Sunday 24 June 2018

TANGGAPAN TERHADAP KRITIK BAHWA KHARISMATIK ITU BIDAT?

TANGGAPAN TERHADAP KRITIK BAHWA KHARISMATIK ITU BIDAT?
By . vc


Kritik ini dilancarkan oleh Dance S. Suat, pengajar di Graphe International Theological Seminary (GITS) Jakarta.  Perhatikan penyataan berikut ini: “Gerakan Kharismatik merupakan bentuk baru dari Montanisme yang pernah ada tahun 160-400 M, Montanus menyatakan bahwa di dalam dirinya sudah datang roh penolong yang telah dijanjikan Yesus dan dengan dibantu Priscilla dan Maximilla dua nabiah yang selalu memanifestasikan fenomena berbahasa lidah dan kadang-kadang berekstase sampai tak sadarkan diri, gerakan Montanisme berkembang dengan pesat dari Asia kecil sampai Afrika Utara, namun gerakan ini pun pudar dan hilang sekitar tahun 400 M. Memasuki abad ke-20 bentuk baru dari Montanisme muncul kembali dengan menamakan diri Pentakosta modern atau yang lebih dikenal dengan gerakan Kharismatik. Di bawah pimpinan Charles F Parham gerakan sinkritisme Kristen ini pun berkembang dengan pesat ke seluruh dunia dan menjamur ke seluruh Asia termasuk di Indonesia”.[1]

Tanggapan awal saya terhadap kritik tersebut adalah “bahwa pernyataan tersebut merupakan kesalahan interpretasi historis, entah disengaja atau tidak. Tetapi tujuannya sama dengan kritik Budi Asali di atas, yaitu berusaha menggiring  orang pada kesimpulan bahwa gerakan Kharimatik itu sesat. Pernyataan Dance S. Suat tersebut secara implisit mengandung dua tuduhan, yaitu :                        (1) Kharismatik sama dengan Montanisme,[2] dan (2) Kharismatik adalah Senkretisme Kristen.[3]  Montanisme dan Sekretisme itu sesat, karena itu Kharismatik itu sesat!”  Menjawab Kritik Dance S. Suat yang menyamakan gerakan Kharismatik dengan Montanisme dan Sinkretisme, maka saya memberikan sanggahan-sanggahan yang dirangkum dalam argumentasi berikut ini :


1.       Menyamakan Kharismatik dengan Montanisme adalah kesalahan interpretasi sejarah. Pernyataan Dance tersebut tidak lebih dari sekedar asumsi yang tidak didukung oleh catatan-catatan historis terpercaya dan data-data yang valid. Seharusnya sebagai seorang sarjana terpelajar Dance S. Suat menyajikan catatan historis dari sumber terpercaya yang terverifikasi kebenarannya.[4] Akibatnya, pernyataan Dance S. Suat tersebut bertentangan dengan pendapat Budiman, dosen Perjanjian Baru di STT Duta Wacana yang menyatakan, “Gerakan Kharismatik adalah gerakan orang Kristen, yang mengutamakan baptisan Roh dan karunia-karunia Roh, dan yang penganut-penganutnya terdapat dihampir semua gereja tradisional. Gerakan tersebut lahir pada abad ke 20 di Amerika Serikat. Sekalipun pada abad-abad yang mendahului dalam sejarah gereja Barat sudah ada gerakan-gerakan, yang mengutamakan pekerjaan Roh Kudus (seperti aliran Montanisme pada abad ke 2-3), namun gerakan-gerakan itu berdiri sendiri dan tidak ada pengaruhnya terhadap timbulnya Kharismatik dalam abad ke 20”.[5] Tidak adanya hubungan antara gerakan Kharismatik abad ke 20 dengan Montanisme di abad ke 2 ini ditegaskan juga oleh pakar sejarah Gereja Thomas Van Den End, yang mengatakan “Gerakan Montanisme hidup terus sampai abad ke 4, lalu hilang. Dikemudian hari timbul juga dalam gereja gerakan-gerakan yang mengandung unsur-unsur yang sama; yaitu keyakinan bahwa karunia-karunia Roh tidak hanya terbatas pada zaman rasuli saja”.[6]

2.      Selain melakukan kesalahan interpretasi sejarah, yaitu menyamakan Kharismatikdengan Montanisme, Dance S. Suat juga melakukan kesalahan logika non seguitar, yaitu loncatan sembarangan periodisasi sejarah yang tidak ada kaitannya sama sekali.[7]  Ini terlihat dari kesimpulannya yang keliru, bahwa ia tanpa suatu penjelasan yang kronologis terhadap sejarah gereja dan tidak disertai alasan-alasan yang memadai, langsung menyimpulkan bahwa Kharismatik merupakan bentuk baru Montanisme.

3.      Mengaitkan gerakan Kharismatik dengan Charles F. Parham adalah sebuah kekeliruan. Dance S. Suat, sekali lagi, tampaknya tidak benar-benar mempelajari dengan teliti dan seksama sejarah gereja, khususnya yang berhubungan dengan gerakan Kharismatik yang dikritiknya. Perlu ditegaskan, walaupun mirip, Pentakostalisme dan Kharismatik adalah dua gerakan yang berbeda, tetapi searah dalam hal pengakuan terhadap eksistensi karunia-karunia rohani. Pelopor kedua gerakan ini jelas berbeda. Charles F. Parham adalah pelopor gerakan Pentakosta, sedangkan gerakan Kharismatik dipelopori oleh Demos Sakharian. Jadi menghubungkan secara langsung Charles F. Parham dengan Gerakan Kharismatik tentu saja merupakan sebuah pernyataan yang tidak berdasarkan bukti sejarah. Jan S. Aritonang, seorang Protestan Calvinik, sejarawan dan dosen sejarah gereja di STT Jakarta, dengan jelas membedakan Pentakostal dan Kharismatik ini dalam bukunya yang berjudul “Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja”. Buku yang bersifat kajian akademik ini merupakan literatur yang dapat dipercaya sebagai sumber informasi sejarah ketimbang pernyataan Dance S. Suat yang tidak jelas sumbernya.[8]

4.      Metode kritik yang digunakan Dance S. Suat dalam menulis artikelnya patut dipertanyakan. Tampak jelas bahwa ia tidak melakukan riset kuantitatif, hal ini terbukti dari minimalnya data dan sifatnya yang monografis, serta kasus-kasus yang tidak terstruktur dengan jelas.[9] Dan yang sangat “menggelikan” bagi saya ialah bahwa dalam kondisi seperti yang saya sebut di atas, Dance S. Suat dengan arogansinya memaksakan diri untuk menunjukkan semua kesalahan gerakan Kharismatik. Perhatikan kutipan kalimatnya berikut, “Mari kita kupas tuntas satu persatu mengenai penyimpangan dalam gerakan Kharismatik berdasarkan Alkitab”.[10] Pertanyaan saya : Bagaimana Dance S. Suat bisa mengupas tuntas gerakan Kharismatik yang dikritiknya dengan data yang tidak memadai, tidak valid, tidak melalui suatu riset, dan salah dalam menginterpretasi sejarah? Tentu saja ini hanya omong kosong belaka!

5.      Berkaitan dengan istilah senkretisme, tampaknya Dance S. Suat tidak begitu memahami istilah tersebut. Sebaiknya ia menjelaskan yang ia maksudkan dengan sekretisme Kristen itu. Tetapi sebagai tanggapan, perlu bagi saya untuk menjelaskan hal berikut ini.  Tampaknya dalam pemikirannya, semua hal yang berhubungan dengan aktivitas Roh Kudus yang diakui oleh Kharismatik seperti mujizat, penglihatan, kesembuhan, khususnya bahasa roh adalah pekerjaan Iblis. Jelaslah bahwa ia menganggap Kharismatik bercampur dengan aktivitas Iblis, yang ia sebut dengan senkritisme Kristen. Disini tampaknya ia tidak mempertimbangkan bahwa Iblis, bapa segala dusta itu memang mahir meniru atau memalsukan yang asli dan benar yang berasal dari Tuhan (Yohanes 8:44). Misalnya, mujizat, penyembuhan, kuasa, penglihatan, dan bahasa roh ada yang memang benar-benar dari Tuhan. Paulus telah membahas kebenaran ini dalam surat 1 Korintus. Tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa ada mujizat, penyembuhan, dan bahasa roh palsu yang ditiru dan dikerjakan oleh Iblis (Kolose 2:8). Adanya aktivitas tiruan dan palsu dari Iblis, yang mirip dengan aktivitas Kharismatik tersebut, tidak dapat dijadikan bukti untuk menyimpulkan bahwa semua aktivitas Kharismatik itu palsu dan sesat, lalu secara sembarangan menuduhnya sebagai senkretisme. Penyimpulan yang demikian, merupakan suatu penalaran induktif yang cacat. Karena kemiripan tidaklah sama dengan sekritisme. Adanya orang atau kelompok-kelompok yang aktivitasnya mirip dengan Kharismatik tidak dapat dijadikan alasan untuk menuduh Kharismatik sebagai senkretisme. Disini, cacatnya penalaran Dance S. Suat bersifat ad populum karena menyamakan Kharismatik dengan aktivitas kelompok-kelompok yang mirip Kharismatik.

6.      Sebagai tambahan, perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan bidat sebenarnya adalah ajaran atau aliran atau sekte yang menyimpang dari ajaran Kristen yang benar.[11] Pada umumnya bidat muncul karena ada sekelompok orang yang berkumpul bersama untuk mengikuti seseorang yang keliru menafsirkan Alkitab. Misalnya, Saksi-Saksi Yehovah, adalah orang-orang yang mengikuti interpretasi Charles T. Russel dan J.F. Rutherford. Mormonismeadalah orang-orang yang mempercayai interpretasi Joseph Smith dan Brigham Young. Penganut Christian Science merupakan murid Mary Baker Eddy yang sangat mempercayai interpretasi Alkitabnya.

Saat ini beraneka macam bidat[12] telah timbul di kalangan gereja-gereja Kristen, dan mereka mempunyai ciri-ciri yang hampir sama satu dengan yang lain, yaitu:                (1) Mereka mempercayai auto-soterisme, yaitu manusia yang sanggup menyelamatkan diri sendiri. Memang banyak di antara mereka yang mengatakan bahwa manusia diselamatkan karena anugerah Tuhan, tetapi keselamatan itu masih diberi syarat-syarat tertentu. Misalnya, Seventh Day Adventist mengira bahwa memegang hari Sabat “membantu” seseorang untuk diselamatkan, padahal Alkitab mengajarkan “sola gratia”, yaitu hanya oleh anugerah manusia diselamatkan (Efesus 2:8-9); (2) Menyangkal keilahian Kristus yang mutlak. Misalnya Saksi-Saksi Yehovah menyangkal bahwa Kristus yang setara dengan Allah Bapa. Mereka tidak mempercayai Allah Tritunggal, menganggap Kristus sebagai ciptaan Allah yang tertinggi, tetapi bukan anak Allah yang kekal; (3) Tidak memerlukan pertobatan yang total. Misalnya, Mormonisme beranggapan bahwa melalui pembaptisan di gereja Mormon, dosa seseorang dapat diampuni. Christian Science bahkan menyangkal adanya dosa, mereka menganggap dosa hanyalah fantasi manusia yang fana; (4) Menjadi anggota gereja mereka merupakan jalan menunju keselamatan. Orang Mormon mengatakan bahwa menjadi anggota gereja Mormon berarti diselamatkan. (5) Selain Alkitab mereka masih mempunyai buku-buku lain yang otoritasnya sama atau melebihi Alkitab. Misalnya Christian Science menyamakan buku-buku karangan Mary Baker Eddy dengan Alkitab. Begitu juga dengan saksi-saksi Yehovah yang menganggap buku-buku karangan Charles T. Russel setara dengan Alkitab. Orang Mormon mempunyai tiga macam buku yang berotoritas seperti Alkitab yaitu The Book of MormonDoctines and Covenants dan Pearl or Great Price. Karena itu, sebaiknya kita harus berpegang teguh pada semboyan para reformator “Sola Scriptura”, yang berarti bahwa hanya Alkitab yang menjadi pedoman dan dasar iman kepercayaan dan kehidupan orang Kristen; (6)Di antara mereka ada yang memfitnah Yesus. Pemimpin Mormon yang bernama Brigham Youm mengatakan bahwa Yesus adalah Polygamis. Ia mempunyai beberapa istri, termasuk Maria Magdalena serta Marta dan Maria dari Betania. Ia juga mengatakan bahwa pesta pernikahan di Kana (Yohanes 2:1-11), adalah salah satu pesta pernikahan Tuhan Yesus; (7) Banyak bidat yang memakai alasan rohani untuk melampiaskan hawa nafsu mereka. Misalnya aliran The Children of God menganjurkan umatnya mempergunakan hubungan seks untuk “menyelamatkan jiwa” orang lain. Mereka juga menyetujui bahwa anak-anak yang belum dewasa hendaknya mempunyai pengalaman seks; (8) Salah menafsirkan Alkitab. Misalnya, Alkitab mengatakan, “Upah dosa adalah maut” (Roma 6:23), Saksi-saksi Yehovah berpendapat bahwa “maut” yang dimaksud di sini adalah “lenyap atau tidak ada lagi”. Mereka menyangkal adanya penghukuman orang berdosa pada akhir zaman, menyangkal adanya neraka, sebab dianggap bahwa hal-hal tersebut bertentangan dengan kasih Allah; (9) Mereka mengira bahwa pemimpin-pemimpin mereka mendapat wahyu dan urapan yang khusus. Misalnya gereja Roma Katolik di dalam konferensi di Vatican pada tahun 1870 memutuskan suatu kaidah bahwa Paus Katolik itu tidak mungkin berbuat salah. Mereka terlalu mengagungkan pemimpin mereka. Demikian juga dengan Christian Science yang menganggap Mary Baker Eddy adalah “nabi”. Bagi orang Mormon, mereka percaya bahwa Joseph Smith telah menerima wahyu dari malaikat untuk menulis buku Mormon. (10) Bidat-bidat yang berkaitan dengan Modernisme atau Liberalisme pada umumnya tidak mempercayai segala mujizat dan hal-hal yang supranatural di dalam Alkitab. Misalnya tidak mempercayai Tuhan Yesus dilahirkan melalui anak dara Maria, tidak mempercayai kebangkitan tubuh, menyangkal kedatangan Yesus yang kedua kali, dan lain-lain.[13]

Membandingkan ciri-ciri bidat tersebut di atas, maka sesungguhnya ajaran (doktrin) yang diakui oleh Kharismatik tidak dapat disebut sebagai sesat (bidat) karena seperti yang saya jelaskan pada pasal 6 buku ini pada umumnya doktrin Kharismatik itu kompatibel (selaras) dengan ajaran dan keyakinan Protestan Ortodoksi dan Injili Konservatif serta gereja-gereja arus utama lainnya. Kharismatik tidak termasuk dalam daftar ciri-ciri dari sekte atau bidat tersebut. 

Ringkasnya, menuduh Kharismatik sebagai bentuk baru dari Montanisme jelaslah merupakan kesalahan interpretasi sejarah dan tidak lebih dari sekedar asumsi yang subjektivistik karena tidak didukung catatan-catatan historis terpercaya dan data-data yang valid. (Lihat: Pasal 4. Sejarah dan Perkembangan Gerakan Kharismatik).

DAFTAR PUSTAKA

Achenbach, Reinhard., 2012. Kamus Ibrani-Indonesia Perjanjian Lama. Terjemahan, Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta.
Archer, Gleason L., 2009. Encyclopedia of Bible Difficulties. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi ke IV. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.
Aritonang, Jan S, 1995. Berbagai Aliran di Dalam dan Di Sekitar Gereja. Cetakan ke 12. Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Carson, D.A., 2009. Kesalahan-Kesalahan Eksegetis. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Cornish, Rick.,  2007. Lima Menit Apologetika. Terjemahan, Penerbit  Pionir Jaya : Bandung.
Daun, Paulus., 1994. Bidat Kristen Dari Masa Ke Masa. Penerbit, Yayasan Daun Family: Manado.
Douglas,  J.D., ed, 1996. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I dan II. Terj, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.
End, Th. Van Den., 2007. Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas. Penerbit BPK : Jakarta.
Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, jilid 1. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Fee, Gordon D., 2008. New Testament Exegesis. Edisi Ketiga. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Ferguson, Sinclair B, D.F. Wraight & J.I Packer, ed. 2009. New Dictionary of Theology. Jilid 1, Terjemahan, Literatur SAAT: Malang.
Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.
Kreeft, Peter & Ronald K. Tacell., 1994. Pedoman Apologetika Kristen. Jilid 1 Terjemahan, Penerbit Yayasan Kalam Hidup: Bandung.
Lahaye, Tim, dkk., 2004. The Popular Handbook On The Rapture. Terjemahan, Penerbit Andi Offset : Yoyakarta.
Makmun, Abin Syamsuddin, 2002. Psikologi Kependidikan. Cetakan Keenam,  Penerbit PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Maris, Hans, 2004. Gerakan Kharismatik dan Gereja Kita, cetakan ke empat. Penerbit Momentum: Jakarta.
Marzuki, 2005. Metodologi Riset. Penerbit Ekonisia, Kampus Fakultas Ekonomi UII: Yogyakarta.
Mounce, William D., 2011. Basics of Biblical Greek, edisi 3. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Newman Jr, Barclay M., 1993. Kamus Yunani-Indonesia Untuk Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Nggadas, Deky Hidnas Yan., 2013. Paradigma Eksegetis Penting dan Harus. Penerbit Indie Publising: Depok.
Poesporodjo, W & Ek. T. Gilarso, 1999. Logika Ilmu Menalar. Penerbit Pustaka Grafika: Bandung.
Pandensolang, Welly., 2010. Gramatika dan Sintaksis Bahasa Yunani Perjanjian Baru.Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Pratt, Richard L, Jr., 1994. Menaklukan Segala Pikiran Kepada Kristus. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Purnomo, Devid Pan., 1994. Menjawab Pertanyaan-Pertanyaan Kontemporer. Pernerbit SAAT: Malang.
Purwantara, Iswara Rintis., 2012. Prapenginjilan: Menyingkirkan Kendala-Kendala Intelektual Dalam Penginjilan. Penerbit ANDI : Yogyakarta.
Schafer, Ruth., 2004. Belajar Bahasa Yunani Koine: Panduan Memahami dan Menerjemahkan Teks Perjanjian Baru.  Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.
Scotland, Nigel., 2013. Buku Wajib Cara Menangkal Sekte dan Agama Baru. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta
Shaw, Mark.,2003. Sepuluh Pemikiran Besar dalam Sejarah Gereja. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
SJ, L. Sugiri, dkk, 1995., Gerakan Kharismatik: Apakah itu? Penerbit BPK : Jakarta.
Subagyo, Andreas., 2004. Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif. Penerbit Kalam Hidup: Bandung.
Stearns, Robert, Chuck Pierce & Larry Kreider., 2013. Today’s Church. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta.
Stuart, Douglas., 1994. Eksegese Perjanjian Lama. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Stuart, Douglas & Gordon D. Fee., 2011Hermeneutik: Menafsirkan Firman Tuhan Dengan Tepat. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Ryrie, Charles C., 1991. Teologi DasarJilid 1, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset : Yogyakarta.
__________________., 2005. DispensasionalismTerjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Tong, Stephen., 2011. Iman, Rasio dan KebenaranPenerbit  Momentum : Jakarta.
Tulluan, Ola., 2007. Bahasa Yunani Perjanjian Baru.  Penerbit Literatur YPPII : Malang.
Wellem, F.D., 1996. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja. Penerbit BPK Gunung mulia: Jakarta.
Wenham, J.W., 1988. Bahasa Yunani Koine (The Elements of New Testament Greek).  Penerbit SAAT : Malang.
Wongso, Peter., 1992. Sejarah Gereja. Seminari Alkitab Asia Tenggara: Malang.
Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New TestamentTerjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang





[1]     Dance S. Saut, dalam artikel, Malaikat Terang (Lucifer) Berbicara Melalui Gerakan Karismatik Dalam Bentuk Bahasa Roh. (Sumber: Blog: Dance Suat Bible Class). Dance S. Suat adalah seorang Fundamentalis Baptis. Lulusan Master of Biblical Study (MBS) dari Graphe International Theological Seminary (GITS), Jakarta. Menurut pengakuannya, sejak tahun 2004 mengajar di seminary tersebut. 

[2]             Montanisme adalah suatu “gerakan yang puritan, kenabian, kharismatik, penuh kesukacitaan, dengan nubuat dan mujizat-mujizat”. Gerakan ini dipimpin Montanus di Phrygia ± 156 M. (Mahoney, Ralph., Tanda-Tanda dan Keajaiban-Keajaiban Hari-hari Ini, dalam Manohey, dalam Tongkat Gembala. Lembaga Pusat Hidup Baru: Jakarta, hal, C4/35).

[3]     Kata sinkretisme berasal dari kata Yunani “Sunkretamos” artinya “kesatuan”; dan kata “synkerannumi” yang berarti “mencampur aduk”.

[4]     Pentingnya asumsi dapat dilihat dalam karya: Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi ke IV. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta, hal. 64-69.

[5]     Budiman., dalam buku Gerakan Kharismatik Apakah itu? hal. 170.

[6]     End, Th. Van Den., 2007. Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas. Penerbit BPK : Jakarta, hal 43. (Thomas Van Den End adalah Dosen Sejarah Gereja di STT Jakarta tahun 1970-1980. Lulusan dari Fakultas teologi di ultrecht dan Fakultas Sastra jurusan Sejarah di Roma. Van Den End adalah pakar sejarah gereja).

[7]     Poespoprodjo W dan EK. T. Gilarso. Logika Ilmu Menalar, hal. 178.

[8]     Aritonang, Jan S. Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, hal. 166-226.

[9]     Marzuki, 2005. Metodologi Riset. Penerbit Ekonisia : Yogyakarta, hal. 89-101.

[10]    Dance S. Suat, dalam Artikel, Malaikat Terang (Lucifer) Berbicara Melalui Gerakan Karismatik Dalam Bentuk Bahasa Roh. Sumber: Blog: Dance Suat Bible Class.

[11]    Purnomo, David Pan., 1994. Menjawab Pertanyaan-Pertanyaan Kontemporer.Pernerbit SAAT: Malang, hal. 23.

[12]    Scotland, Nigel., 2013. Buku Wajib Cara Menangkal Sekte dan Agama Baru. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta; Cornish, Rick.,  2007. Lima Menit Apologetika. Terjemahan, Penerbit  Pionir Jaya : Bandung; Daun, Paulus., 1994. Bidat Kristen Dari Masa Ke Masa. Penerbit, Yayasan Daun Family: Manado.

[13]    Purnomo, David Pan., 1994. Menjawab Pertanyaan-Pertanyaan Kontemporer,  hal. 23-25.

No comments:

Post a Comment

Misi Kristus Sedunia

PELAJARAN SEKOLAH MINGGU

  TANGGAL   PELAJARAN SEKOLAH MINGGU KATEGORI Babak pertama        ...