pendidikan agama Yahudi, tujuan pendidikan, pengajar-pengajar dan kurikulum.
a) Dasar Teologi Pendidikan agama Yahudi
Bangsa yang terpilih: berdasarkan panggilan Allah kepada Abram dan ia menjawab
dengan imannya, maka keturunannya dinamakan bangsa yang terpilih. Dipilih karena
anugerah Tuhan semata bukan karena hasil perbuatannya. Dipilih untuk melayani dan
menjadi berkat bagi semua bangsa.
Penyataan: Allah dengan kehendakNya menyatakan diri kepada manusia pada waktu-
waktu tertentu. Orang Yahudi cenderung bersandar pada Tuhan yang menyatakan
diriNya melalui FirmanNya, peristiwa-peristiwa sejarah dan perbuatan-perbuatan yang
ajaib.
Ajaran tentang manusia: manusia diciptakan menurut gambar Allah, untuk
memelihara lingkungan hidup, menaati perintah penciptanya dan hidup dengan setia
sebagai anggota umat terpilih/kawan sekerja perjanjian. Manusia adalah makhluk
khusus yang mampu untuk mengambil keputusan dalam hidupnya.
b) Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan Yahudi adalah melibatkan angkatan muda dan dewasa dalam
sejumlah pengalaman belajar yang menolong mereka mengingat perbuatan-perbuatan
ajaib Allah pada masa lampau, serta membimbing mereka mengharapkan terjadinya
perbuatan sama dengan penyataan di tengah-tengah kehidupan mereka agar memenuhi
syarat-syarat perjanjian, baik yang berkaitan dengan kebaktian keluarga dan seluruh
persekutuan maupun yang mencakup perilaku sesuai dengan kehendak Tuhan,
7
sebagaimana diejawantahkan dalam urusan sosial dan pemeliharaan ciptaan yang
dinamakan baik oleh Tuhan.
c) Pengajar-pengajar
1. Allah adalah pengajar utama Israel, Dialah yang mempercayakan pelayanan pengajaran
kepada umatNya secara umum dan khusus.
2. Secara umum pengajar Israel adalah: Imam, Nabi, Penyair dan Orang Bijak.
3. Secara khusus pengajar Israel dipercayakan kepada para orang tua.
d) Kurikulum
Kurikulum yang diterapkan dalam beberapa tema, sebagai berikut:
1. Penciptaan langit dan bumi
2. Pemilihan Abraham dengan keturunannya
3. Pelepasan dari perbudakkan di Mesir
4. Pemberian perjanjian / Hukum Taurat
5. Pendudukan Tanah Perjanjian
6. Permulaan Kerajaan Israel
7. Kesaksian para Nabi tentang penyelewengan umat Israel terhadap perjanjian mereka
dengan Allah.
2. Pendidikan Yunani-Romawi
1) Pendekatan Sokrates, para pendidik kristen belajar bagaimana menjernihkan pemikiran
melalui seri pertanyaan yang semakin mendalam.
2) Pendekatan Plato (428-348s.M), para pendidik Kristen menyoroti intisari pendidikan sebagai
proses mengantar orang agar dapat bertindak sesuai dengan dunia nyata. Proses pendidikan
berarti meneliti kembali pandangan yang sudah ada dan menolaknya jika memang data baru
harus menuntut demikian.
3) Pendekatan Aristoteles (384-322 M), ia mengajar akal manusia untuk mempertimbangkan
bobot dari tujuan usaha insani termasuk pendidikannya sebagai sesuatu yang dianggap paling
kuat.
4) Pendekatan Quintilianes (35-95 M), ia menjunjung tinggi kemampuan bertindak semaksimal
mungkin, menjadi sumber yang dimanfaatkan untuk menyoroti cara mendidik secara praktis
dan manusiawi.
3. Pendidikan Yang Berporos pada Yesus
Yesus sebagai Buah Pendidikan Agama Yahudi. Karena Yesus yang lahir dan bertumbuh
di lingkungan orang Yahudi, sedikit banyak mempengaruhi tindakan-Nya dalam mengajar
8
pendidikan Agama. Perjanjian Baru identik dengan Yesus, artinya sebagian besar pokok bahasan
dalam Perjanjian Baru berbicara mengenai Yesus, terutama empat kitab pertama. Dari pola
pengajaranNya dapat diketahui bahwa mengajar tidak hanya sekedar memindahkan pengetahuan
dari orang yang lebih tahu pada orang yang belum tahu. Mengajar adalah ilmu mengajarkan
sesuatu secara tepat dan cepat sehingga orang yang diajar dapat memahami, menanggapi dan
mempraktikannya.
4. Pendidikan Agama Kristen dalam Gereja Purba (dari Abad ke-2 s/d abad ke-5)
Terkait dengan perkembangan pendidikan agama Kristen dalam gereja purba, ada lima
pendidik besar yang cukup mempengaruhi perkembangan pendidikan Kristen dalam gereja purba
antara lain; Clementus, Origenes, Hieronimus, Chrysostomus dan Augustinus.
a. Pendidikan Clementus (150-215 M). Unsur pendidikan mencakup seorang yang rela diajar,
seorang lain yang mengajar, suatu proses yang memperlancar pengalaman belajar mengajar
dan berbagi hasil dari pengalaman tersebut. Sedangkan tujuan PAK adalah menghasilkan
seorang Kristen yang mewujudkan dalam diri pribadinya sifat yang paling kaya dari Injil
Kristus dan kebudayaan Yunani.
b. Prinsip-prinsip pedagogis Origenes (185 – 224 M). Menurut Origenes, pengetahuan dapat
terjadi melalui proses berpikir (filsafat), tetapi pemikiran manusia sangat terbatas. Karena itu
manusia membutuhkan penyataan khusus dari Allah, yakni melalui Alkitab dan Yesus Kristus.
Prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam PAK adalah pedagog harus memberikan kesan
pertama yang dapat menarik minat para pelajar, mengajarkan para pelajar untuk lebih kritis
serta mendidik para pelajar untuk mempercayai kemampuan diri sendiri.
c. Pedagogis Hieronimus (345-420 M). Hieronimus adalah seorang seorang guru bagi kaum
wanita golongan elit Romawi. Metode pendidikan yang digunakan agak kaku, karena lebih
bersifat mengindoktrinasi peserta didik dari pada bersifat pembinaan yang mendorong anak
didik kreatif untuk berpikir. Dalam memberikan pengajaran Alkitab, Hieronimus tidak
mengajar secara kronologis, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan yang tersusun dalam
sebuah kurikulum.
d. Prinsip-prinsip pedagogis Yohanes Chrysostomus (347-407 M). Yohanes berasal dari
Antiokhia dan mendapat gelar “Chrysostomus” karena kemampuanya dalam berkhotbah
(mulut Kecana) dan sumbangannya dalam dunia pedidikan (maha guru dunia). Pendidikan
Agama Kristen bertujuan untuk menghasilkan seorang olahragawan bagi Kristus. Karena itu,
seorang Kristen wajib dididik berdisplin dan menganut pola hidup yang sederhana seperti
olahragawan di bawah bimbingan yang tegas. Pemeran utama dalam tugas ini adalah orang tua.
9
e. Augustinus (354-430 M). Pemikiran Augustinus dalam hal pendidikan berakar dalam
refleksinya sebagai seorang Kristen atas pendidikan yang ia alami dulu, bidang filsafat,
khususnya Plato dan misteri anugerah Allah yang dinyatakan melalui Alkitab dan Yesus
Kristus. Asas yang diyakini dalam hal pendidikan adalah pelajar diajar bukan oleh kata-kata
saja, melainkan oleh segala apa yang dinyatakan secara batin kepadanya oleh Allah. Cara
mengajar yang digunakan oleh Augustinus condong memanfaatkan dua metode pokok, yaitu
penjelasan panjang lebar yang dibawakan secara lisan dan suatu pendekatan dialogis.
5. Pendidikan Agama Kristen Pada Abad Pertengahan (dari Abad ke-6 s/d Abad ke –
14)
Pendidik besar pada abad pertengahan adalah
Pertama, Karel Agung (Charlemagne). Karel adalah seorang pemrakarsa tindakan yang
mempertinggi kepentingan pendidikan. Hal ini terlihat jelas dari keluarnya proklamasi pedagogis,
yang amat berharga bagi sejarah pendidikan, memperkaya sejarah pendidikan agama Kristen dan
melahirkan Piagam Umum pertama di bidang Pendidikan yang di dalamnya mencakup tiga
golongan, yakni para imam, biarawan dan kaum muda (laki-laki). Kurikulum pendidikan Kristen
yang Karel pelopori mencakup pokok-pokok iman Kristen, moralitas, seni membaca dan
menulis.
Kedua, Alfred Agung. Pada zamannya, Alfred ingin membuka pintu pengetahuan yang terkunci
dalam begitu banyak naskah, semua itu akan bisa terjadi jika pemerintah dan Gereja
mendirikan sekolah-sekolah yang akan memperlengkapi kaum muda serta ketrampilan
membaca dan menulis. Bagi Alfred pendidikan bukan hanya bagi orang elit yang mampu
membaca bahasa Latin, melainkan juga bagi setiap anak yang sudah dapat berbicara dalam
bahasa Inggris. Karena itu, sebagai kepala negara ia memprakarsai suatu Crash Program
(rencana Darurat ) untuk menterjemahkan sejumlah karya dalam bahasa latin ke dalam bahasa
Inggris.
Ketiga, Rabanus Maurus. Buku populer yang dikarang Maurus adalah “Pendidikan Bagi kaum
Imam”. Bagi Maurus, mutu Pendidikan Agama Kristen di jemaat bergantung kepada mutu
kepemimpinan. Karena itu, ia mendobrak agar dilatih mampu berpikir lebih kritis dan kreatif
mengenai masalah-masalah insani dalam terang Alkitab. Maurus ingin menghasilkan seorang
pelayan Tuhan yang mempunyai pengetahuan yang berimbang, sehingga ia mempertahankan
pokok-pokok seni liberal masuk ke dalam kurikulum pendidikan Teologi.
10
Keempat, Petrus Abelardus, adalah pendiri skolastisisme bersama dengan Anselmus dari
Canterbury. Petrus Abelardus dan Heloise, ada pada abad ke-12 di Perancis. Abelardus adalah
seorang yang konseptualisme dan sarjana yang dikenal dalam sastra romantik, sekaligus
sebagai rasionalistik. Dalam ajarannya ia sangat menekankan adanya “keraguan” dan
“bertanya”.
Kelima, Thomas Aquino. Sumbangan Pedagogis Thomas ditulis dalam karyanya De Magistra,
yang isinya :
1. Seorang pelajar entah dia anak didik atau seorang mahasiswa, adalah pribadi yang mampu
dan berhak mencari pengetahuan.
2. Pendekatan utama dalam proses memperoleh pengetahuan yaitu: setiap pelajar dapat
menggunakan pikirannya untuk menemukan sesuatu yang tidak diketahuinya sebelumnya
dan cara lainnya bergantung pada keahlian seorang mentor yang memupuk bakat si pelajar.
3. Metode belajar melalui pertolongan sang mentor lebih baik karena dia berpengalaman dan
pengetahuannya lebih luas.
4. Guru sendiri menolong menghubungkan pengetahuannya yang sudah ada dengan masalah
yang belum diketahuinya untuk membuktikan sejauh mana inti dan menjernihkan proses
berpikirnya.
Keenam, Sumbangsih Gerson terhadap Pendidikan, khususnya bagi pendidikan Agama Kristen
antara lain :
1. Kritikannya terhadap kaum Imam yang tidak menghiraukan kebutuhan pelayanan rohani
anak-anak, yang Gerson simpulkan karena kesombongan jabatan.
2. Menurut Gerson, arti pendidikan Agama Kristen merupakan pengalaman rohani dan
inteletual.
3. Warisan Pemikiran Gerson semua gereja segala abad dan semua tempat ditantang
menentukan prioritas, apakah pelayanan terhadap anak-anak merupakan bagian sambilan
dari tugas pastor atau pendeta? Mengapa biasanya begitu banyak pelayan Firman Tuhan
menyerahkan pelayanan Pendidikan agama Kristen bagi anak-anak kepada kaum pemuda?
Setiap pelayan Tuhan harusnya mawas diri, jangan melalaikan pelayanan terhadap anak-
anak (tidak mungkin pelayanan terhadap anak-anak akan merendahkan martabat pendeta
yang sudah meraih gelar doktor dan sebagainya).
11
6. Tokoh-tokoh PAK Zaman Reformasi Protestan
1. Martin Luther
Martin Luther adalah putra sulung Margaretha dan Hans Luther. Ia berhasil meraih gelar
Magister Artes dari Universitas Effurt pada tahun 1505. Pada tahun 1508 Martin Luther menjadi
dosen di universitas Wittenberg mata kuliah teologi Alkitab. Dasar teologisnya bagi Pendidikan
Agama Kristen adalah keadaan berdosa setiap warga, pembenaran oleh iman, imamat semua
orang percaya dan Firman Allah. Menurut Luther tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah
1. Menyadarkan anak-anak dan orang dewasa bahwa mereka orang berdosa.
2. Setiap warga jemaat harus mendengar isi kabar baik dalam Yesus Kristus dan
mengamalkannya.
3. Para pelajar bisa memahami doa serta melaksanakan kehidupan berdoa.
Bagi Luther pengajar dalam PAK adalah Allah, orang tua dan guru. Para pelajarnya
adalah orang tua, guru, semua anak-anak, orang dewasa, imam, biarawan dan awam. Demikianlah
Luther menjadi seorang pendidik agama Kristen yang selalu menggunakan karangangannya untuk
menolong para orang tua melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan memakai khotbah sebagai
alat pemberitaan serta pedagogis.
Sumbangsih Luther terhadap perkembangan PAK di zamannya adalah Pertama,
mengaitkan pendidikan dengan teologi. Kedua, melihat bahwa semua orang (anak perempuan dan
anak laki-laki) berhak belajar membaca dan menulis sebagai dasar menjadi orang percaya yang
terdidik. Ketiga, mendorong para pemimpin kotapraja sehingga didirikannya sekolah-sekolah
“negeri” yang dibiayai kas pemerintah setempat.
Keempat, menyusun bahan pendidikan khusus untuk anak didik, yaitu Katekismus Kecil. Kelima,
amat prihatin terhadap perbedaan sifat setiap anak yang perlu diperhatikan sebagai dasar
mengembangkan tugas-tugas belajar yang sesuai. Keenam, menitikberatkan peranan mutlak
musik dalam proses mendidik warga jemaat di samping menjadi unsur umum dalam liturgi.
Ketujuh, mendesak warga Jerman menghargai pentingnya perpustakaan-perpustakaan sebagai alat
pelengkap mutlak dalam rangka mengembangkan sumber pengetahuan demi kebutuhan
perseorangan, gereja, masyarakat dan Negara. Kedelapan, Luther adalah pemikir pertama yang
menganggap tugas mendidik anak-anak sebagai tanggung jawab Negara di bawah bimbingan
gereja.
2. Yohanes Calvin
Yohanes Calvin lahir pada tahun 1509 di Noyon, Perancis Utara. Bagi Calvin,
kepentingan belajar adalah tugas seorang yang percaya. Karena itu, setiap orang yang percaya
perlu dididik agar keselamatan dapat diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata
12
lain, orang percaya harus mencerminkan karakter Kristus dalam kehidupannya serta dapat
mengambil keputusan yang bertanggungjawab sesuai dengan Alkitab.
Menurut Calvin terdapat tiga golongan yang dianggap para pelajar dalam PAK. Golongan
pertama, jemaat anak-anak dan jemaat orang dewasa. Kedua, orang-orang yang menghadiri
sekolah di Jenewa baik pada taraf Sekolah Dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Ketiga,
pendeta dan pengajar.
Sumbangan Yohanes Calvin bagi pikiran dan praktik PAK pada zamannya adalah:
1. Ingin mendasarkan pendidikan gerejawi atas dasar teologi, lalu mengembangkan pelayanan
pedagogis yang selaras dengan teologi yang ia jelaskan.
2. Ingin mendidik pikiran insan karena tidak mempercayai perasaannya yang kurang mantap.
3. Ingin menghasilkan para warga gereja dari semua golongan umur yang menaklukkan diri
sedemikian rupa kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari mereka dengan mewujudkan
bukti pemilihan mereka dalam Yesus Kristus.
4. Melalui Institutionya, Calvin menjelaskan iman Kristen secara teratur.
5. Melalui pengajarannya mereka dididik agar tidak memperhatikan keadaan jiwanya secara
pribadi saja, melainkan memandang ke luar dalam arti memanfaatkan iman untuk mengubah
masyarakat sekitarnya sesuai dengan Injil.
6. Pendidikan Agama Kristen adalah bagian integral dari pelayanan gereja.
7. Menjunjung tinggi khotbah sebagai sarana untuk mendidik para warga jemaat.
8. Calvin mendidik jemaat memuji Tuhan melalui penggunaan mazmur-mazmur yang
dinyanyikan jemaat dalam bahasa daerah (bahasa Perancis).
9. Menetapkan sakramen Baptisan sebagai tanda pemilihan Allah dalam Yesus Kristus dan
sakramen Perjamuan Kudus sebagai karunia yang mutlak ada dalam kebaktian selama
menjauhkan kedua-duanya dari ketakhayulan.
10. Calvin mendorong pemerintah dan masyarakat Jenewa mendirikan akademi sebagai pusat
persekolahan gereja am.
7. Kehidupan dan Karya Yohanes Amos Comenius
A. Kehidupan Yohanes Amos Comenius
Yohanes Amos Comenius lahir pada tanggal 28 Maret 1592 di desa Nivnice, Morawi
Tenggara dekat tapal batas Hongaria. Minat baca Yohanes Comenius sangat tinggi, sehingga ia
bisa kuliah di sekolah ternama dan berkualitas tinggi serta menjadi seorang rektor dan pendeta
pada usia 22 tahun. Tetapi perjalanan hidupnya, tidak selalu lancar dan baik-baik saja. Ia juga
mengalami duka yang dalam, sebab pada usia 10 tahun ayahnya meninggal karena wabah pes.
Setahun kemudian ibunya menyusul, setelah itu kedua kakaknya. Bahkan, pernikahannyapun
13
diwarnai dengan duka. Pertama, ia menikah dengan Magdelina Viovska. Beberapa tahun
kemudian Magdelina dan kedua anaknya meninggal karena wabah pes. Ia menikah lagi dengan
Maria Dorotheas. Mereka dikarunia 4 orang anak. Dua puluh empat tahun setelah pernikahannya,
Maria Dorotheas meninggal. Sembilan bulan kemudian, ia menikah lagi dengan Yohana
Gayusova.
Kisah sedih lainnya adalah rumahnya dibakar oleh suruhan pimpinan biarawan Kapucin.
Perpustakaan dan karangannya yang tidak terhingga nilainya ikut terbakar. Meskipun hidupnya
diwarnai dengan duka, Yohanes Comenius mempunyai semangat yang tinggi untuk terus belajar,
membaca dan menulis (mengarang buku) hingga akhir hidupnya. Berkat ketertarikan dan
keterlibatannya di dunia pendidikan, Yohanes Comenius dikenal sebagai salah seorang pelopor
perdamaian di dunia pendidikan.
B. Pikiran dan Praktik PAK Yohanes Amos Comenius
Menurut Comenius PAK adalah anugerah yang memperbaiki kita menjadi orang
sebagaimana dimaksudkan Allah. Dasar teori dan praktik PAK menurut Comenius adalah teologi,
pengalaman pribadi dan gaya berpikir secara analogis. Sedangkan tujuan PAK adalah agar:
1. Manusia tidak kehilangan kemuliaan Allah.
2. Semua orang muda menjadi orang yang terpelajar, saleh dan berkebajikan.
3. Memahami segala sesuatu melalui penggunaan panca indera, nalar dan iman.
4. Murid belajar mengucapkan pikiran secara indah dan penuh dengan arti.
Dalam pikiran dan praktik PAK Comenius kehidupan manusia adalah konteks PAK.
Tahap kehidupan manusia tersebut adalah ketika di dalam rahim, tahap kelahiran dan masa bayi,
masa kanak-kanak, remaja, pemuda, dewasa dan lanjut usia. Karena itu, semua orang dari semua
golongan umur adalah pelajar Pendidikan Agama Kristen.
8. Kehidupan dan Karya Jean-Jacques Rousseau
A. Kehidupan Jean-Jacques Rousseau
Jean-Jacques Rousseau lahir di Jenewa, Swiss dan ibundanya menghembuskan nafas
sesudah melahirkannya. Ketika lahir, Rousseau memiliki tubuh yang lemah dan sering sakit. Pada
usia enam tahun ia sering membaca buku-buku tentang cinta kasih. Setahun kemudian, ia mulai
membaca buku-buku sejarah, riwayat hidup orang terkenal khususnya pahlawan Yunani-Romawi,
drama dan sebagainya.
Rousseau meninggalkan Jenewa tahun 1728 ketika umurnya menginjak enam belas tahun.
Bertahun Rousseau awam seawam-awamnya, hidup bergantung pada kebaikhatian beberapa
penghuni desa dan imam Katolik Roma. Demikianlah Rousseau berkelana dari satu tempat ke
14
tempat lain, dan bekerja di satu tempat dan pindah kerja di tempat lain. Akan tetapi, pada usia tiga
puluh delapan tahun ia terkenal setelah memenangkan sayembara yang diselenggarakan oleh
Akademi Dijon. Akademi Dijon menawarkan hadiah esai terbaik tentang pokok soal: apakah seni
dan ilmu pengetahuan memang punya manfaat buat kemanusiaan, berhasil dapat hadiah pertama.
B. Pikiran dan Praktik PAK Jean-Jacques Rousseau
Teori pendidikan Rousseau bertitik tolak dari si anak didik sendiri. Sehingga kurikulum
yang digunakannya bersifat kontekstual sesuai dengan golongan yang ada serta asas-asas
pendidikan berporos pada teologi dan ilmu jiwa. Naradidik terbagi dalam 4 golongan umur.
Pertama, 0-4 tahun, 5-11 tahun, 12-14 tahun dan 15-21 tahun. Sedangkan sumber pendidikan
adalah alam, manusia dan benda-benda. Menurut Rousseau, tujuan PAK secara umum adalah
mengembangkan semua bakat si murid agar ia hidup merdeka terlepas dari ketergantungannya
pada prakarsa orang lain atau tempatnya yang khusus dalam masyarakat. Karena itu pendidikan
hendaknya dimulai dari rumah tangga, sekolah dan gereja.
9. Kehidupan dan Karya Johann Heinrich Pestalozzi pendiri Sekolah Dasar modern
A. Kehidupan Johann Heinrich Pestalozzi
Johann Heindrich Pestalozzi, dikenal dengan nama Pestalozzi lahir pada tanggal 12
Januari 1746. Selama masa kanak-kanak, keadaan tubuh Pestalozzi sangat lemah dan sering sakit.
Sesudah dewasa, Ia juga mengalami banyak kegagalan dari menjadi pendeta, pengacara dan
petani hingga dalam cita-citanya mewujudkan keadaan buruk rakyat miskin, pengurusan sekolah
bahkan ia juga merasa gagal menjadi seorang suami dan ayah. Tetapi, dari semua kegagalannya ia
tidak pernah menyerah untuk memperjuangkan pendidikan bagi orang-orang yang
miskin/tertindas.
B. Pikiran dan Praktik PAK Johann Heinrich Pestalozzi
Teori pendidikan Pestalozzi berasal dari pengalaman dalam ruang kelas, bukan dari teori
pendidikan yang telah dikembangkan terlebih dahulu. Pestalozzi juga berpendapat bahwa
pendidikan tidak hanya berporos pada akal dan tangan, tetapi juga pada hati si anak. Oleh karena
itu, PAK bertujuan untuk:
1. Menghasilkan seorang yang bijaksana dan bajik dalam kehidupannya, manusiawi dalam semua
hubungan dengan sesamanya manusia dan seorang yang hidup beriman sebagai makhluk yang
bergantung pada Allah.
2. Memperlengkapi pelajar untuk memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi
peranannya dalam masyarakat.
15
3. Menolong pelajar untuk memperoleh pengetahuan yang berporos pada jumlah, bentuk dan
bahasa.
4. Menurut Pestalozzi, urutan konteks PAK adalah rumah tangga, rumah dermawan dan Sekolah
Dasar. Dengan demikian pengajarnya adalah ibu, guru sekolah, anak, dan pengalaman hidup.
Sedangkan pelajarnya adalah semua anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui asas dan praktek pendidikan,
Pestalozzi mengilhami sejumlah pemikir masyarakat dan pejabat pemerintah untuk memprakarsai
rencana pendidikan untuk semua anak. Sebagian inspirasi itu bertaraf tinggi dalam arti mereka
yang dipengaruhi Pestalozzi memperhatikan nasib anak-anak miskin. Bagaimanapun motifnya,
suasana sosial, ekonomi dan politik di Eropa sudah menerima gagasan Pestalozzi tentang
pendidikan masal dan keprihatinan terhadap kaum miskin.
10. Friedrich W.A. Froebel
Froebel adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Lahir pada tanggal 21 April 1782.
Ketika berumur Sembilan bulan, ibunya meninggal. Ayahnya seorang pendeta, tinggal di desa
Oberweissbach di hutan Thunringia, Jerman. Kesibukan bapaknya sebagai pendeta menyebabkan
perhatian terhadap perkembangan Frobel agak terganggu. Masa kanak-kanak Frobel semakin
sulit, karena ayahnya menikah lagi, dan mendapatkan seorang adik tiri. Demikianlah Froebel
tidak mendapat kasih sayang dari rumah dan keluarganya. Kasih sayang dan kebaikan hati
dirasakan di rumah paman – saudara ibunya. Selama kuliah, ia sering berhenti, lanjut, berhenti
dan lanjut karena masalah dana. Tetapi berkat kegigihannya dan kehausannya akan pendidikan, ia
bisa menjadi seorang pemikir yang maju di bidang pendidikan dan seorang guru yang kreatif serta
menjadi pendiri sekolah Taman Kanak-kanak.
Sumbangan Froebel atas pendidikan sebagai ilmu. Pertama ia merumuskan tiga istilah
yang perlu masuk ke dalam perbendaharaan kata para pendidik: ilmu pendidikan, teori pendidikan
dan praktek pendidikan.
Teologi adalah dasar / pertama dalam pikiran Froebel. Keyakinan Froebel akan Allah
sebagai kesatuan asli yang tampak dalam segala ciptaan. Menurut teologi Froebel, percaya berarti
mengikut Yesus dalam usahaNya melaksanakan kehendak Allah. Bagi Froebel manusia tidak
bekerja hanya untuk memperoleh rejeki, malahan bekerja untuk mewujudkan hakiki ilahinya ke
dalam bentuk-bentuk lahiriah. Lebih tepat lagi, pekerjaan itu bersifat rohani dan mirip dengan
kegiatan kreatif dari Allah sendiri.
Dasar pendidikan kedua adalah Ilmu Jiwa, atau tepatnya tinjauannya terhadap gaya
bertindak anak. Hakikat tinjauan ini dapat diringkaskan dalam dua dalil pokok:
16
1) anak berhak diperlakukan sebagai seorang anak dan bukan sebagai orang dewasa yang
bertubuh pendek dan kecil; 2) orangtua atau guru wajib member bimbingan kepada anak untuk
menolongnya mencapai prestasi yang sesuai denga setiap tahap perkembangannya.
Menurut Froebel ada empat asas utama pendidikan anak:
1. Pendidikan adalah pengalaman rohani yang menghantar anak didik bertindak sesuai
dengan jati dirinya sebagai mahluk yang belum lengkap sebelum ia mengakui kesatuannya
dengan Allah.
2. Asas perkembangan terdiri atasa empat pola: a) benih yang kelak menghasilkan
kedewasaan sudah ada dalam diri anak. Jadi pendidik perlu mengembangkan bakat yang
tersembunyi dalam gen setiap anak atau dengan istilah, ia menjadikan lahir apa yang
batin; b) hubungan dari bagian keutuhan, dalam arti guru memperhatikan anak sebagai
pribadi yang unik tetapi yang perlu memperoleh tempat yang sehat dalam kelompok; c)
yang batiniah didorong menjadi lahiriah, dalam arti mendidik itu mencakup usaha untuk
menolong anak menyampaikan pikiran, perasaan, kekuatan jasmani dan imani yang telah
ada secara batin, agar menjadi kelihatan (lahiriah) berupa buah nalar seperti pikiran,
perasaan dalam bentuk seni, kekuatan jasmani melalui pelbagai keterampilan dan iman
melalui tindakan moral dan pelayanan terhadap sesame manusia; d) asas perlawanan
tampak dalam alam dan menyoroti gaya hidup dinamis supaya tidak merasa puas atau
aman dengan status quo.
3. Penyampaian arti melalui bahasa lambing berupa obyek seperti bola, kubus, tulisan, algu,
gambar, karena symbol tersebut mencerminkan inti sari ilahi dari dunia ini termasuk
manusia.
4. Belajar dengan berbuat. Anak didik bukanlah bejana pasif yang menerima apa saja,
melainkan ia ikut ambil bagian dalam pendidikannya. Hal ini terlihat dari lima hal; 1)
bermain, 2) bernyanyi, 3) menggambar, 4) memelihara tanaman atau binatang kecil, 5)
kesinambungan, dalam arti guru mengembangkan tugas belajar baru yang sesuai dengan
pengalaman belajar sebelumnya.
B. HORACE BUSHNELL
Berkaitan dengan teori Pendidikan Agama Kristen kontemporer, maka sangat penting
untuk mengetahui riwayat hidup, pikiran dan praktek Pendidikan Agama Kristen yang lahir dan
terkenal pada abad 19, yakni Horace Bushnell Seluruh ide dan praktek pendidikannya sangat
berpengaruh dalam dunia pendidikan Kristen saat ini.
17
1. Riwayat Hidup
Horace Bushnell lahir pada tanggal 14 April 1802 di sebuah desa kecil yang bernama
Bantam. Ia adalah anak sulung dari dari sebuah keluarga petani yang beriman dan mengasuh
anak-anaknya dengan bijaksana. Kebijaksanaan orang tua Bushnell dalam mendidik anak-anak
mereka nampak pada “kemerdekaan yang diberikan kepada setiap anak untuk mengambil
keputusan sendiri tentang hal-hal yang bermakna, yakni yang berkaitan dengan iman.” Bushnell
masuk perguruan tinggi Yale pada tahun 1823, ketika berusia 20 tahun. Studi yang ditekuni
adalah olahraga dan musik. Bakat kepemimpinannya mulai nampak ketika ia membentuk dan
memimpin sendiri Klub Beethoven, sebuah klub paduan suara yang ia lengkapi dengan anggaran
dasar klub.
Mengenai kepribadian Bushnell, teman-temannya beranggapan bahwa ia adalah seorang
yang ramah karena itu ia disukai oleh banyak orang; memiliki pembawaan yang tenang dan
memiliki rasa hormat kepada dosen-dosennya. Meskipun demikian, Bushnell bukan orang yang
dapat membiarkan ketidakadilan, bersama dengan rekan-rekan sekelasnya ia melakukan
pemberontakan kepada salah seorang dosen yang ia anggap tidak adil.
Tahun 1827 ia menyelesaikan studinya lalu mencoba menjadi guru, tetapi profesi guru
ternyata tidak sesuai dengan minatnya. Setelah lima bulan menjadi guru ia berhenti mengajar dan
menjadi redaktur surat kabar New York Journal of Commerce. Meskipun dunia jurnalistik cukup
menarik, ia masih merasa belum menemukan panggilan hidupnya yang sesungguhnya. Karena itu
ia kembali lagi ke kampus untuk menempuh studi di Fakultas Hukum. Kehadirannya kembali di
kampus ternyata menarik perhatian Rektor pada saat itu yang kemudian menawarinya menjadi
tutor. Lewat pergumulan serta dorongan ibunya, Bushnell akhirnya menerima tawaran tersebut.
Jabatan sebagai tutor ia laksanakan dengan baik sehingga ia sangat dihargai oleh mahasiswa. Ia
berhasil menyelesaikan studinya dengan baik pada tahun 1831 dan mendapat izin untuk
melakukan praktik sebagai pengacara, meskipun ia sendiri tidak pernah mengajukan permohonan
untuk membuka praktik pengacara. Panggilan hidupnya akhirnya ia temukan bersamaan dengan
maraknya kegiatan kebangunan rohani yang melanda kampus Yale saat itu. Bushnell kemudian
mengambil keputusan penting yakni melupakan cita-citanya menjadi pengacara dan membulatkan
tekad untuk menjadi pendeta. Khotbahnya di kapel Yale seolah-olah menjelaskan pergumulan
batinnya ketika memutuskan menjadi pendeta.
1. Jangan takut akan keragu-raguan Anda.
2. Sebaiknya Anda takut akan setiap perdebatan yang walaupun cerdik namun kosong isinya,
ya, sebaiknya Anda takut akan setiap muslihat, dan pertentangan yang dihasilkan oleh
argumentasi yang tidak jujur.
18
3. Camkanlah asas tetap ini, yakni kalau Anda menghina orang lain, maka tindakan itu akan
berdampak fatal atas diri Anda sendiri.
4. Jangan menganggap sesuatu benar hanya karena kalau memegangnya Anda lebih aman
ketimbang sebaliknya, yakni untuk menarik kesimpulan yang tidak diterima secara umum.
5. Terimalah hal ini sebagai hukum, yakni jangan memaksakan nalar menarik kesimpulan
tertentu ataupun untuk percaya akan sesuatu.
6. Jangan memaksakan diri lekas percaya; jangan berusaha menang atas keragu-raguan Anda
menurut batas waktu tertentu.
Tanggal 22 Mei 1833, Horace Bushnell ditahbiskan dan dilantik menjadi pendeta jemaat
North Church, Hartford, di negara bagian Connecticut, satu-satunya jemaat yang dilayani
sepanjang masa hidupnya. Lima bulan setelah itu ia menikah dengan Mary Aptorph. Tahun 1845,
ketika berusia 43 tahun, saat ia berada di puncak keberhasilan pelayanannya, Bushnell terpaksa
menjalani liburan selama satu tahun karena menderita sakit paru-paru, sejak itu kesehatannya
mulai merosot. Setelah masa liburnya berakhir ia terus melayani dan menulis buku, bahkan
melibatkan diri dalam urusan perkotaan dengan mengusulkan pembangunan taman kota di pusat
kota, tempat yang sebelumnya dijadikan lokasi pembuangan sampah, kandang babi, gudang-
gudang, bengkel kereta api, dan rumah susun bermutu rendah. Melalui kegigihannya, taman
tersebut akhirnya berhasil dibangun dan diberi nama Bushnell Park, sebagai penghargaan dan
terima kasih kepada penggagasnya. Kesehatannya yang terus menurun mengakibatkan Bushnell
tidak mampu menyelesaikan penulisan buku mengenai Roh Kudus yang ia mulai tahun 1875
sampai akhirnya meninggal dunia pada 17 Februari 1876.
2. Pandangan Teologi Tentang Bahasa Keagamaan
a. Gaya Berteologi
Bushnell menganut gaya berteologi yang menolak setiap usaha orang untuk
membekukan iman Kristen dalam pokok ajaran teologi yang ia warisi tanpa berefleksi atas artinya
dalam konteks yang berbeda, dan cara ia menjelaskan pokok iman Kristen berdasarkan
pembahasan bahasa keagamaan yang bersifat khas. Dalam pandangan Bushnell gaya berteologi
yang tertutup dan tidak konstekstual akan mudah menimbulkan perselisihan di kalangan umat
Kristen.
b. Teologi Bahasa Keagamaan
Bushnell berpendapat bahwa pembicaraan yang tidak berkaitan langsung dengan
benda/objek tertentu selalu menuntut penggunaan bahasa simbolis dan figuratif, karena itu
anggapan yang mengatakan bahwa kata-kata yang digunakan dalam mengungkapkan sebuah
gagasan tertentu telah mencakup seluruh arti dalam gagasan tersebut adalah sebuah kekeliruan.
19
Bahasa keagamaan hanya mendekati arti yang sebenarnya, karena itu mustahil menggambarkan
kenyataan rohani secara lengkap. Untuk memperkuat argumentasinya Bushnell merumuskan lima
asas pemahaman dasariah penggunaan bahasa di kalangan orang beriman sebagai berikut:
1) Pengalaman pribadi menentukan arti. Dalam memberi makna terhadap kata tertentu setiap
orang dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan pengumulannya.
2) Kenyataan rohani hanya diungkapkan melalui kiasan saja. Setiap bahasa keagamaan hanya
dapat diucapkan dengan ibarat yang tidak sama dengan kenyataan yang ditunjukkan atau
dilambangkan oleh ibarat tersebut.
3) Peristilahan keagamaan bersifat paradoks. Melalui paradoks kita ditolong lebih dekat kepada
kebenaran dari pada melalui penalaran.
4) Peristilahan keagamaan lebih menunjuk kepada kebenaran dari pada menyampaikan
kebenaran. Istilah keagamaan tidak menyampaikan kebenaran secara langsung, tetapi
membangkitkan kesadaran pendengar atau pembaca tentang kebenaran yang dilambangkan
atau ditunjukkannya.
5) Bahasa keagamaan membangkitkan iman. Bushnell melihat bahasa keagamaan sebagai sarana
insani yang lebih kuat dari argumentasi logis untuk membangkitkan iman.
3. Teori dan praktek Pendidikan Agama Kristen
Pandangan Bushnell tentang Pendidikan Agama Kristen (PAK) tertuang dalam bukunya
yang berjudul Christian Nurture. Buku ini sendiri merupakan refleksi atas anugerah Allah
terhadap keluarga Kristen, termasuk keluarganya sendiri. Ia juga menentang teologia pada zaman
itu yang mengorbankan kemauan manusia demi penekanan atas kedaulatan Allah. Menurutnya,
teologi seperti itu tidak sesuai dengan anugerah Allah yang disaksikan Alkitab dan yang dialami
oleh keluarga Kristen. Pengaruh orang tua Kristen terhadap anak-anak sangat penting dan tidak
boleh diabaikan. Fakta yang tidak boleh diabaikan ialah bahwa setiap individu lahir dan
dibesarkan dalam kelompok, berinteraksi dengan kelompok lain dan anggota-anggotanya, dan
bahwa dalam mengambil keputusan pribadi ia tidak terlepas dari pertimbangan atau nilai-nilai
yang berlaku bagi kelompoknya.
Berikut ini adalah pandangan-pandangan dasariah Bushnell tentang teori dan praktek PAK.
1. Apakah PAK itu?
Menurut Bushnell, Pendidikan Kristen adalah “… pengalaman anak yang dibesarkan
dalam keluarga Kristen, dan metode-metode yang Allah berlakukan.” Bushnell menyatakan
bahwa Anak yang dibesarkan dalam keluarga Kristen tidak hanya cenderung menyerap kesalehan
yang diamalkan oleh orang tuanya, tetapi yang lebih penting lagi adalah Allah menyuruh orang
tuanya memberi bimbingan agar anak itu berbuat demikian. Demikianlah kita membaca perintah
20
berikut: “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia
tidak akan menyimpang dari pada jalan itu” (Ams. 22:6).
2. Tujuan PAK
Rumusan tujuan PAK Bushnell terbagi dalam tiga kategori, yakni tujuan PAK untuk anak,
orang tua, dan warga jemaat.
a. Tujuan PAK terhadap anak, ialah: “supaya ia (anak) menerima kepercayaan dan nilai-nilai
yang dianut oleh orang tuanya, belajar bertindak baik, bertumbuh secara wajar dalam iman
Kristen sebagai anggota jemaatnya.”
b. Tujuan PAK terhadap orang tua, ialah: Menyediakan pengalaman belajar yang menolong
orang tua mempertimbangkan sejumlah cara mengurus rumah tangga dan dampaknya
secara khusus atas pertumbuhan anak, yang melibatkan mereka dalam penelaahan sumber
iman Kristen, yang menggiatkannya memilih tindakan yang semakin selaras dengan iman
yang mereka ungkapkan secara lisan, sehingga mereka lebih mampu menyampaikan iman
Kristen kepada anaknya.
c. Tujuan PAK terhadap warga jemaat, ialah: menyediakan pengalaman belajar secara
teratur di sepanjang umurnya melalui seluruh liturgi kebaktian, khususnya melalui
khotbah, pembacaan dan penelaahan supaya mereka diperlengkapi untuk memanfaatkan
iman Kristen yang semakin matang sehingga warga Kristen itu mampu menyoroti masalah
hidup sedemikian rupa, menjadi warga Negara yang setia kepada Tuhan dalam
pelaksanaan tugas masing-masing.
3. Lingkungan dan konteks Pendidikan Agama Kristen
Menurut Bushnell, konteks utama PAK ada dua, yakni :
Pertama, Rumah tangga. Bushnell mengatakan “… segala hubungan dalam keluarga, termasuk
iman, menghasilkan mutu kehidupan yang khas dari keluarga itu. Artinya, anak akan
cenderung menyerap kekuatan dan kelemahan keluarganya, karena di dalam rumah tangga
anak menerima pendidikan secara langsung, Pendidikan di dalam keluarga membutuhkan
wibawa dari orang, terutama ayah, dan pendekatan yang proporsional, tidak merampas
kemerdekaan anak, tetapi memiliki standar yang jelas dan tegas.
Kedua, Jemaat. Jemaat perlu menyambut anak ke dalam persekutuan dan menyediakan
pengalaman belajar yang teratur, dan bekerja sama dengan orang tua untuk melibatkan anak-
anak yang sudah dibaptis dalam PAK.
21
4. Pengajar
Ada empat pengajar yang menurut Bushnell memainkan peran penting dalam PAK, yakni
orang tua, jemaat, pendeta, dan anak-anak.
1) Orang tua sudah berperan sebagai pengajar sejak anak dalam kandungan dengan cara
membangun hubungan suami istri yang baik dan dapat memberi ketenangan kepada sang
ibu selama mengandung. Setelah anak lahir, orang tua mengajar anak melalui mutu
kehidupan keluarga, melatih dan membiasakan anak dalam aktivitas kerohanian dan
memberi kesempatan kepada anak untuk memberi respon. Orang tua juga harus peka dan
peduli terhadap masalah dan pergumulan anak. Pesan penting dari Bushnell adalah “…
anak dikaitkan dengan orang tua bukan dalam hal isi bimbingan, melainkan dalam hal
mutu kehidupan, karena mutu kehidupan itu sendiri jauh lebih berpengaruh terhadap
kehidupan anak dari pada pokok ajaran yang disampaikan kepadanya.”
2) Jemaat mengajar melalui kualitas hubungan antar komponen/unsure-unsur di dalam
jemaat serta kehidupan jemaat yang terorganisasi dengan baik. Jemaat perlu menyusun
rencana PAK yang baik, melakukan pelayanan kepada orang miskin serta perhatian
kepada orang yang belum bertobat.
3) Pendeta mengajar melalui khotbah-khotbah yang dapat diolah kembali oleh jemaat untuk
memperlengkapi hidup mereka sebagai murid Yesus Kristus di dalam lingkungan rumah
tangga, gereja, dan masyarakat.
4) Anak-anak menurut Bushnell berperan sebagai pengajar karena keberadaan mereka
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari jemaat, kehidupan anak memancarkan sinyal-
sinyal yang perlu direspon oleh orang tua dan dijadikan dasar pertimbangan dalam
mendidik anak-anak.
5. Pelajar
Ada tiga golongan pelajar, yakni: anak-anak, orang tua, dan warga jemaat dewasa.
a. Anak-anak. Hakekat anak-anak sebagai pelajar digambarkan oleh Bushnell sebagai berikut: (1)
anak adalah anak Allah dan anggota jemaat, (2) anak dibesarkan secara organis dalam
kelompok, khususnya keluarga, (3) anak adalah seorang pelajar di kalangan jemaat, (4) seperti
halnya orang tuanya, anak adalah mahluk yang diperlemah oleh daya tarik dosa, dan (5) anak
memiliki potensi untuk berkembang. Meskipun Bushnell optimis akan kemampuan anak
untuk berkembang, namun ia sadar bahwa perkembangan itu tidak bersifat otomatis, harus
ada pendampingan. “Pertumbuhan itu melibatkan orang tua dan anak dalam pergumulan
melawan hal-hal yang jahat. Karena itu, PAK menuntut bimbingan yang kreatif dan teratur
dari pihak orang tua dan jemaat serta adanya kerelaan belajar dari pihak anak.”
22
b. Orang tua. Hakekat orang tua sebagai pelajar dilihat dari sudut pandang, (1) “mereka adalah
orang yang terbelenggu oleh dosa dan tidak selayaknya menjadi orang tua,” dan (2) “mereka
adalah orang yang dapat dipersiapkan menjadi orang tua yang lebih mampu guna memenuhi
panggilan yang mulia sebagai orang tua Kristen.” Hakekat seperti ini mengisyaratkan betapa
pentingnya persiapan calon suami istri sebelum menikah.
c. Warga jemaat dewasa. Dalam pandangan Bushnell, warga jemaat (termasuk warga jemaat
dewasa) harus terbuka untuk terus belajar. Sehubungan dengan itu Bushnell menyatakan:
“warga jemaat dewasa, entah muda atau lebih tua, sebagai murid Yesus Kristus, dan karena
itu mereka adalah orang yang membuka diri terhadap pengalaman belajar.”
6. Kurikulum
a. Kurikulum bagi anak-anak, meliputi:
1) Mengendalikan tubuh, yakni berkaitan dengan penanaman dasar-dasar pola hidup yang
teratur melalui pembiasaan untuk membentuk perilaku-perilaku positif yang memiliki
dimensi rohani.
2) Perkembangan kesalehan, berkaitan dengan keteladanan dan model yang dilihat langsung
oleh anak, antara lain: (a) Orang tua harus mampu mengendalikan diri ketika mengajar
anak-anak, (b) Jangan terlalu banyak melarang, (c) Jauhkan diri dari kekerasan terhadap
anak, (d) Hargai prestasi anak dan perlihatkan kegembiraan seperti yang dirasakan anak,
(e) Jika harus menghukum anak lakukanlah secara proporsional, (f) Sebelum mengatakan
anak bersalah orang tua harus berusaha lebih dahulu memperoleh informasi yang benar,
(f) Jangan menunjukkan perasaan khawatir yang berlebihan terhadap anak, (g)
Perlakukan anak sesuai dengan usianya.
3) Keanggotaan dalam jemaat, meliputi pengembangan liturgi khusus, kesempatan untuk
mengambil bagian dalam kebaktian pagi, penyediaan bahan cetak yang berisi panduan
untuk orang tua dan jemaat guna mendidik anak dalam iman Kristen. Untuk anak-anak
muda kurikulum mencakup cerita-cerita dari Alkitab, nyanyian rohani yang sederhana,
doa-doa, Dasa Titah, Doa Bapa Kami, Pengakuan Iman Rasuli, arti Sakramen, Hari
Minggu, dan hari raya lainnya yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak.
b. Kurikulum bagi orang tua, meliputi: “… pengetahuan, pengertian, dan keterampilan tentang
tiga pokok utama, yakni dampak kelakuan mereka atas perkembangan rohani anaknya, cara
mengembangkan rumah tangga yang sehat, saleh dan berbahagia serta pokok-pokok iman
Kristen itu sendiri.”
23
c. Kurikulum bagi warga jemaat, meliputi: “… bahan-bahan yang menolong orang dewasa
untuk menelaah peristilahan yang orang-orang Kristen cenderung pakai dalam
mengkomunikasikan iman.”
C. RELEVANSI TEORI PAK KONTEMPORER DALAM PELAKSANAAN PAK DI
INDONESIA
Teori Pendidikan Agama Kristen kontemporer tidak lepas dari teori-teori yang pendidikan
yang telah ada sebelumnya. Meskipun penekanan dan pendekatannya berbeda, tetapi semuanya
itu menjadi sejarah penting dalam dunia Pendidikan Agama Kristen. Sepanjang sejarah
pendidikan (dari zaman Perjanjian Lama), Pendidikan Agama Kristen pada gereja purba hingga di
abad 19 telah memberikan banyak sumbangsih dalam dunia pendidikan di abad 21 ini. Karena
judul makalah ini “Relevansi Teori-teori PAK Kontemporer dalam Pelaksanaan PAK di
Indonesia”, maka relevansinya lebih banyak diambil dari teori pemikiran Horace Bushnell dan
kedua tokoh sebelumnya, yakni Pestalozzi dan Froebel.
Relevansi atau hubungan teori-teori PAK kontemporer dalam pelaksanaan PAK di
Indonesia sangat banyak. Karena, bagaimanapun juga perlu disadari bahwa Pendidikan Agama
Kristen di Indonesia berakar dari pemikiran dan praktek Pendidikan Agama Kristen kontemporer
bahkan oleh tokoh-tokoh PAK dan tokoh pendidikan sebelumnya. Pendidikan Sekolah Dasar
yang didirikan oleh Pestalozzi, Taman Kanak-kanak oleh Friedrich W.A. Froebel dan Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) oleh Horace Bushnell telah banyak dipakai dan menjadi jenjang
pendidikan yang harus diberlakukan di Indonesia. Selain itu, pendidikan agama Kristen yang ada
di setiap gereja-gereja saat ini, seperti Sekolah Minggu juga merupakan lanjutan dari ide/pikiran
dan praktik tokoh PAK Amerika.
Fakta penting yang harus diingat dalam dunia Pendidikan Agama Kristen di Indonesia
adalah berakar dari pikiran dan praktek PAK yang berkembang di Yunani, Romawi, Yahudi,
Eropa dan Amerika. Secara khusus, teori dan praktik PAK Pestalozzi dapat dipraktikkan di
sekolah-sekolah umum atau negeri. Pernyataan tersebut diasumsikan karena tujuan praktik
pendidikan Pestalozzi yaitu untuk memperbaiki akhlak, memberikan pengetahuan dan
memperlengkapi anak-anak didik dengan keterampilan baik untuk dipakai di sekolah-sekolah itu.
Dari seorang tokoh Pendidikan Agama Kristen yang lahir dan terkenal pada abad 19,
yakni Horace Bushnell, ditemukan pikiran dan praktik PAK yang sangat relevan diberlakukan
pada Pendidikan Agama Kristen di Indonesia:
1) Anak-anak harus dibesarkan dalam Kristus bukan dalam dosa.
24
2) Membedakan antara anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga Kristen dan anak-anak
yang tidak dilahirkan di keluarga Kristen. Pendidikan disesuaikan dengan pengetahuan
anak tentang hal yang diajarkan.
3) Anak-anak yang lahir dalam keluarga Kristen mengalami pertobatan di lingkungan rumah
tangga secara halus dan perlahan-lahan sepanjang hidupnya.
4) PAK berlangsung dalam suasana pertobatan bukan untuk menobatkan.
5) Tugas orang tua Kristen dalam PAK adalah menimbulkan dan memadu cita rasa religius
anak-anak.
6) Kebutuhan primer PAK anak-anak berasal dari orang tua.
7) Memberikan PAK bagi anak usia dini (PAUD), yang dimulai dari keluarga, gereja dan
sekolah.
8) Bertobat atau lahir kembali bukanlah sebuah kejadian istimewa yang terjadi sekali dua
kali dalam hidup, melainkan kejadian biasa yang patut terjadi setiap hari.
9) Mengembangkan teori kebiasaan yang baik dan benar bagi anak. Misalnya; berdoa,
bernyanyi, mendengarkan hal-hal yang positif dan Firman Tuhan dan sebagainya.
Meskipun dunia Pendidikan Agama Kristen di Indonesia sangat dipengaruhi oleh teori
PAK kontemporer dan teori sebelumnya, tetapi kebanyakan pelaksanaannya di Indonesia
mengalami banyak kesulitan, karena:
1. Peraturan dunia pendidikan di Indonesia harus mengikuti kurikulum yang berlaku. Hal ini agak
bertentangan dengan pemikiran Froebel yang menginginkan teori pendidikan disesuaikan
dengan pola bertindak anak. Karena kurikulum yang dibuat oleh pemerintah belum tentu sesuai
dengan gaya bertindak anak-anak di seluruh daerah di Indonesia.
2. Pendidikan Anak Usia Dini oleh Bushnell belum bisa diterapkan oleh pendidik-pendidik
agama Kristen di Indonesia. Karena, kebanyakan orang masih tidak mau menyekolahkan
anaknya di PAUD bahkan TK. Hal ini juga disebabkan oleh penyuluhan / pengenalan dan
pembangunan PAUD atau TK di seluruh daerah Indonesia belum memadai.
3. Pendidikan Agama Kristen di Sekolah Minggu, secara khusus di gereja kuno/lama terlalu
kaku. Karena anak-anak diberi materi Alkitab yang monoton, jarang “bermain” dan
disampaikan layaknya khotbah bagi orang dewasa.
4. Kebanyakan orang tua Kristen belum tahu tugasnya, yakni memberikan pengajaran yang
mendasar bagi anaknya. Kebanyakan orang tua, hanya menunggu pendidikan anak diperoleh
ketika sudah masuk Sekolah Minggu atau saat masuk TK dan Sekolah Dasar.
5. Pelayan Firman/khotbah yang cenderung mengabaikan pemberitaan tentang pendidikan.
Terkadang khotbah dan ajakan lebih banyak berpusat pada berkat, perpuluhan dan mujizat.
Sehingga, pemberitaan Yesus sebagai Rabi yang menghendaki tentang “pengajaran” sering
25
diabaikan. Dengan demikian, orang tua/jemaat sulit memberlakukan pendidikan anak sedini
mungkin dalam keluarganya.
6. Selain itu, kebanyakan anak Kristen juga menjadi korban untuk tidak mengetahui pendidikan
agama Kristen di sekolahnya karena berkurangnya guru agama Kristen dan karena faktor
lingkungan yang tidak menghendaki adanya guru Kristen di sekolah-sekolah lingkungan
sekitarnya.
7. Pandangan bahwa pendidikan agama Kristen hanya disampaikan pada Pelajaran Agama
Kristen. Seharusnya, pendidikan agama bisa disampaikan melalui mata pelajaran lainnya.
Misalnya di mata pelajaran IPA; kemahakuasaan Tuhan sebagai pencipta bisa disampaikan dll.
26
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Relevansi teori-teori PAK kontemporer bagi pelaksanaan PAK di Indonesia sangat
banyak. Bahkan dapat dikatakan, PAK yang dilaksanakan di Indonesia saat ini merupakan buah
dari teori-teori PAK kontemporer dan juga teori PAK yang berkembang sebelum zaman modern
(kontemporer). Dari beberapa tokoh besar PAK yang pernah ada selalu memiliki ide dan praktek
PAK yang masih relevan diberlakukan di Indonesia. Bahkan dari seorang tokoh yang lahir dan
terkenal pada abad 19, yakni Horace Bushnell, memiliki pengaruh besar bagi perkembangan dan
pelaksanaan PAK di Indonesia. Dari ide pemikirannya dan tokoh-tokoh pendidikan agama
Kristen selanjutnya telah menginspirasi banyak orang tua untuk memberikan pendidikan bagi
anak sedini mungkin. Bahkan menginspirasi gereja juga yakni dengan adanya pendidikan Sekolah
Minggu, dimana di beberapa denominasi gereja dilakukan dengan kreatif. Meskipun dalam
pelaksanaan pendidikan agama Kristen, sedini mungkin oleh orang tua dan Sekolah Minggu oleh
gereja masih belum terlaksana seratus persen di seluruh Indonesia. Karena adanya lempar
tanggung jawab, “belum sadar” tugasnya, terlalu terpaku pada tatanan gereja dan sebagainya.
B. SARAN
1. Bagi pengajar. Setiap pedagog Kristen hendaknya memberikan pendidikan agama Kristen
pada mata pelajaran yang diajarkan. Secara khusus bagi pengajar Agama Kristen hendaknya
berkasutkan kerelaan untuk mengajarkan anak-anak sesuai dengan apa yang dipelajari dari
sejarah PAK, Teori-teori PAK dan Teori-teori PAK Kontemporer, bahkan ilmu lain yang
berguna dalam Pendidikan Agama Kristen.
2. Bagi gereja. Setiap gereja hendaknya mempunyai program tentang pendidikan agama
Kristen. Tema khotbah hendaknya ada yang berbicara tentang pendidikan primer anak. Agar
setiap orang tua/jemaat tahu dan semakin banyak yang sadar bahwa mereka adalah guru
utama bagi anak-anaknya.
27
BIBLIOGRAFI
Boehlke, Robert R. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari
Yohanes Amos Commenius sampai perkembangan PAK di Indonesia, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2010
C. B. Eavey. History Of Christian Education. Chicago: Moody Press, 1964
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat. Jakarta: Balai
Pustaka, 2008
Stefanus, Daniel. Sejarah PAK: Tokoh-tokoh Besar PAK. Bandung: Bina Media Informasi, 2009
http://roimansonpanjaitan.blogspot.com/2011/10/horace-bushnell-sebuah-ringkasan.html
http://onego1993.blogspot.com/2013/06/sejarah-pendidikan-agama-pada-masa.html
No comments:
Post a Comment