PENGANTAR PERJANJIAN BARU II
(Matius-Wahyu)
Kitab Matius
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan
"Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak
disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak
kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah
seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus
ditulis untuk orang Romawi
dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi,
maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang
Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk :
- ketergantungannya pada penyataan, janji, dan
nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama
dinantikan;
- hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak
dari Abraham (Mat 1:1-17);
- pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus
adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti
"Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah")
sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama
Allah secara langsung dan
- petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi
tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang
lain).
Sekalipun demikian,
Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri,
Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan
saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat
Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk
beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina
atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini
merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan
bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- untuk memberikan kepada sidang pembacanya
kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah
Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama
dinantikan, dan
- untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah
dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah
terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali
agar pembacanya memahami bahwa
- hampir semua orang Israel menolak Yesus dan
kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias
yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam
kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah
semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang
dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum
yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama
dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan
(Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan
jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1-25:46) mencatat lima ajaran utama yang
disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar
sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1-7:29);
- pengarahan bagi orang yang diutus untuk
berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal
13; Mat 13:1-30);
- sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman
(pasal 24-25; Mat 24:1-25:46).
Lima kisah utama
dalam Injil ini adalah:
- Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat,
yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1-9:38);
- Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya
kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1-12:50);
- Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam
krisis (pasal 14-17; Mat 14:1-17:27);
- Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di
situ pada minggu terakhir (Mat 19:1-26:46);
- Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan
bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47-28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil
ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat
ke-Yahudiannya.
- Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang
penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini,
maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina
orang yang baru bertobat.
- Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas
di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa
dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada
kitab lain di PB.
- Kerajaan Sorga/Kerajaan Allah disebutkan dua
kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- Matius menekankan
- standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah
(pasal 5-7; Mat 5:1-7:29);
- kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit,
setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam
kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- Hanya Injil ini yang menyebutkan atau
menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di
kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Kitab Markus
Penulis : Markus
Tema : Yesus, Sang Putra-Hamba
Tanggal Penulisan: 55-65 M
Latar Belakang
Di antara keempat Injil, Injil Markus merupakan kisah yang paling singkat
tentang "permulaan Injil tentang Yesus" (Mr 1:1). Sekalipun nama penulis tidak disebut dalam kitab itu
sendiri (berlaku bagi semua Injil), dengan suara bulat gereja yang mula-mula
memberi kesaksian bahwa Yohanes Markus adalah penulis Injil ini. Ia dibesarkan
di Yerusalem dan termasuk angkatan pertama orang Kristen (Kis 12:12). Markus memiliki kesempatan yang unik
karena berhubungan dengan pelayanan tiga orang rasul PB: Paulus (Kis 13:1-13; Kol 4:10; File
1:24), Barnabas (Kis 15:39) dan Petrus (1Pet 5:13). Menurut Papias (sekitar 130 M) dan
beberapa bapak gereja abad kedua, Markus memperoleh isi Injilnya dari
hubungannya dengan Petrus. Ia menulisnya di Roma untuk orang Romawi yang percaya.
Sekalipun saat penulisan Injil ini tidak jelas, sebagian besar sarjana
menetapkan tanggalnya sekitar tahun 50-60 M; mungkin Injil ini yang
pertama-tama ditulis.
Tujuan
Pada tahun 60-an M, orang percaya diperlakukan secara kejam oleh masyarakat dan
banyak di antaranya disiksa bahkan dibunuh di bawah pemerintahan kaisar Nero.
Menurut tradisi, di antara para syahid Kristen di Roma itu terdapat Rasul
Petrus dan Rasul Paulus. Selaku salah seorang pimpinan gereja di Roma, Yohanes
Markus digerakkan oleh Roh Kudus untuk menulis Injil ini sebagai suatu
antisipasi yang bersifat nubuat atau tanggapan penggembalaan terhadap masa
penganiayaan ini. Tujuannya ialah memperkuat dasar iman dalam orang percaya di
Roma, dan jikalau diperlukan, mendorong mereka untuk dengan setia menderita
demi Injil, dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan, penderitaan,
kematian serta kebangkitan Yesus, Tuhan mereka.
Survai
Dalam suatu kisah yang bergerak dengan cepat, Markus memperkenalkan Yesus
sebagai Putra Allah dan Mesias, hamba yang menderita. Titik yang menentukan
dalam kitab ini adalah episode di Kaisarea Filipi, yang disusul oleh peristiwa
pemuliaan Yesus (Mr 8:27--9:10), ketika identitas dan misi
penderitaan Yesus dinyatakan dengan jelas kepada kedua belas murid-Nya. Bagian
pertama kitab Injil ini memusatkan perhatian terutama kepada mukjizat luar
biasa yang dilakukan Yesus dan pada kuasa-Nya atas penyakit dan setan-setan
sebagai tanda bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Akan tetapi, di Kaisarea Filipi
itu Yesus memberitahukan dengan terus terang kepada para murid bahwa Dia harus
"menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala
dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari" (Mr 8:31). Banyak ayat dalam kitab ini menyebut penderitaan sebagai
harga kemuridan (mis. Mr 3:21-22,30; Mr 8:34-38; Mr 10:33-34,45; Mr 13:8,11-13). Namun setelah mereka menderita
karena Dia maka Allah akan menyatakan bahwa Ia berkenan kepada mereka,
sebagaimana ditunjukkan dalam kebangkitan Yesus.
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai Injil Markus:
- Injil ini penuh kegiatan, yang lebih
menekankan apa yang dilakukan Yesus daripada apa yang diajarkan oleh-Nya
(Markus mencantumkan 18 mukjizat Yesus dan hanya empat perumpamaan-Nya);
- Injil ini khususnya untuk orang Romawi, serta
menjelaskan adat-istiadat Yahudi, meniadakan semua daftar keturunan Yahudi
dan kisah kelahiran, penggunaan istilah Latin dan menerjemahkan kata-kata
dalam bahasa Aram;
- Injil ini bernada mendesak, dimulai dengan
tiba-tiba dan bergerak dengan cepat dari episode yang satu kepada episode
yang lain, dengan menggunakan 42 kali kata keterangan Yunani yang
diterjemahkan dengan "seketika itu juga".
- Injil ini ditulis dengan hidup, seraya
menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus dengan ringkas dan
tepat, dengan gamblang dan dengan keahlian dari seorang pujangga.
Kitab Lukas
Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada
seorang bernama Teofilus (Luk 1:1,3; Kis 1:1). Walaupun nama penulis tidak
dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan
mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa
Lukaslah yang menulis kedua kitab itu.
Rupanya Lukas adalah
seorang petobat Yunani, satu-satunya orang bukan Yahudi yang menulis sebuah
kitab di dalam Alkitab. Roh Kudus mendorong dia untuk menulis kepada Teofilus
(artinya, "seorang yang mengasihi Allah") guna memenuhi suatu
kebutuhan dalam jemaat yang terdiri dari orang bukan Yahudi akan kisah yang
lengkap mengenai permulaan kekristenan. Kisah ini terdiri atas dua bagian:
- kelahiran, kehidupan dan pelayanan, kematian,
kebangkitan, dan kenaikan Yesus (Injil Lukas), dan
- pencurahan Roh di Yerusalem dan perkembangan
selanjutnya dari gereja mula-mula (Kitab Kisah Para Rasul). Kedua kitab
ini merupakan lebih dari seperempat bagian dari seluruh PB.
Dari surat-surat
Paulus, kita mengetahui bahwa Lukas adalah seorang saudara "yang kekasih
... seorang dokter" (Kol 4:14) dan seorang teman sekerja Paulus yang
setia (2Tim 4:11; File 1:24; bd. perikop-perikop "kami"
di Kisah Para Rasul. Dari penulisan Lukas sendiri kita mengetahui bahwa ia
seorang yang berpendidikan tinggi, penulis yang terampil, sejarahwan yang
teliti dan teolog yang diilhami. Ketika ia menulis Injilnya, agaknya gereja
bukan Yahudi belum memiliki Injil yang lengkap atau yang tersebar luas mengenai
Yesus. Matius menulis Injilnya pertama-tama bagi orang Yahudi, sedangkan Markus
menulis sebuah Injil yang singkat bagi gereja di Roma. Orang percaya bukan
Yahudi yang berbahasa Yunani memang memiliki kisah-kisah lisan mengenai Yesus
yang diceritakan oleh para saksi mata, juga intisari tertulis yang pendek
tetapi tidak suatu Injil yang lengkap dan sistematis (lih. Luk 1:1-4). Jadi, Lukas mulai menyelidiki segala
peristiwa itu dengan saksama "dari asal mulanya" (Luk 1:3). Barangkali ia mengerjakan penelitiannya di Palestina
sementara Paulus berada di penjara Kaisarea (Kis 21:17; Kis 23:23--26:32), dan
menyelesaikan Injilnya menjelang akhir masa itu atau segera setelah ia tiba di
Roma bersama dengan Paulus (Kis 28:16).
Tujuan
Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna menyediakan suatu
catatan yang lengkap dan cermat "tentang segala sesuatu yang dikerjakan
dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat" (Kis 1:1-2). Lukas yang menulis dengan ilham Roh
Kudus, menginginkan agar Teofilus dan para petobat bukan Yahudi serta
orang-orang lain yang ingin mengetahui kebenaran akan mengetahui dengan pasti
kebenaran yang tepat yang telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Luk 1:3-4). Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini
ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab
Injil ini; misalnya, ia merunut silsilah Yesus sebagai manusia sampai kepada
Adam (Luk 3:23-38) dan tidak hanya sampai
Abraham seperti yang dilakukan oleh Matius (bd. Mat 1:1-17). Dalam kitab Lukas, Yesus dengan
jelas terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah
bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan.
Survai
Injil Lukas mulai dengan kisahan masa bayi yang paling lengkap (Luk 1:5--2:40) dan satu-satunya pandangan sekilas di
dalam Injil-Injil mengenai masa pra remaja Yesus (Luk 2:41-52). Setelah menceritakan pelayanan
Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus, Lukas membagi pelayanan Yesus
ke dalam tiga bagian besar:
- pelayanan-Nya di Galilea dan sekitarnya (Luk 4:14--9:50),
- pelayanan-Nya pada perjalanan terakhir ke Yerusalem
(Luk 9:51--19:27), dan
- minggu terakhir-Nya di Yerusalem (Luk 19:28--24:43).
Walaupun
mukjizat-mukjizat Yesus dalam pelayanan-Nya di Galilea cukup mencolok di dalam
tulisan Lukas, fokus utama Injil ini ialah pengajaran dan
perumpamaan-perumpamaan Yesus selama pelayanan-Nya yang luas dalam
perjalanan-Nya ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27). Bagian ini mengandung himpunan
materi terbesar yang unik dalam kitab Lukas, dan mencakup banyak kisah dan
perumpamaan yang sangat digemari. Ayat terpenting (Luk 9:51) dan ayat kunci (Luk 19:10) dari Injil ini terdapat pada
permulaan dan menjelang akhir materi Lukas yang khusus ini.
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan yang utama menandai Injil Lukas:
- Injil ini adalah yang terlengkap catatannya
mengenai peristiwa di dalam kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran
sampai kenaikan-Nya, dan juga kitab yang terpanjang dalam PB.
- Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari
semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata
kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali.
- Lukas menekankan cakupan universal dari Injil
- bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan bagi semua orang, baik
orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi.
- Perhatian Yesus terhadap orang yang serba
kekurangan ditekankan, termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin, dan
kelompok yang dianggap sampah masyarakat;
- Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan
pengajaran-Nya mengenai doa.
- Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab
ini adalah "Anak Manusia".
- Tanggapan sukacita menandai mereka yang
menerima Yesus dan berita-Nya.
- Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam
kehidupan Yesus dan umat-Nya (mis. Luk 1:15,41,67; Luk
2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk 10:21; Luk 12:12; Luk 24:49).
Kitab Yohanes
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak
hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis
oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia
tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung
sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta
bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya
adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota
kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa
sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di
Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang
rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat,
kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh
bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan
teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam
diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa
Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam
nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk
waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu aorist subjunctive ("sehingga
kamu dapat mulai mempercayai") dan present subjunctive ("sehingga
kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia
menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan
Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk
menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada
ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan
Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung
dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua
sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa
Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat.
Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54;
Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41;
Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47;
Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang
identitas-Nya yang sebenarnya;
- tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh
10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh
15:1).
Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam
penebusan umat manusia.
- Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati
sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang
"Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes
mempunyai dua bagian besar.
- Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan
umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang
berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan,
orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama
yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya
sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan
oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal
13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang
percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian
(pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah"
ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa,
"kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas,
"Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi
manusia.
- Kata "percaya" yang dipakai sebanyak
98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja
mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada
Dia.
- "Hidup kekal" adalah konsep kunci
dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan
tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang
datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik
kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan
persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan
dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya
mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian
dan kebangkitan Kristus.
- Injil ini menekankan "kebenaran" --
Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah
adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat
Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda,
tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa
Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis
yang sama).
- Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari
Yohanes adalah: "firman", "terang",
"daging", "kasih", "kesaksian",
"tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Kitab Kisah Para
Rasul
Penulis :Lukas
Tema :Penyebaran Injil yang Penuh Keberhasilan Melalui Kuasa Roh Kudus
Tanggal Penulisan:Sekitar 63 T.M.
Latar Belakang
Kitab Kisah Para Rasul, seperti halnya Injil Lukas, dialamatkan kepada seorang
yang bernama "Teofilus" (Kis 1:1). Sekalipun nama pengarangnya tidak disebutkan dalam kedua
kitab itu, kesaksian kekristenan mula-mula dengan suara bulat, serta bukti
intern yang mendukung dari kedua kitab ini menunjuk kepada satu orang penulis yaitu
Lukas "tabib ... yang kekasih" (Kol 4:14).
Roh Kudus mendorong
Lukas untuk menulis kepada Teofilus supaya mengisi keperluan dalam gereja orang
Kristen bukan Yahudi, akan kisah yang lengkap mengenai awal kekristenan --
- "dalam bukuku yang pertama" ialah
Injil tentang kehidupan Yesus, dan
- buku yang kemudian ialah laporannya dalam
Kisah Para Rasul tentang pencurahan Roh Kudus di Yerusalem serta
perkembangan gereja yang berikutnya.
Jelas Lukas adalah
seorang penulis yang unggul, sejarawan yang cermat dan seorang teolog yang
diilhami.
Kitab Kisah Para
Rasul secara selektif meliput tiga puluh tahun pertama dalam sejarah gereja.
Sebagai sejarawan gereja, Lukas menelusuri penyebaran Injil dari Yerusalem
hingga ke Roma sambil menyebutkan sekitar 32 negara, 54 kota dan 9 pulau di
Laut Tengah, 95 orang yang berbeda dengan nama serta beberapa pejabat dan
administrator pemerintah dengan gelar jabatan yang tepat. Ilmu purbakala makin
menguatkan ketepatan Lukas dalam semua detail. Selaku seorang teolog, Lukas
dengan cerdas melukiskan makna beberapa pengalaman dan peristiwa dalam
tahun-tahun mula-mula gereja.
Pada tahap awal,
Alkitab PB terdiri atas dua kumpulan:
- keempat Injil dan
- surat-surat Paulus.
Kisah Para Rasul
memainkan peranan yang penting sebagai penghubung di antara kedua kumpulan itu
dan tempatnya benar dalam urutan kanonik adalah benar. Pasal 13 (Kis 13:1-28) memberikan latar belakang sejarah
yang diperlukan untuk memahami secara lebih mendalam pelayanan dan surat-surat
Paulus. Bagian ayat-ayat dalam kitab ini di mana Lukas menggunakan istilah
"kami" (Kis 16:10-17; Kis 20:5--21:18;
Kis 27:1--28:16) menunjukkan keikutsertaannya dalam perjalanan Paulus.
Tujuan
Di dalam mengisahkan permulaan berdirinya gereja, Lukas setidak-tidaknya
mempunyai dua tujuan.
- Lukas menunjukkan bahwa Injil bergerak dengan
kemenangan dari perbatasan Yudaisme yang sempit ke dunia kafir kendatipun
tentangan dan penganiayaan.
- Dia mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam
kehidupan dan misi gereja, menekankan baptisan Roh Kudus sebagai
persediaan Allah dalam memperkuat gereja untuk memberitakan Injil dan
melanjutkan pelayanan Yesus.
Lukas secara
eksplisit mengisahkan tiga kali bahwa baptisan dengan Roh Kudus disertai bahasa
lidah (Kis 2:4; Kis 10:45-46; Kis
19:1-7). Konteks dari bagian-bagian ini menunjukkan bahwa pengalaman ini
adalah normatif dalam kekristenan mula-mula dan merupakan pola Allah yang tetap
bagi gereja.
Survai
Dalam Injil karangannya Lukas mencatat "segala sesuatu yang dikerjakan dan
diajarkan Yesus" (Kis 1:1), tetapi kitab ini menerangkan apa yang selanjutnya
diperbuat dan diajar oleh Yesus setelah naik ke sorga, melalui kuasa Roh Kudus
yang bekerja di dalam dan melalui murid-murid-Nya dan jemaat mula-mula. Ketika
Yesus naik ke sorga (Kis 1:9-11), instruksi terakhir kepada
murid-murid-Nya ialah menunggu di Yerusalem hingga mereka dibaptiskan dengan
Roh Kudus (Kis 1:4-5). Ayat kunci kitab ini (Kis 1:8) berisi ringkasan padat yang teologis dan geografis dari
kitab ini: Yesus berjanji bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus
dicurahkan atas mereka -- kuasa untuk menjadi saksi-Nya
- "di Yerusalem" (pasal 1-7; Kis 1:1--7:60),
- "di seluruh Yudea dan Samaria"
(pasal 8-12; Kis 8:1--12:25), dan
- "sampai ke ujung bumi" (pasal
13-28; Kis 13:1--28:31).
Kisah Para Rasul
mengisahkan perpaduan tindakan ilahi dengan tindakan manusia. Seluruh gereja,
bukan hanya para rasul, ikut "menjelajah seluruh negeri itu sambil
memberitakan Injil" (Kis 8:4). Para diaken seperti Stefanus dan Filipus (Kis 6:1-6) menjadi perkasa di dalam Roh Kudus
dan iman, "mengadakan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda di antara orang
banyak" (Kis 6:8) bahkan sampai menggoncangkan beberapa kota dengan Injil
(lih. Kis 8:5-13). Umat yang saleh berdoa dengan tekun,
melihat malaikat-malaikat, mendapatkan penglihatan, menyaksikan tanda dan
mukjizat yang ajaib, mengusir setan-setan, menyembuhkan yang sakit serta
memberitakan Injil dengan keberanian dan kekuasaan. Sekalipun di dalam gereja
ada persoalan, seperti ketegangan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi (pasal
15; Kis 15:1-41), dan kendatipun penganiayaan
terus-menerus dari luar gereja oleh pemimpin agama dan penguasa sipil, nama
Tuhan Yesus Kristus dimuliakan dalam perkataan dan tindakan dari kota yang satu
ke kota yang lain.
Dalam pasal 1-12 (Kis 1:1--12:25) pusat utama dari penjangkauan gereja
adalah Yerusalem. Di situlah Petrus menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah
untuk menyebarkan Injil. Dalam pasal 13-28 (Kis 13:1--28:31) pusat utama penjangkauan gereja
adalah Antiokhia di Siria; di situlah Paulus menjadi orang terkemuka yang
dipakai Allah untuk menyebarkan Injil kepada orang yang bukan Yahudi. Kitab
Kisah Para Rasul berakhir tiba-tiba dengan Paulus di Roma, sedang menunggu
pengadilannya di depan Kaisar. Walaupun hasil pengadilan tertangguh, kitab ini
diakhiri dengan nada kemenangan. Paulus masih tertawan, namun ia tetap
memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus dengan berani
tanpa rintangan (Kis 28:31).
Ciri-ciri Khas
Sembilan ciri utama menandai surat ini.
- Gereja: kitab ini menyatakan sumber kuasa dan
sifat sejati dari misi gereja, bersama beberapa prinsip yang harus
menguasai gereja pada setiap angkatan.
- Roh Kudus: oknum ketiga dari Trinitas disebut
secara khusus lima puluh kali; baptisan dalam dan pelayanan Roh Kudus
memberikan kuasa ilahi (Kis 1:8), keberanian (Kis 4:31), ketakutan yang kudus akan Allah (Kis 5:3,5,11), kebijaksanaan (Kis 6:3,10), bimbingan (Kis 16:6-10) dan karunia-karunia Roh (Kis 19:6).
- Amanat gereja mula-mula: Lukas dengan cermat
mencatat khotbah-khotbah yang diilhamkan yang disampaikan oleh Petrus,
Stefanus, Paulus, Yakobus dan orang lain yang memberikan pengetahuan
tentang gereja mula-mula yang tidak terdapat dalam kitab-kitab PB lainnya.
- Doa: Gereja mula-mula mengabdikan diri kepada
doa yang tetap dan sungguh-sungguh; kadang-kadang sepanjang malam sehingga
hasilnya luar biasa.
- Tanda-tanda, keajaiban-keajaiban dan
mukjizat-mukjizat: penyataan ini menyertai pekabaran Injil di dalam kuasa
Roh Kudus.
- Penganiayaan: pekabaran Injil dengan kuasa
terus-menerus membangkitkan pertentangan dan penganiayaan, baik dari pihak
agama maupun yang sekular.
- Urutan Yahudi -- bukan Yahudi: sepanjang kitab
ini Injil pertama-tama disampaikan kepada orang Yahudi, baru kepada
bangsa-bangsa lainnya.
- Wanita: keterlibatan wanita disebutkan secara
khusus dalam pelaksanaan pelayanan gerejani.
- Kemenangan: tembok pemisah (nasional,
keagamaan, budaya, atau suku) dan pertentangan serta penganiayaan tidak
dapat menahan meluasnya Injil.
Prinsip Hermeneutis
Beberapa penafsir memandang kitab Kisah Para Rasul seolah di bawah suatu
perjanjian PB yang lain daripada melihatnya sebagai patokan Allah bagi gereja
dan kesaksiannya selama seluruh periode yang disebut PB "hari-hari
terakhir". Kisah Para Rasul bukan saja buku sejarah dari gereja mula-mula,
melainkan menjadi buku pedoman bagi kehidupan Kristen dan untuk gereja yang
dipenuhi Roh. Orang percaya seharusnya mendambakan dan menantikan, sebagai
norma atau patokan gereja masa kini, semua unsur pelayanan dan pengalaman
gereja PB (kecuali penulisan PB); semuanya ini dapat dicapai apabila gereja
bergerak dalam kuasa Roh yang penuh. Tidak ada sesuatu dalam Kisah Para Rasul
atau PB yang mengatakan bahwa tanda-tanda, keajaiban-keajaiban,
mukjizat-mukjizat, karunia-karunia rohani atau tolok ukur rasuli bagi kehidupan
dan pelayanan gereja pada umumnya akan berhenti secara mendadak atau untuk
selama-lamanya pada akhir masa para rasul. Kisah Para Rasul mencatat apa yang
seharusnya gereja perbuat di dalam setiap generasi selama ia melanjutkan pelayanan
Yesus dalam kuasa Pentakosta dari Roh Kudus.
Kitab Roma
Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan
paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di
depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka
pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi
gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang
lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia
yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi
yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai
wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Di surat Roma Paulus
meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan
untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya
masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan
kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya
untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).
Ketika menulis surat
ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor
16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui
pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan kembali
keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58)
untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi
kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus
mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di
Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke
barat (Rom 15:24,28).
Tujuan
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma
serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.
- Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar
angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk
menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
- Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa
persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi
terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi
terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36).
Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan Yesus
dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa.
Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama,
Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran
adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun
orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah,
tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari
karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom 3:21--4:25).
Setelah dibenarkan
secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah mendapatkan
keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran Allah itu dinyatakan
dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan
untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak
Allah dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada
kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana
penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus
menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan
kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial, sipil, dan moral
(pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan
keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang
panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling
sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.
- Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau
gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).
- Paulus memakai PL secara luas sebagai
kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan sifat sesungguhnya dari Injil.
- Paulus menyampaikan "kebenaran
Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam
dan melalui Yesus Kristus.
- Paulus memusatkan perhatian kepada sifat
rangkap dari dosa bersama dengan persediaan Allah di dalam Kristus untuk
masing-masing aspek:
- dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan
- prinsip "dosa" (Yun. he
hamartia), yaitu kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat dosa
yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Rom 5:12--8:39).
- Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab
mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
- Surat Roma berisi pembahasan yang paling
berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang Yahudi (terkecuali suatu
golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah yang bermula dari
Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Kitab I Korintus
Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota
metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak
kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara
intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa
merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.
Bersama dengan
Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus
itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan
misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari
beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu
menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah
timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan
pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
Surat 1 Korintus
ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang
ketiga (Kis 18:23--21:16). Berita mengenai masalah-masalah
jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu utusan dari jemaat
Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada
Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan
atas berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.
Tujuan
Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini:
- Untuk membetulkan masalah yang serius dalam
jemaat di Korintus yang telah diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini
meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi
dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.
- Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas
berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini
meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan
dan sebagai jemaat.
Survai
Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja yang para
anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Kor 3:1-3) dan tidak secara tegas memisahkan
diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Kor 6:17) - masalah seperti sifat memecah belah
(1Kor 1:10-13; 1Kor 11:17-22), toleransi terhadap
dosa seperti perzinaan (1Kor 5:1-13), kebejatan seksual pada umumnya (1Kor 6:12-20), perkara hukum sekular antara orang
Kristen (1Kor 6:1-11), pikiran manusiawi tentang kebenaran
rasuli (pasal 15; 1Kor 15:1-58) dan perselisihan mengenai
"kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13; 1Kor 10:1-33).
Paulus juga menasihati orang Korintus tentang perkara yang berkaitan dengan hal
membujang dan perkawinan (pasal 7; 1Kor 7:1-40), ibadah bersama, termasuk Perjamuan
Kudus (pasal 11-14; 1Kor 11:1--14:40), dan pengumpulan uang bagi
orang-orang kudus di Yerusalem (1Kor 16:1-4).
Antara berbagai
kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus terdapat pengajaran Paulus
mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks ibadah bersama (pasal
12-14; 1Kor 12:1--14:40). Lebih dari lain tempat dalam PB,
pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap sifat dan unsur-unsur ibadah
dalam gereja mula-mula (bd. 1Kor 14:26-33). Paulus menunjukkan bahwa maksud
Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi Roh yang terjadi melalui orang
percaya yang setia (1Kor 12:4-10) dan orang-orang yang dipanggil untuk
pelayanan-pelayanan tertentu (1Kor 12:28-30) -- keanekaragaman dalam kesatuan yang
disamakan dengan banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1Kor 12:12-27). Ketika memberikan pedoman bagi
fungsi bersama karunia rohani, Paulus membuat suatu perbedaan yang penting
antara hal membangun pribadi dan hal membangun segenap anggota (1Kor 14:2-6,12,16-19,26), dengan menegaskan
bahwa semua manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar
dari kasih (pasal 13; 1Kor 13:1-13) dan berada demi pembangunan orang
percaya yang sedang berhimpun (1Kor 12:7; 1Kor 14:4-6,26).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini:
- Surat ini paling berpusat pada persoalan
dibandingkan dengan kitab lain dalam PB. Dalam menangani berbagai masalah
dan perkara di Korintus, Paulus memberikan prinsip rohani yang jelas dan
kekal (lih. Garis Besar), di mana setiap prinsip itu dapat diterapkan
secara menyeluruh dalam seluruh jemaat (mis. 1Kor 1:10; 1Kor 6:17,20;
1Kor 7:7; 1Kor 9:24-27; 1Kor
10:31-32; 1Kor 14:1-10; 1Kor 15:22-23).
- Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat
lokal sebagai tubuh Kristus, suatu fokus yang ada dalam pembahasan tentang
perpecahan, Perjamuan Kudus, dan karunia-karunia rohani.
- Surat ini berisi pengajaran PB yang paling
luas mengenai berbagai pokok penting seperti pembujangan, perkawinan dan
nikah ulang (pasal 7; 1Kor 7:1-40); Perjamuan Kudus (1Kor 10:16-21; 1Kor
11:17-34);
berkata-kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan karunia rohani dalam
perhimpunan bersama (pasal 12, 14; 1Kor 12:1-31; 1Kor 14:1-40); kasih agape (pasal
13; 1Kor 13:1-13); dan kebangkitan tubuh (pasal 15; 1Kor 15:1-58).
- Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai
untuk pengawasan para gembala sidang berhubungan dengan disiplin gereja
(pasal 5; 1Kor 5:1-13).
- Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk
undur dari iman oleh mereka yang berkanjang dalam perilaku yang tidak
benar dan tidak berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh (1Kor 6:9-10; 1Kor 9:24-27;
1Kor 10:5-12,20-21; 1Kor 15:1-2).
Kitab II Korintus
Penulis : Paulus
Tema : Kemuliaan Melalui Penderitaan
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Paulus menulis surat kiriman ini kepada jemaat di Korintus dan kepada orang
percaya di seluruh Akhaya (2Kor 1:1), dengan menyebut namanya sendiri
sebanyak dua kali (2Kor 1:1; 2Kor 10:1). Setelah mendirikan jemaat di
Korintus selama perjalanan misinya yang kedua, Paulus dan jemaat itu sering
berhubungan karena masalah dalam jemaat. Urutan hubungan ini dan latar belakang
penulisan 2 Korintus adalah sebagai berikut:
- Setelah beberapa kali berhubungan dan
surat-menyurat yang awal di antara Paulus dengan jemaat itu
(misalnya: 1Kor 1:11; 1Kor 5:9; 1Kor 7:1), maka Paulus menulis surat 1 Korintus dari
Efesus (awal tahun 55/56).
- Berikut, Paulus menyeberangi Laut Aegea menuju
Korintus untuk menangani masalah yang berkembang dalam jemaat. Kunjungan
ini di antara 1 dan 2 Korintus (bd. 2Kor 13:1-2) merupakan suatu kunjungan yang tak
menyenangkan, baik bagi Paulus maupun bagi jemaat itu (2Kor 2:1-2).
- Setelah kunjungan ini, ada laporan disampaikan
kepada Paulus di Efesus bahwa para penentang di Korintus itu masih
menyerang pribadinya dan wewenang rasulinya, dengan harapan agar mereka
dapat membujuk sebagian jemaat itu untuk menolak Paulus.
- Sebagai tanggapan terhadap laporan ini, Paulus
menulis surat 2 Korintus dari Makedonia (akhir tahun 55/56).
- Segera sesudah itu, Paulus mengadakan
perjalanan ke Korintus lagi (2Kor 13:1), dan tinggal di situ selama lebih kurang
tiga bulan (bd. Kis 20:1-3a). Dari situ ia menulis kitab Roma.
Tujuan
Paulus menulis surat ini kepada tiga golongan orang di Korintus.
- Pertama, ia menulis untuk mendorong mayoritas
dalam jemaat di Korintus yang tetap setia kepadanya sebagai bapa rohani
mereka.
- Ia menulis untuk menantang dan menyingkapkan
rasul-rasul palsu yang terus-menerus berbicara menentang dia secara
pribadi dengan harapan dapat meruntuhkan wibawa dan kerasulannya dan untuk
memutarbalikkan beritanya.
- Ia juga menulis untuk menegur minoritas dalam
jemaat yang sedang dipengaruhi oleh para lawan Paulus dan yang
terus-menerus menolak wewenang dan tegurannya. Paulus meneguhkan kembali
integritas dan wewenang rasulinya, menjelaskan motivasinya dan
memperingatkan mereka terhadap pemberontakan yang lebih lanjut.
Kitab 2 Korintus
berfungsi untuk mempersiapkan jemaat secara keseluruhan untuk kunjungannya yang
akan datang.
Survai
Kitab 2 Korintus mempunyai tiga bagian utama.
- Pada bagian pertama (pasal 1-7; 2Kor 1:1--7:16), Paulus mulai dengan mengucap syukur kepada
Allah atas penghiburan yang dikaruniakan-Nya di tengah-tengah penderitaan
untuk Injil, memuji jemaat Korintus karena mendisiplinkan orang yang
berbuat dosa serius sambil mempertahankan integritas Paulus dalam kaitan
dengan perubahan rencana perjalanannya. Dalam 2Kor 3:1--6:10 Paulus menyumbangkan pengertian yang
paling luas dalam PB mengenai sifat yang benar dari pelayanan Kristen. Ia
menekankan pentingnya pemisahan dari dunia ini (2Kor 6:11--7:1) dan mengungkapkan sukacitanya ketika
mendengar dari Titus tentang pertobatan banyak anggota jemaat di Korintus
yang sebelumnya telah menentang wewenangnya (pasal 7; 2Kor 7:1-16).
- Di pasal 8, 9; (2Kor 8:1-24 dan 2Kor 9:1-15), Paulus menasihati jemaat Korintus untuk
menandingi kemurahan hati orang Makedonia yang dengan sepenuh hati telah
menyumbangkan persembahan yang telah dikumpulkannya untuk orang Kristen
yang menderita di Yerusalem.
- Pada pasal 10, 13; (2Kor 10:1--13:13), nada surat berubah. Di
sini Paulus mempertahankan kerasulannya dengan menguraikan panggilannya,
kualifikasi, dan penderitaannya sebagai seorang rasul yang benar. Dengan
ini Paulus mengharapkan jemaat Korintus akan mengenal rasul-rasul palsu di
antara mereka dan dengan demikian mereka dapat luput dari disiplin yang
lebih lanjut ketika ia sendiri datang lagi. Paulus mengakhiri kitab 2
Korintus dengan satu-satunya ucapan berkat yang menyinggung Trinitas dalam
PB (2Kor 13:14).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini:
- Kitab ini merupakan surat yang paling banyak
memberitahukan riwayat hidup Paulus. Banyak petunjuk pada dirinya ini,
dibuatnya dengan rendah hati, minta maaf dan bahkan dengan malu, tetapi
karena terpaksa mengingat situasi yang ada di Korintus.
- Kitab ini melampaui semua surat kiriman lain
dari Paulus dalam hal menyatakan kuatnya dan dalamnya kasih serta
keprihatinan bagi anak rohaninya.
- Kitab ini berisi teologi yang paling lengkap
dalam PB mengenai penderitaan Kristen (2Kor 1:3-11; 2Kor 4:7-18;
2Kor 6:3-10; 2Kor 11:23-30; 2Kor
12:1-10)
dan mengenai hal memberi secara kristiani (pasal 8-9; 2Kor 8:1--9:15).
- Istilah-istilah kunci, seperti: kelemahan,
dukacita, air mata, bahaya, kesukaran, penderitaan, penghiburan,
kemegahan, kebenaran, pelayanan, dan kemuliaan, menggarisbawahi sifat unik
dari surat ini.
Kitab Galatia
Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM
Latar Belakang
Paulus menulis surat ini (Gal 1:1; Gal 5:2; Gal 6:11) "kepada
jemaat-jemaat di Galatia" (Gal 1:2). Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia ini adalah
suku Gaul di bagian utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih besar bahwa Paulus
menulis surat ini kepada kota-kota di bagian selatan (Antiokhia Pisidia,
Ikonium, Listra, Derbe) di mana ia dan Barnabas menginjil dan memulaikan
gereja-gereja dalam perjalanan pemberitaan Injil yang pertama (Kis 13:1--14:28). Tanggal penulisan yang paling sesuai
adalah tidak lama sesudah Paulus kembali ke gereja Antiokhia Siria yang
mengutusnya dan sebelum sidang di Yerusalem (Kis 15:1-41).
Persoalan utama dalam
surat ini adalah persoalan yang sama yang dibahas dan dipecahkan dalam sidang
di Yerusalem (sekitar 49 TM; bd. Kis 15:1-41). Persoalan utama itu meliputi dua
pertanyaan:
- Apakah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat itu satu-satunya syarat untuk selamat?
- Ataukah ketaatan kepada upacara dan peraturan
Yahudi tertentu dari P.L. diperlukan untuk memperoleh keselamatan dalam
Kristus?
Rupanya Paulus
menulis surat Galatia ini sebelum perselisihan mengenai masalah hukum PL secara
formal diperdebatkan dalam sidang di Yerusalem dan pendirian gereja resmi
diberikan. Ini berarti bahwa kitab Galatia ini merupakan surat pertama rasul
Paulus.
Tujuan
Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan orang yang baru
dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa mereka disunatkan dan menerima
kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan dan
diterima dalam gereja. Setelah mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini
- untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang
dituntut hukum, seperti sunat di bawah perjanjian lama, tidak ada hubungan
dengan pekerjaan kasih karunia Allah dalam Kristus untuk keselamatan di
bawah perjanjian yang baru; dan
- menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita
menerima Roh Kudus dan hidup rohani oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus,
dan bukan oleh ikatan kepada hukum Taurat PL.
Survai
Dari isi surat ini, tampaknya para pemimpin Yahudi yang melawan Paulus di
Galatia menyerangnya secara pribadi supaya melemahkan pengaruhnya dalam
gereja-gereja. Mereka menuduh bahwa
- Paulus tidak termasuk kelompok rasul-rasul
yang asli, dan karena itu tidak memiliki wibawa rasuli (bd. Gal 1:1,7,12; Gal 2:8-9);
- berita yang disampaikannya menyimpang dari
Injil yang diberitakan di Yerusalem (bd. Gal 1:9; Gal 2:2-10); dan
- beritanya mengenai kasih karunia akan
mengakibatkan ketidakpatuhan kepada hukum (bd. Gal 5:1,13,16,19-21).
Paulus langsung
menanggapi ketiga tuduhan itu.
- Dengan penuh semangat ia membela kekuasaannya
sebagai rasul Yesus Kristus, wibawa yang diterimanya langsung dari Allah
dan disahkan oleh Yakobus, Petrus, dan Yohanes (pasal 1-2; Gal 1:1--2:21).
- Dia dengan penuh gairah mempertahankan Injil
keselamatan yang terjadi karena kasih karunia oleh iman kepada Kristus
(pasal 3-4; Gal 3:1--4:31).
- Akhirnya, Paulus dengan sungguh-sungguh
menyatakan bahwa Injil Yesus Kristus yang sejati meliputi kebebasan dari
perhambaan legalisme Yahudi pada satu sisi dan kebebasan dari dosa dan
tindakan tabiat berdosa pada sisi yang lain. Kebebasan Kristen yang sejati
meliputi hidup oleh Roh dan menggenapi hukum Kristus (pasal 5-6; Gal 5:1--6:18).
Surat ini berisi
suatu sketsa watak orang-orang percaya Yahudi yang menentang Paulus di Galatia,
Antiokhia, dan Yerusalem (Kis 15:1-2,5), dan di semua wilayah yang dilayaninya.
Paulus melukiskan mereka sebagai pengacau dan pemutar balik (Gal 1:7), penghalang (Gal 5:7), dan orang yang suka menonjolkan diri secara lahiriah dan
berusaha untuk mengelak penganiayaan karena penghinaan salib Kristus (Gal 6:12). Secara tidak langsung Paulus
menggambarkan mereka sebagai orang yang ingin menyenangkan manusia (Gal 1:10), saudara-saudara palsu (Gal 2:4), saudara-saudara yang bersunat (Gal 2:12), dan manipulator(Gal 3:1).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri unik menandai surat ini:
- Surat ini merupakan pembelaan yang paling
bersemangat dalam PB tentang sifat hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api
dan mendesak ketika Paulus menghadapi pelawan-pelawan yang salah
(mis. Gal 1:8-9; Gal 5:12) dan menegur anggota jemaat
Galatia karena mudahnya mereka tertipu (Gal 1:6; Gal 3:1; Gal
4:19-20).
- Surat ini hanya diungguli oleh surat 2
Korintus dalam jumlah petunjuk mengenai kehidupan Paulus.
- Surat ini adalah satu-satunya surat yang
dialamatkan secara tegas kepada beberapa jemaat (akan tetapi
- Surat ini berisi daftar buah Roh (Gal 5:22-23) dan daftar yang paling lengkap mengenai
perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (Gal 5:19-21).
Kitab Efesus
Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan
menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak
ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan
pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan
luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus.
Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar
di Roma. Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan
mungkin ditulis tidak lama sesudah surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa
secara serentak ke tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama
Tikhikus (Ef 6:21; bd. Kol 4:7).
Kepercayaan umum
ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud agar sidang pembaca akan
lebih luas daripada jemaat di Efesus saja -- mungkin surat ini ditulisnya
sebagai surat edaran untuk gereja-gereja di seluruh propinsi Asia. Pada mulanya
mungkin setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya sendiri di Ef 1:1, sebagai bukti relevansi amanatnya yang mendalam bagi semua
gereja Yesus Kristus yang sejati. Banyak orang mengira surat Efesus ini adalah
surat kepada jemaat di Laodikea yang disebut Paulus dalam Kol 4:16.
Tujuan
Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil
merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan
penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka
layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis. Ef 4:1-3; Ef 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha
untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan
maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus"(Ef 1:3-14; Ef 3:10-12) untuk gereja (Ef 1:22-23; Ef 2:11-22; Ef
3:21; Ef 4:11-16; Ef 5:25-27) dan untuk setiap orang (Ef 1:15-21; Ef 2:1-10; Ef
3:16-20; Ef 4:1-3,17-32; Ef 5:1--6:20).
Survai
Secara paling sederhana PB terdiri atas dua tema dasar:
- bagaimana kita ditebus oleh Allah, dan
- bagaimana kita harus hidup sebagai umat
tertebus itu.
Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) secara umum membahas tema yang
pertama, sedangkan pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) difokuskan pada yang kedua.
- Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dimulai dengan suatu paragraf pembukaan yang
merupakan salah satu nas yang paling dalam di Alkitab (Ef 1:3-14). Kidung penebusan yang sangat indah ini
menaikkan pujian karena Bapa telah memilih, menentukan dan mengangkat kita
sebagai anak-anak-Nya (Ef 1:3-6), karena Putra yang menebus kita dengan
darah-Nya (Ef 1:7-12), dan karena Roh Kudus sebagai meterai dan
jaminan warisan kita (Ef 1:13-14). Di bagian ini Paulus menekankan bahwa dalam
penebusan karena kasih karunia oleh iman, Allah memperdamaikan kita dengan
diri-Nya (Ef 2:1-10) dan dengan sesama umat tertebus (Ef 2:11-15), dan sedang mempersatukan kita di dalam
Kristus dalam satu tubuh, yaitu gereja (Ef 2:16-22). Tujuan penebusan adalah "mempersatukan
di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu baik yang di sorga maupun
yang di bumi," (Ef 1:10).
- Pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) pada umumnya terdiri atas arahan-arahan
praktis bagi gereja mengenai tuntutan penebusan di dalam Kristus atas
kehidupan pribadi dan kehidupan bersama kita.
Di antara 35
pengarahan yang diberikan dalam surat ini mengenai bagaimana seorang tertebus
harus hidup, ditekankan tiga kategori luas.
- Orang percaya dipanggil kepada suatu kehidupan
baru yang murni dan terpisah dari dunia. Mereka dipanggil untuk
"kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Ef 1:4), "menjadi bait Allah yang kudus" (Ef 2:21), "hidup ... berpadanan dengan panggilan
(mereka) itu" (Ef 4:1), "mencapai ... kedewasaan penuh" (Ef 4:13), hidup "di dalam kebenaran dan
kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:24), "hiduplah di dalam kasih" (Ef 5:2; bd. Ef 3:17-19), dan menjadi kudus "dengan ...
firman" (Ef 5:26) agar Kristus bisa memperoleh "jemaat
... tanpa cacat atau kerut ... kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27).
- Orang percaya dipanggil kepada suatu cara
hidup baru dalam hubungan keluarga dan kerja (Ef 5:22--6:9). Semua hubungan ini hendaknya dikuasai oleh
prinsip-prinsip yang menandai orang percaya berbeda sekali dari masyarakat
sekular di mana mereka hidup.
- Akhirnya, orang percaya dipanggil untuk tetap
berdiri teguh terhadap semua rencana jahat Iblis dan terhadap
"roh-roh jahat di udara" yang hebat sekali (Ef 6:10-20).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam
pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dihentikan sejenak oleh dua doa rasuli yang
paling berkuasa dalam PB: yang pertama memohon hikmat dan wahyu dalam
pengenalan akan Allah (Ef 1:15-23); yang kedua berfokus pada mengenali kasih,
kuasa, dan kemuliaan Allah (Ef 3:14-21).
- "Di dalam Kristus", sebuah istilah
Paulus yang sangat berbobot (dipakai 160 kali dalam surat-surat Paulus)
secara khusus menonjol dalam surat ini (sekitar 36 kali). "Setiap
berkat rohani" dan setiap persoalan praktis dalam hidup ini berhubungan
dengan perihal berada "di dalam Kristus".
- Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja
ditekankan dalam surat Efesus.
- Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam
kehidupan Kristen ditekankan (Ef 1:13-14,17; Ef 2:18; Ef
3:5,16,20; Ef 4:3-4,30; Ef 5:18; Ef 6:17-18).
- Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai
"surat kembar" dengan Kolose, karena persamaan dalam isi dan
ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar kedua surat itu).
Kitab Filipi
Penulis : Paulus
Tema : Sukacita Dalam Hal Hidup bagi Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62/63 TM
Latar Belakang
Kota Filipi di Makedonia timur, yang letaknya enam belas kilometer dari pesisir
Laut Aegea, dinamai menurut Raja Filipus II dari Makedon, ayah Aleksander
Agung. Pada masa Paulus, kota ini sebuah kota Romawi dan pangkalan militer yang
terkenal.
Gereja di Filipi
didirikan oleh Paulus dan teman-teman sekerjanya (Silas, Timotius, Lukas) pada
perjalanan misi yang kedua sebagai tanggapan terhadap penglihatan yang Allah
berikan di Troas (Kis 16:9-40). Suatu ikatan persahabatan yang kuat
berkembang di antara rasul itu dan jemaat Filipi. Beberapa kali jemaat itu
mengirim bantuan keuangan kepada Paulus (2Kor 11:9; Fili 4:15-16) dan dengan bermurah
hati memberi kepada persembahan yang dikumpulkannya untuk orang Kristen yang
berkekurangan di Yerusalem (bd. 2Kor 8:1--9:15). Agaknya dua kali Paulus mengunjungi
gereja ini pada perjalanan misinya yang ketiga (Kis 20:1,3,6).
Tujuan
Dari penjara (Fili 1:7,13-14), kemungkinan besar di Roma (Kis 28:16-31), Paulus menulis surat ini kepada
orang percaya di Filipi untuk berterima kasih kepada mereka atas pemberian
banyak yang baru-baru ini mereka kirim kepadanya dengan perantaraan Epafroditus
(Fili 4:14-19) dan untuk memberi kabar tentang
keadaannya yang sekarang. Lagi pula, Paulus menulis untuk meyakinkan jemaat
tentang keberhasilan maksud Allah dalam hukuman penjaranya (Fili 1:12-30), menenangkan jemaat bahwa utusan
mereka (Epafroditus) telah menunaikan tugasnya dengan setia dan tidak kembali
kepada mereka sebelum waktunya (Fili 2:25-30), dan untuk mendorong mereka untuk
maju agar mengenal Tuhan dalam persatuan, kerendahan hati, persekutuan, dan
damai sejahtera.
Survai
Surat Filipi tidak ditulis terutama untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan
pertentangan dalam gereja seperti banyak surat Paulus yang lain. Nada utama
surat ini ialah kasih sayang yang hangat dan penghargaan terhadap jemaat itu.
Dari salamnya (Fili 1:1) sampai ke doa berkat (Fili 4:23), surat ini memusatkan perhatian pada
Kristus Yesus sebagai tujuan hidup dan pengharapan orang percaya akan hidup
kekal.
Dalam surat ini,
Paulus memang berbicara mengenai tiga masalah kecil di Filipi:
- Keputusasaan mereka karena masa hukumannya yang
begitu lama (Fili 1:12-26);
- benih-benih perpecahan di
antara dua orang wanita di dalam gereja (Fili 4:2; bd. Fili 2:2-4); dan
- ancaman ketidaksetiaan yang
selalu ada dalam gereja oleh karena para penganut agama Yahudi dan
orang-orang yang berpikiran duniawi (pasal 3; Fili 3:1-16).
Karena ketiga masalah
yang potensial ini, kita mempunyai ajaran Paulus yang paling kaya mengenai
- sukacita di tengah-tengah segala keadaan hidup
(mis. Fili 1:4,12; Fili 2:17-18;
Fili 4:4,11-13),
- kerendahan hati dan pelayanan Kristen (Fili 2:1-18), dan
- nilai pengenalan akan Kristus yang melebihi
segala sesuatu (pasal 3; Fili 3:1-16).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- Sifatnya sangat pribadi dan penuh kasih
sayang, serta mencerminkan hubungan akrab Paulus dan orang percaya di
Filipi.
- Sangat memusatkan perhatian kepada Kristus,
serta mencerminkan hubungan dekat Paulus dengan Kristus (mis. Fili 1:21; Fili 3:7-14).
- Memberikan salah satu pernyataan yang paling
mendalam mengenai Kristologi dalam Alkitab (Fili 2:5-11).
- Merupakan terutama suatu "surat
sukacita" PB.
- Menyajikan standar kehidupan Kristen yang
sangat kuat, termasuk hidup dengan rendah hati dan sebagai seorang hamba (Fili 2:1-8), berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
mencapai tujuan (Fili 3:13-14), bersukacita selalu di dalam Tuhan (Fili 4:4), mengalami kebebasan dari kecemasan (Fili 4:6), merasa senang dalam segala keadaan (Fili 4:11), dan melakukan segala hal karena kasih
karunia Kristus yang memberi kekuatan (Fili 4:13).
Kitab Kolose
Penulis : Paulus
Tema : Keunggulan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 TM
Latar Belakang
Kota Kolose terletak dekat Laodikia (bd. Kol 4:16) di bagian barat daya Asia Kecil,
kira-kira 160 kilometer tepat di sebelah timur kota Efesus. Agaknya jemaat
Kolose telah didirikan sebagai akibat tiga tahun pelayanan yang luar biasa dari
Paulus di Efesus (Kis 20:31). Pengaruh pelayanannya begitu luar
biasa dan luas jangkauannya sehingga "semua penduduk Asia mendengar firman
Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani" (Kis 19:10). Walaupun Paulus sendiri mungkin
tidak pernah mengunjungi Kolose (Kol 2:1), ia telah memelihara hubungannya dengan gereja itu melalui
Epafras, seorang yang bertobat di bawah pelayanannya dan rekan kerjanya dari
Kolose (Kol 1:7; Kol 4:12).
Alasan untuk menulis
surat ini adalah munculnya ajaran palsu yang mengancam masa depan rohani jemaat
Kolose (Kol 2:8). Ketika Epafras, seorang pemimpin dalam gereja Kolose dan
boleh jadi pendirinya, mengadakan perjalanan untuk mengunjungi Paulus dan
memberitahukan tentang situasi di Kolose (Kol 1:8; Kol 4:12), Paulus menanggapinya dengan menulis
surat ini. Pada waktu itu ia berada dalam tahanan (Kol 4:3,10,18), mungkin sekali di Roma (Kis 28:16-31) sambil menantikan naik bandingnya
kepada Kaisar (Kis 25:11-12). Rekan Paulus, Tikhikus sendiri
membawa surat ini ke Kolose atas nama Paulus (Kol 4:7).
Sifat yang tepat dari
ajaran palsu yang terdapat di Kolose ini tidak diuraikan dengan jelas dalam
surat ini, karena para pembaca yang mula-mula sudah memahaminya dengan baik.
Akan tetapi dari berbagai pernyataan Paulus yang menentang ajaran palsu itu,
nyatalah bahwa bidat yang hendak meruntuhkan dan menggantikan Yesus Kristus
sebagai inti kepercayaan Kristen adalah suatu campuran yang aneh yang terdiri
atas ajaran Kristen, tradisi-tradisi Yahudi tertentu di luar Alkitab dan
filsafat kafir (serupa dengan campuran kultus-kultus dewasa ini).
Tujuan
Paulus menulis
- untuk memberantas ajaran palsu yang berbahaya
di Kolose yang sedang menggantikan keunggulan Kristus dan kedudukan-Nya
sebagai inti dalam ciptaan, penyataan, penebusan, dan gereja; dan
- untuk menekankan sifat sebenarnya dari hidup
baru di dalam Kristus dan tuntutannya pada orang percaya.
Survai
Setelah menyampaikan salam jemaat dan mengungkapkan rasa syukur karena iman,
kasih, dan pengharapan mereka, dan karena mereka terus-menerus maju sebagai
orang percaya, maka Paulus memusatkan perhatian pada dua pokok persoalan yang
penting: ajaran yang betul (Kol 1:13--2:23) dan nasihat-nasihat praktis (Kol 3:1--4:6).
Dari segi teologi,
Paulus menekankan sifat sejati dan kemuliaan Tuhan Yesus Kristus. Dialah gambar
Allah yang tidak kelihatan (Kol 1:15), kepenuhan ke-Allahan dalam bentuk
jasmaniah (Kol 2:9), Pencipta segala sesuatu (Kol 1:16-17), kepala gereja (Kol 1:18) dan sumber yang serba cukup dari
keselamatan kita (Kol 1:14,20-22). Kristus benar-benar memadai,
sedangkan bidat di Kolose itu sama sekali tidak memadai -- hampa, palsu, dan
bersifat kemanusiaan (Kol 2:8); dangkal secara rohani dan angkuh (Kol 2:18); serta tanpa kuasa terhadap
keinginan-keinginan berdosa dari tubuh (Kol 2:23)
Dalam nasihat-nasihat
praktisnya, Paulus mengimbau agar hidup ini didasarkan pada kecukupan dari
Kristus sebagai satu-satunya cara untuk maju dalam kehidupan Kristen. Realitas
Kristus yang hidup di dalam kita (Kol 1:27) harus tampak dalam perilaku Kristen (Kol 3:1-17), hubungan rumah tangga (Kol 3:18--4:1) dan disiplin rohani (Kol 4:2-6).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.
- Kolose memusatkan perhatian pada kebenaran
rangkap dua dari keutamaan Kristus dan kesempurnaan orang percaya di dalam
Dia, bahkan lebih dari kitab-kitab lain dalam PB.
- Kitab ini dengan tegas meneguhkan kepenuhan
ke-Allahan Kristus (Kol 2:9) dan berisi salah satu bagian yang paling
agung di PB mengenai kemuliaan-Nya (Kol 1:15-23).
- Kitab ini sering dianggap sebagai "surat
kembar" bersama kitab Efesus, karena keduanya mempunyai beberapa
persamaan dalam hal isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd.
Garis Besar dari kedua kitab ini).
Kitab I Tesalonika
Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M
Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah barat daya
Filipi; kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari
Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Di antara penduduk yang berjumlah sekitar
200.000 jiwa adalah masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus mendirikan
gereja Tesalonika pada perjalanan misionernya yang kedua, pelayanannya yang
berhasil di wilayah itu dihentikan sebelum waktunya karena permusuhan kalangan
Yahudi (Kis 17:1-9).
Karena terpaksa
meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi ke Berea di mana sekali lagi pelayanan
singkat yang berhasil dihentikan oleh penganiayaan yang timbul karena orang
Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika (Kis 17:10-13). Kemudian Paulus pergi ke Atena (Kis 17:15-34), di mana Timotius bergabung
dengannya. Paulus mengutus Timotius kembali ke Tesalonika untuk menyelidiki
keadaan jemaat yang masih muda itu (1Tes 3:1-5) sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis 18:1-17). Setelah menyelesaikan tugasnya,
Timotius pergi ke Korintus untuk melaporkan pada Paulus mengenai gereja di
Tesalonika (1Tes 3:6-8). Sebagai tanggapan atas laporan
Timotius, Paulus menulis surat ini, mungkin tiga sampai enam bulan setelah
gereja itu dimulai.
Tujuan
Karena Paulus terpaksa meninggalkan Tesalonika dengan tiba-tiba karena
penganiayaan, orang yang baru bertobat itu hanya menerima sedikit pendidikan
mengenai kehidupan Kristen. Ketika Paulus mengetahui dari Timotius mengenai
keadaan mereka saat itu, dia menulis surat ini
- untuk mengungkapkan sukacitanya tentang
keteguhan iman dan ketekunan mereka di tengah-tengah penganiayaan,
- untuk mengajar mereka lebih jauh tentang
kekudusan dan kehidupan yang saleh, dan
- untuk menerangkan beberapa kepercayaan,
khususnya mengenai status orang percaya yang telah mati sebelum Kristus
datang kembali.
Survai
Setelah memberi salam kepada jemaat itu (1Tes 1:1), Paulus dengan sukacita memuji jemaat
Tesalonika atas semangat dan iman mereka yang tabah di tengah segala
penderitaan (1Tes 1:2-10; 1Tes 2:13-16). Paulus menanggapi
kecaman dengan mengingatkan mereka akan kemurnian motivasinya (1Tes 2:1-6), kesungguhan kasih dan perhatiannya
terhadap mereka (1Tes 2:7-8,17-20; 1Tes 3:1-10), serta kelakuannya
yang jujur di tengah mereka (1Tes 2:9-12).
Paulus menekankan
perlunya dan pentingnya kekudusan dan kuasa dalam kehidupan Kristen. Orang
percaya harus kudus (1Tes 3:13; 1Tes 4:1-8; 1Tes 5:23-24), dan Injil harus
disertai kuasa dan penyataan Roh Kudus (1Tes 1:5). Paulus mendorong jemaat itu supaya
jangan mereka memadamkan api Roh dengan meremehkan penyataan-Nya, khususnya
nubuat (1Tes 5:19-20).
Tema yang menonjol
adalah kedatangan Kristus untuk membebaskan umat-Nya dari murka Allah di atas
muka bumi ini (1Tes 1:10; 1Tes 4:13-18; 1Tes
5:1-11). Rupanya beberapa anggota jemaat sudah meninggal sehingga
menimbulkan kekhawatiran mengenai keikutsertaan mereka dalam keselamatan
terakhir yang akan dinyatakan ketika Tuhan datang. Oleh karena itu, Paulus
menerangkan rencana Allah bagi orang kudus yang sudah dipanggil pulang bila
Kristus kembali bagi gereja-Nya (1Tes 4:13-18) dan menasihatkan mereka yang masih
hidup tentang pentingnya kesiagaan ketika Kristus datang (1Tes 5:1-11). Paulus menutup surat ini dengan
berdoa untuk kekudusan dan pemeliharaan mereka (1Tes 5:23-24).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- Surat ini adalah salah satu dari kitab-kitab
PB yang pertama ditulis.
- Itu berisi bagian-bagian penting mengenai
orang-orang kudus yang sudah mati yang dibangkitkan oleh Allah ketika
Kristus kembali untuk mengangkat gereja (1Tes 4:13-18) dan tentang "hari Tuhan" (1Tes 5:1-11).
- Kelima pasal ini berisi petunjuk tentang
kedatangan Kristus dan artinya bagi orang percaya (1Tes 1:10; 1Tes 2:19; 1Tes
3:13; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11,23).
- Surat ini memberikan wawasan yang unik
- mengenai kehidupan gereja tahun 50-an yang
belum dewasa tetapi penuh semangat dan
- mengenai mutu pelayanan Paulus sebagai
perintis pemberitaan Injil.
Kitab II Tesalonika
Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 atau 52 M
Latar Belakang
Ketika surat ini ditulis, situasi jemaat Tesalonika sama saja dengan ketika ia
menulis surat yang pertama. Oleh karena itu, mungkin surat ini ditulis beberapa
bulan saja setelah surat pertama ketika Paulus masih bekerja di Korintus
bersama Silas dan Timotius (2Tes 1:1; bd. Kis 18:5). Rupanya ketika diberi tahu mengenai
penerimaan surat pertama dan beberapa perkembangan baru di tempat itu, Paulus
tergerak untuk menulis surat kedua ini.
Tujuan
Tujuan Paulus mirip dengan tujuan penulisan surat yang pertama:
- menghibur orang percaya baru yang dianiaya;
- menasihatkan mereka untuk hidup berdisiplin
dan bekerja untuk mencari nafkah; dan
- memperbaiki beberapa kepercayaan yang keliru
tentang peristiwa akhir zaman yang berkaitan dengan "hari Tuhan"
(2Tes 2:2).
Survai
Jikalau hubungan Paulus dengan jemaat Tesalonika dari surat yang pertama
bernada seorang perawat lembut yang merawat anak-anak kecil (1Tes 2:7), dalam surat ini nadanya lebih
seperti bapa yang mendisiplin anak-anak yang kurang tertib dan memperbaiki
jalannya (2Tes 3:7-12; bd. 1Tes 2:11). Namun demikian Paulus memuji mereka
karena iman yang teguh dan mendorong mereka lagi untuk tetap setia dalam
penganiayaan yang mereka hadapi (2Tes 1:3-7).
Bagian utama surat
ini membahas hari Tuhan pada akhir zaman (2Tes 2:1-12; bd. 2Tes 1:6-10). Dari 2Tes 2:2 tampaknya bahwa beberapa orang
dalam jemaat menyatakan, entah melalui "nubuat" (suatu penyataan),
"laporan" (berita lisan) atau "surat" (katanya dari Paulus)
bahwa masa kesengsaraan besar dan hari Tuhan sudah mulai. Paulus memperbaiki
salah paham ini dengan mengatakan bahwa tiga peristiwa penting akan menandai
tibanya hari Tuhan (2Tes 2:2);
- akan terjadi kemurtadan dan pemberontakan
besar (2Tes 2:3);
- Penahanan yang ditentukan Allah terhadap
kejahatan akan diangkat (2Tes 2:6-7) dan
- "manusia durhaka" akan dinyatakan (2Tes 2:3-4,8-12). Paulus menegur mereka di dalam gereja yang
mempergunakan penantian akan kedatangan Kristus ini sebagai alasan untuk
tidak bekerja. Ia mendorong semua orang percaya untuk hidup dengan rajin
dan disiplin (2Tes 3:6-12).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini,
- Surat ini berisi bagian yang paling lengkap
dalam PB mengenai pelanggaran hukum yang tanpa kendali dan penipuan pada
akhir sejarah (2Tes 2:3-12).
- Penghakiman Allah yang adil akan menyertai
kedatangan kedua Kristus digambarkan dengan istilah apokaliptis, mirip
dengan kitab Wahyu (2Tes 1:6-10; 2Tes 2:8).
- Kitab ini memakai istilah-istilah eskatologi
untuk Antikristus yang tidak digunakan di bagian Alkitab yang lain (2Tes 2:3,8).
Kitab I Timotius
Penulis : Paulus
Tema : Doktrin yang Benar dan Kesalehan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 65 M
Latar Belakang
Surat 1 dan 2 Timotius dan Titus -- biasanya disebut sebagai "Surat-Surat
Penggembalaan", adalah surat-surat dari Paulus (1Tim 1:1; 2Tim 1:1; Tit 1:1) kepada Timotius (di Efesus) dan Titus (di Kreta) mengenai
pelayanan pastoral di gereja. Beberapa pengeritik telah mempersoalkan
kepenulisan Paulus atas surat ini, namun gereja mula-mula dengan tegas
menempatkannya sebagai surat-surat Paulus yang asli. Walaupun ada perbedaan
gaya penulisan dan kosakata dalam Surat-Surat Penggembalaan dibanding dengan
surat kiriman lain dari Paulus, usia lanjut dan perhatian pribadi Paulus
terhadap pelayanan Timotius dan Titus dapat menerangkan perbedaan ini dengan
cukup menyakinkan.
Paulus menulis surat
1 Timotius sesudah peristiwa-peristiwa yang tercantum dalam pasal terakhir
Kisah Para Rasul. Hukuman penjara yang pertama kali dialami Paulus di Roma (Kis 28:1-30) rupanya berakhir dengan kebebasan (2Tim 4:16-17). Setelah itu, menurut keterangan
Klemens dari Roma (sekitar tahun 96 M) dan Kanon Muratoria (sekitar tahun 170
M), Paulus meninggalkan Roma menuju ke arah barat ke Spanyol dan di sana
melaksanakan pelayanan yang sudah lama dicita-citakannya (bd. Rom 15:23-24,28). Berdasarkan data dalam Surat-Surat
Penggembalaan ini, Paulus kemudian kembali ke daerah Laut Aegea (khususnya Kreta,
Makedonia, dan Yunani) untuk pelayanan selanjutnya. Sementara waktu ini
(sekitar tahun 64-65 M), Paulus menugaskan Timotius sebagai wakil rasuli untuk
melayani di Efesus, dan Titus di Kreta. Dari Makedonia, Paulus menulis surat
yang pertama kepada Timotius, dan beberapa waktu kemudian dia menulis kepada
Titus. Setelah itu, Paulus kembali ditawan di Roma, ketika dia menulis surat
yang kedua kepada Timotius, tidak lama sebelum dia mati syahid pada tahun 67/68
M (lihat 2Tim 4:6-8).
Tujuan
Paulus mempunyai tiga maksud ketika menulis surat ini:
- menasihati Timotius sendiri mengenai kehidupan
pribadi dan pelayanannya;
- mendorong Timotius untuk mempertahankan
kemurnian Injil dan standarnya yang kudus dari pencemaran oleh guru palsu;
dan
- memberikan pengarahan kepada Timotius mengenai
berbagai urusan dan persoalan gereja di Efesus.
Survai
Salah satu hal utama yang disampaikan Paulus kepada pembantu mudanya ialah
supaya Timotius tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang sejati dan
membuktikan kesalahan ajaran palsu yang melemahkan kuasa Injil yang
menyelamatkan (1Tim 1:3-7; 1Tim 4:1-8; 1Tim
6:3-5,20-21). Paulus juga menginstruksikan Timotius mengenai syarat-syarat
kerohanian dan sifat bagi para pemimpin gereja dan memberikan gambaran tersusun
dari macam orang yang diizinkan menjadi pemimpin rohani gereja (lih. daftar
syarat terperinci di garis besar).
Antara lain, Paulus
menasihatkan Timotius bagaimana bergaul dengan berbagai kelompok dalam jemaat,
seperti perempuan (1Tim 2:9-15; 1Tim 5:2), janda-janda (1Tim 5:3-16), orang laki-laki tua dan muda (1Tim 5:1), para penatua (1Tim 5:17-25), budak (1Tim 6:1-2), guru palsu (1Tim 6:3-10) dan orang kaya (1Tim 6:17-19). Paulus memberikan lima instruksi
jelas kepada Timotius yang harus dilaksanakannya (1Tim 1:18-20; 1Tim 3:14-16; 1Tim 4:11-16; 1Tim 5:21-25; 1Tim 6:20-21). Di dalam surat ini Paulus menyatakan
kasih sayangnya kepada Timotius sebagai anak rohaninya dalam iman dan
mengajukan suatu standar kesalehan yang tinggi untuk kehidupannya dan untuk
gereja.
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- Surat ini yang dialamatkan langsung kepada
Timotius sebagai wakil Paulus di jemaat Efesus, sangat pribadi dan ditulis
dengan emosi dan perasaan yang mendalam.
- Bersama dengan surat 2 Timotius, maka lebih
dari surat PB lainnya surat ini menekankan tanggung jawab pendeta untuk
memelihara Injil agar tetap murni dan bebas dari ajaran palsu yang akan
melemahkan kuasanya untuk menyelamatkan.
- Surat ini menekankan nilai unggul dari Injil,
pengaruh setan di belakang semua pencemaran, panggilan gereja yang kudus
dan syarat tinggi yang ditetapkan Allah bagi para pemimpinnya.
- Surat ini memberikan pedoman yang paling
lengkap dalam PB mengenai bagaimana seorang gembala harus berhubungan
secara patut dengan pria dan wanita serta dengan semua kelompok usia dan
sosial dalam gereja.
Kitab II Timotius
Penulis : Paulus
Tema : Bertekun dengan Ketabahan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 67
Latar Belakang
Inilah surat terakhir Paulus. Pada saat menulis surat ini, kaisar Nero sedang
berusaha untuk menghentikan perkembangan kekristenan di Roma dengan
penganiayaan yang bengis terhadap orang percaya; Paulus sekali lagi menjadi tahanan
negara di Roma (2Tim 1:16). Dia menderita kekurangan sebagai
seorang penjahat biasa (2Tim 2:9), ditinggalkan oleh kebanyakan
sahabatnya (2Tim 1:15), dan sadar bahwa pelayanannya sudah
berakhir dan kematiannya sudah dekat (2Tim 4:6-8,18; untuk pembahasan yang lebih lanjut
mengenai latar belakang dan kepenulisan).
Paulus menulis kepada
Timotius sebagai "anakku yang kekasih" (2Tim 1:2) dan teman sekerja yang setia
(bd. Rom 16:21). Hubungan yang erat serta
kepercayaannya terhadap Timotius dilihat dalam halnya Paulus menyebutkan
Timotius ikut terlibat dalam mengirimkan enam buah surat, kehadiran Timotius
dengan Paulus dalam tahanan yang pertama (Fili 1:1; Kol 1:1; File 1:1) dan kedua surat
pribadi kepadanya. Pada saat Paulus menghadapi kemungkinan dihukum mati adalah
dekat, dua kali ia minta Timotius menemaninya di Roma (2Tim 4:9,21). Ketika Paulus mengirim surat kedua
ini, Timotius masih berada di Efesus (2Tim 1:18; 2Tim 4:19).
Tujuan
Karena mengetahui bahwa Timotius pemalu serta menghadapi kesukaran, dan karena
menyadari akan kemungkinan penganiayaan berat dari luar gereja dan adanya
guru-guru palsu di dalam gereja, Paulus menasihatkan Timotius agar dia
memelihara Injil, memberitakan Firman Allah, menanggung kesukaran dan
melaksanakan tugas-tugasnya.
Survai
Dalam pasal 1; (2Tim 1:1-18) Paulus meyakinkan Timotius tentang
kasih dan doanya yang tetap sambil mendorong dia untuk tetap setia tanpa berkompromi
tehadap Injil, memelihara kebenaran dengan tekun dan mengikuti teladannya.
Dalam pasal 2; (2Tim 2:1-26) Paulus menugaskan anak rohaninya
untuk tetap memelihara iman dengan mempercayakan kebenarannya kepada orang lain
yang dapat dipercayai untuk mengajarkannya kepada orang lain (2Tim 2:2). Paulus menasihati gembala yang muda
ini untuk menanggung kesukaran seperti prajurit yang baik (2Tim 2:3), melayani Allah dengan rajin dan
memberitakan firman kebenaran dengan tepat (2Tim 2:15), memisahkan diri dari mereka yang
meninggalkan kebenaran rasuli (2Tim 2:18-21), memelihara kemurniannya (2Tim 2:22) dan bekerja dengan tekun sebagai guru
(2Tim 2:23-26).
Dalam pasal
berikutnya Paulus mengingatkan Timotius bahwa kejahatan dan kemurtadan akan
meningkat (2Tim 3:1-9), tetapi Timotius harus tetap setia
kepada iman yang diwarisinya dan kepada Alkitab (2Tim 3:10-17).
Dalam pasal terakhir
Paulus menugaskan Timotius untuk memberitakan Firman serta melaksanakan semua
tugas pelayanannya (2Tim 4:1-5). Paulus menutup surat ini dengan
memberitahukan Timotius tentang keadaan dirinya pada saat dia menghadapi
kematian, sambil memohon Timotius datang dengan cepat (2Tim 4:6-22).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- Surat ini berisi perkataan terakhir Paulus
yang ditulis sebelum pelaksanaan hukum mati oleh kaisar Nero di Roma
hampir 35 tahun setelah pertobatannya kepada Kristus di jalan ke Damsyik.
- Surat ini berisi pernyataan yang paling terang
dalam Alkitab mengenai pengilhaman dan tujuan ilahi Alkitab (2Tim 3:16-17): Paulus menekankan bahwa Alkitab harus
ditafsirkan dengan cermat oleh pelayan-pelayan Firman (2Tim 2:15) dan mendorong penyerahan Firman Allah kepada
orang yang dapat dipercayai yang kemudian dapat mengajar orang lain (2Tim 2:2).
- Sepanjang surat ini muncul nasihat-nasihat
pendek tetapi tepat misalnya, "mengobarkan karunia Allah" (2Tim 1:6),
"janganlah malu" (2Tim 1:8),
"menderita bagi Injil-Nya" (2Tim 1:8),
"Peganglah ... ajaran yang sehat" (2Tim 1:13),
"peliharalah harta yang indah" (2Tim 1:14),
"jadilah kuat oleh kasih karunia" (2Tim 2:1),
"ikutlah menderita" (2Tim 2:3),
"memberitakan perkataan kebenaran" (2Tim 2:15),
"hindarilah" (2Tim 2:16),
"jauhilah ... kejarlah" (2Tim 2:22),
berhati-hatilah terhadap kemurtadan yang mendekat (2Tim 3:1-9),
"tetap berpegang kepada kebenaran" (2Tim 3:14),
"beritakanlah Firman" (2Tim 4:2),
"lakukanlah pekerjaan pemberita Injil" (2Tim 4:5),
"tunaikanlah tugas pelayananmu" (2Tim 4:5). - Tema yang berulang-ulang dari banyak
nasihatnya adalah untuk berpegang pada iman (Yesus Kristus dan Injil asli
dari rasul-rasul), jagalah iman itu dari pemutarbalikan dan kerusakan,
menentang guru palsu, dan beritakan Injil yang benar dengan ketekunan yang
teguh.
- Kesaksian terakhir Paulus adalah suatu contoh
yang mengharukan dari keberanian dan harapan ketika menghadapi mati syahid
yang sudah pasti (2Tim 4:6-8).
Kitab Titus
Penulis : Paulus
Tema : Ajaran yang Benar dan Kebajikan
Tanggal Penulisan: Sekitar 65-66 M
Latar Belakang
Seperti halnya 1 dan 2 Timotius, Titus adalah surat pribadi dari Paulus kepada
salah seorang pembantu mudanya. Surat ini disebut "Surat
Penggembalaan" karena membahas masalah yang berkaitan dengan peraturan
gereja dan pelayanannya. Titus, seorang bertobat bukan Yahudi (Gal 2:3), menjadi pendamping dekat Paulus dalam pelayanan rasuli.
Walaupun namanya tidak disebutkan dalam Kisah Para Rasul (mungkin karena ia
saudara Lukas) hubungan erat dengan Paulus ditunjukkan dengan
- disebutnya Titus sebanyak 13 kali dalam
surat-surat Paulus,
- dia adalah orang yang bertobat dalam pelayanan
Paulus dan anak rohaninya (Tit 1:4) dan seperti Timotius menjadi teman sekerja
Paulus yang terpercaya dalam pelayanan (2Kor 8:23),
- dijadikannya wakil Paulus setidaknya untuk
satu tugas penting ke Korintus selama perjalanan misi ketiga Paulus (2Kor 2:12-13; 2Kor 7:6-15; 2Kor 8:6,16-24), dan
- pelayanannya sebagai teman sekerja Paulus di
Kreta (Tit 1:5).
Paulus dan Titus
bekerja bersama-sama dalam waktu singkat di Kreta (barat daya Asia Kecil di
Laut Tengah) antara pemenjaraan Paulus yang pertama dengan yang kedua.
Paulus menugaskan
Titus untuk melanjutkan pelayanannya di antara orang Kreta (Tit 1:5), sedangkan dia sendiri melanjutkan perjalanan ke Makedonia
(bd. 1Tim 1:3). Tidak lama sesudah peristiwa itu,
Paulus menulis surat ini kepada Titus, menginstruksikan dia untuk menyelesaikan
pekerjaan yang telah mereka awali bersama. Mungkin surat ini dititipkan kepada
Zenas dan Apolos yang akan melewati Kreta (Tit 3:13).
Dalam surat ini
Paulus meyampaikan rencananya untuk mengirim Artemas atau Tikhikus dengan
segera untuk menggantikan Titus, karena setelah itu Titus harus ikut serta
dengan Paulus di Nikopolis (Yunani), tempat yang direncanakan menjadi tempat
tinggal Paulus selama musim dingin (Tit 3:12). Kita mengetahui bahwa rencana ini
terlaksana (bd. 2Tim 4:10) karena Paulus kemudian menugaskan
Titus di Dalmatia (Yugoslavia sebelum pecah).
Tujuan
Paulus menulis surat ini kepada Titus terutama untuk menugaskan Titus
- menata apa yang ditinggalkan Paulus di Kreta,
termasuk penetapan penatua (Tit 1:5);
- membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan
akan kebenaran, dan kesalehan (Tit 1:1);
- membungkam guru-guru palsu (Tit 1:11); dan
- datang kepada Paulus setelah ia diganti oleh
Artemas atau Tikhikus (Tit 3:12).
Survai
Paulus membahas empat pokok utama di dalam surat ini.
- Dia menginstruksikan Titus mengenai tabiat dan
syarat rohani yang diperlukan mereka yang akan dipilih menjadi penatua
(penilik jemaat) di dalam gereja. Penatua haruslah orang saleh yang
sifatnya terbukti, berhasil menuntun keluarganya sendiri (Tit 1:5-9).
- Paulus menyuruh Titus mengajarkan doktrin yang
benar serta membungkam dan menegur para guru palsu (Tit 1:10--2:1). Di dalam surat ini Paulus memberikan dua
rangkuman tentang ajaran yang sehat (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).
- Paulus menggambarkan untuk Titus (bd. 1Tim 5:1--6:2) peranan yang patut untuk laki-laki yang
sudah lanjut usia (Tit 2:1-2), wanita yang sudah tua (Tit 2:3-4), wanita yang masih muda (Tit 2:4-5), para pemuda (Tit 2:6-8), dan para budak (Tit 2:9-10).
- Akhirnya, Paulus menekankan bahwa kebajikan
dan kehidupan yang benar adalah buah yang perlu dari iman yang sejati (Tit 1:16; Tit 2:7,14; Tit 3:1,8,14; bd. Yak 2:14-26).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.
- Surat ini berisi dua ringkasan klasik mengenai
sifat sesungguhnya dari keselamatan dalam Kristus Yesus (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).
- Surat ini menekankan bahwa gereja dan
pelayanannya harus dibangun di atas landasan rohani, teologis dan etis
yang sangat kuat.
- Surat ini berisi salah satu dari dua daftar
panjang yang menyebutkan syarat yang harus dipenuhi pemimpin dalam
pelayanan gerejani (Tit 1:5-9; bd. 1Tim 3:1-13).
Kitab Filemon
Penulis : Paulus
Tema : Perdamaian
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Paulus menulis "surat penjara" ini (ayat File 1:1,9) sebagai surat pribadi kepada seorang
bernama Filemon, kemungkinan besar sementara masa penahanan yang pertama di
Roma (Kis 28:16-31). Nama-nama sama yang disebut dalam
Filemon (ayat File 1:1-2,10,23-24) dan Kolose (Kol 4:9-10,12,14,17) menunjukkan bahwa Filemon tinggal di
Kolose, dan kedua surat ini ditulis dan diantarkan pada waktu yang sama.
Filemon menjadi
pemilik hamba (ayat File 1:16) dan anggota gereja di Kolose (bd.
ayat File 1:1-2 dengan Kol 4:17), mungkin ia bertobat dibawah
pelayanan Paulus (ayat File 1:19). Onesimus menjadi hamba Filemon yang
telah lari ke Roma; di situ dia kenal Paulus, yang membawa dia kepada Kristus.
Suatu ikatan persahabatan yang kuat berkembang di antara mereka (ayat File 1:9-13). Sekarang dengan segan Paulus
mengirim Onesimus kembali kepada Filemon, ditemani oleh Tikhikus, teman sekerja
Paulus, bersama dengan surat ini (bd. Kol 4:7-9).
Tujuan
Paulus menyurati Filemon untuk mengurus persoalan khusus tentang hambanya
Onesimus yang telah melarikan diri. Menurut hukum Romawi, hamba yang melarikan
diri dapat dihukum mati. Paulus menjadi perantara untuk Onesimus dengan Filemon
dan memohon supaya Onesimus diterima kembali secara ramah sebagai orang percaya
dan sahabat Paulus, dengan kasih yang sama sebagaimana dia akan menerima Paulus
sendiri.
Survai
Permohonan Paulus adalah sebagai berikut:
- Dia memohon dengan sangat supaya Filemon,
sebagai saudara dalam Kristus (ayat File 1:8-9,20-21) menerima Onesimus kembali,
bukan sebagai hamba tetapi sebagai saudara dalam Kristus (ayat File 1:15-16).
- Paulus menyatakan bahwa Onesimus (yang artinya
"berguna") yang dahulu "tidak berguna", tetapi
sekarang "berguna" bagi Paulus dan Filemon (ayat File 1:10-12).
- Paulus ingin Onesimus dapat tinggal di Roma,
tetapi sebaliknya mengirimnya kembali kepada tuan yang memilikinya
(ayat File 1:13-14).
- Paulus menawarkan diri sebagai pengganti untuk
hutang Onesimus dan mengingatkan Filemon tentang hutang budinya kepada
Paulus (ayat File 1:17-19). Surat ditutup dengan salam dari beberapa
teman sekerja di Roma (ayat File 1:23-24) dan pengucapan syukur (ayat File 1:25).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.
- Surat ini adalah yang terpendek di antara
surat-surat Paulus.
- Lebih dari lain bagian PB, surat ini
menjelaskan bagaimana Paulus dan gereja mula-mula menghadapi persoalan
perbudakan Roma. Daripada menyerang langsung atau menimbulkan
pemberontakan bersenjata, Paulus mengemukakan prinsip Kristen yang
menyingkirkan kekerasan dari perbudakan Roma dan akhirnya menghapuskannya
sama sekali antara orang Kristen.
- Surat ini memberikan pengertian unik ke dalam
kehidupan Paulus, karena dia begitu erat manunggal dengan seorang hamba
sehingga Onesimus disebut "buah hatiku" (ayat File 1:12).
Kitab Ibrani
Penulis : Tidak
Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Latar Belakang
Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan
kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua
hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini
menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi.
Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika
mengutip PL menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah
orang-orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat
"terimalah salam dari saudara-saudara di Italia" (versi Inggris NIV
-- "mereka dari Italia mengirim salam" Ibr 13:24) mungkin sekali berarti bahwa penulis
sedang menulis kepada orang-orang yang tinggal di Roma dan mencantumkan salam
dari orang-orang percaya dari Italia yang dalam perantauan. Para penerima surat
ini mungkin terdiri atas kelompok-kelompok persekutuan rumah yang merupakan
bagian dari jemaat gereja yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai
menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali
kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa.
Penulis Surat Ibrani
ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab yang semula maupun sepanjang surat
ini, sekalipun ia merupakan tokoh yang cukup dikenal pembacanya (Ibr 13:18-24). Oleh karena satu dan lain alasan,
identitas penulis hilang sekitar akhir abad pertama. Selanjutnya dalam tradisi
gerejani mula-mula (abad ke-2 sampai ke-4) muncul berbagai pendapat mengenai
orang yang mungkin merupakan penulis surat ini. Pendapat bahwa Paulus menulis
surat ini baru tersebar luas pada abad ke-5.
Banyak ahli PB yang
berpandangan konservatif dewasa ini beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin
menulis surat ini karena gaya penulisan yang halus dan bercorak Aleksandria,
ketergantungan pada Septuaginta, cara memperkenalkan kutipan-kutipan PL, cara
berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal tidak menyebutkan
dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus. Lagi pula, Paulus senantiasa menunjuk
kepada penyataan yang langsung diperolehnya dari Kristus (bd. Gal 1:11-12), sedangkan penulis surat ini
menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen angkatan kedua yang
memperoleh keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata pelayanan Yesus (Ibr 2:3). Di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran
Lukas mengenai Apolos dalam Kis 18:24-28 paling cocok dengan keadaan
penulis surat ini.
Terlepas dari siapa
penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan
Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat Ibrani
penghancuran Bait Suci di Yerusalem dan ibadah di bawah pimpinan para imam Lewi
tidak disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun
70 M.
Tujuan
Surat Ibrani terutama ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang sedang
mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat iman
mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan
penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia menunjukkan bahwa
penyediaan penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah digenapi dan tidak
terpakai lagi karena Yesus telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang
baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian. Penulis menantang para
pembacanya
- untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka
terhadap Kristus hingga pada kesudahannya,
- untuk maju terus menuju kedewasaan rohani dan
- untuk tidak kembali kepada kehidupan di bawah
hukuman dengan cara meninggalkan kepercayaan kepada Yesus Kristus.
Survai
Surat Ibrani ini lebih mirip dengan suatu khotbah daripada sebuah surat.
Penulis menggambarkan karyanya ini sebagai "kata-kata nasihat" (Ibr 13:22). Surat ini terdiri atas tiga bagian
utama.
- Pertama, Yesus sebagai Putra Allah yang penuh
kuasa (Ibr 1:1-3) dinyatakan sebagai penyataan Allah yang
sempurna kepada umat manusia -- lebih tinggi daripada para nabi (Ibr 1:1-3), malaikat (Ibr 1:4--2:18), Musa (Ibr 3:1-6) dan Yosua (Ibr 4:1-11). Di dalam bagian ini terdapat suatu
peringatan yang sungguh-sungguh mengenai berbagai akibat apabila kita
secara rohani makin menjauh dari iman atau mengeraskan hati dalam
ketidakpercayaan (Ibr 2:1-3; Ibr 3:7--4:2).
- Bagian yang kedua menampilkan Yesus sebagai
Imam Besar dengan kualifikasi (Ibr 4:14--5:10; Ibr
6:19--7:25), watak (Ibr 7:26-28), dan pelayanan (Ibr 8:1--10:18) yang sempurna dan abadi. Di bagian ini
diberikan suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai ketidakdewasaan
rohani atau bahkan "kemurtadan" setelah mengambil bagian di
dalam Kristus (Ibr 5:11--6:12).
- Bagian yang terakhir (Ibr 10:19--13:17) dengan tegas mendorong
orang-orang percaya agar tetap tabah dalam keselamatan, iman, penderitaan,
dan kekudusan.
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai surat ini.
- Surat ini unik di antara surat-surat PB karena
bentuknya, "surat ini berawal seperti sebuah risalah, dilanjutkan
bagaikan khotbah, dan diakhiri seperti surat" (Origenes).
- Di antara semua kitab PB surat ini menggunakan
bahasa yang paling halus, paling mendekati gaya penulisan Yunani klasik
daripada penulis PB lainnya (mungkin kecuali Lukas dalam Luk 1:1-4).
- Inilah satu-satunya kitab PB yang
mengembangkan konsep pelayanan Yesus sebagai Imam Besar.
- Ajarannya tentang Kristus ini sangat kaya
variasi, dan memakai lebih daripada dua puluh nama dan gelar untuk
Kristus.
- Kata kuncinya adalah "lebih baik"
(dipakai tiga belas kali). Yesus lebih baik daripada para malaikat dan
semua tokoh perantara PL. Ia memberikan perhentian, perjanjian,
pengharapan, keimaman, korban pendamaian, dan janji-janji yang lebih baik.
- Surat ini berisi pasal yang paling menonjol
dalam Alkitab mengenai iman (pasal 11; Ibr 11:1-40).
- Kitab ini sarat dengan kutipan dan petunjuk
kepada PL sehingga memberikan pengertian yang berharga mengenai penafsiran
umat Kristen mula-mula terhadap sejarah dan ibadah PL, khususnya dalam
bidang lambang-lambang.
- Surat ini memberikan lebih banyak peringatan
mengenai bahaya-bahaya kemurtadan rohani daripada kitab lainnya dalam PB.
Kitab Yakobus
Penulis : Yakobus
Tema : Iman yang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan: Tahun 45-49 M
Latar Belakang
Surat ini tergolong "surat-surat umum" karena pada mulanya
dialamatkan kepada suatu sidang pembaca yang lebih luas daripada jemaat lokal.
Salam "kepada kedua belas suku di perantauan" (Yak 1:1), dan juga petunjuk-petunjuk lainnya (Yak 2:19,21) menunjukkan bahwa surat ini pada
mulanya ditulis kepada orang Kristen Yahudi yang tinggal di luar Palestina.
Mungkin para penerima surat ini termasuk orang-orang pertama yang bertobat di
Jerusalem dan, setelah Stefanus mati syahid terserak oleh penganiayaan (Kis 8:1) sejauh Fenisia, Siprus, Antiokhia dan lebih jauh lagi (Kis 11:19). Hal ini menerangkan
- mengapa pembukaan surat ini menekankan hal
menanggung dengan sukacita pencobaan yang menguji iman dan menuntut
ketabahan (Yak 1:2-12),
- pengetahuan pribadi Yakobus tentang orang
percaya yang "terserak" itu, dan
- nada yang berwibawa dari surat ini. Sebagai
pemimpin gereja di Yerusalem, Yakobus sedang menulis surat kepada
domba-dombanya yang berserakan.
Terkenalnya pengarang
ditunjukkan oleh cara ia menyebut dirinya, yaitu hanya "Yakobus" (Yak 1:1). Yakobus, saudara tiri Yesus dan pemimpin gereja di
Yerusalem, pada umumnya dipandang sebagai penulis surat ini. Pidatonya dalam
sidang di Yerusalem (Kis 15:13-21) dan gambaran mengenai dirinya di bagian
lain dalam PB (mis. Kis 12:17; Kis 21:18; Gal 1:19; Gal 2:9,12; 1Kor 15:7)
sangat cocok dengan apa yang diketahui mengenai penulis surat ini. Sangat
mungkin Yakobus menulis surat ini pada dasawarsa 40-an. Tanggal yang agak dini
untuk penulisan surat ini ditunjukkan oleh berbagai faktor, seperti kenyataan
bahwa Yakobus menyebutkan istilah Yunani synagoge untuk menunjuk tempat
pertemuan orang Kristen (Yak 2:2). Menurut keterangan sejarawan Yahudi, Yosefus, Yakobus,
saudara tiri Tuhan mati syahid di Yerusalem tahun 62 M.
Tujuan
Yakobus menulis
- untuk membangun semangat orang percaya Yahudi
yang sedang menderita berbagai pencobaan yang menguji iman mereka,
- untuk memperbaiki berbagai pengertian yang
salah mengenai sifat iman yang menyelamatkan, dan
- untuk menasihatkan dan membina pembacanya
mengenai hasil-hasil praktis iman mereka dalam hidup yang benar dan
perbuatan yang baik.
Survai
Surat ini membahas serangkaian pokok yang cukup beragam berkaitan dengan
menjalankan kehidupan Kristen yang sejati. Yakobus mendorong orang percaya
untuk menanggung pencobaan dengan sukacita dan menarik manfaat daripadanya (Yak 1:2-11); melawan godaan (Yak 1:12-18); menjadi pelaku Firman dan bukan
hanya pendengar (Yak 1:19-27); serta menunjukkan iman yang aktif
dan bukan pengakuan yang kosong (Yak 2:14-26). Yakobus dengan sungguh-sungguh
mengingatkan tentang berdosanya lidah yang sukar dikendalikan (Yak 3:1-12; Yak 4:11-12), hikmat duniawi (Yak 3:13-16), kelakuan berdosa (Yak 4:1-10), kehidupan yang congkak (Yak 4:13-17) dan kekayaan yang mementingkan diri
sendiri (Yak 5:1-6). Yakobus menutup dengan menekankan
kesabaran, doa, dan memulihkan mereka yang sudah mundur (Yak 5:7-20).
Sepanjang kelima
pasal ini, hubungan di antara iman yang benar dan kehidupan yang saleh
ditekankan. Iman yang sejati adalah:
- iman yang teruji (Yak 1:2-16),
- aktif (Yak 1:19-27),
- mengasihi sesama seperti dirinya sendiri (Yak 2:1-13),
- menyatakan diri dalam perbuatan baik (Yak 2:14-26),
- menguasai lidah dengan benar (Yak 3:1-12),
- mencari hikmat Allah (Yak 3:13-18),
- tunduk kepada Allah selaku hakim yang adil (Yak 4:1-12),
- mempercayai Allah dalam kehidupan sehari-hari
(Yak 4:13-17),
- tidak mementingkan diri atau memuaskan
keinginan sendiri (Yak 5:1-6),
- sabar dalam penderitaan (Yak 5:7-12), dan
- tekun dalam doa (Yak 5:13-20).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- Surat ini kemungkinan besar merupakan kitab PB
yang pertama-tama ditulis.
- Walaupun hanya dua kali menyebut nama Kristus,
surat ini lebih banyak berisi kenangan akan ajaran Yesus, termasuk setidak-tidaknya
15 petunjuk kepada Khotbah di Bukit, lebih dari semua surat PB tergabung.
- Dari 108 ayatnya, lebih daripada separuhnya
adalah perintah.
- Dalam banyak hal, surat ini merupakan Amsal PB
karena
- penuh dengan hikmat ilahi dan instruksi
praktis untuk menjalankan kehidupan Kristen yang sejati dan
- ditulis dengan gaya penulisan yang tegas dan
tepat, dengan perintah yang singkat dan analogi yang hidup.
- Yakobus adalah pengamat cermat tentang cara
bekerjanya alam dan tabiat manusia berdosa. Dia sering kali menarik
pelajaran dari alam untuk menyingkapkan tabiat manusia berdosa (mis. Yak 3:1-12).
- Surat ini lebih menekankan hubungan di antara
iman dengan perbuatan daripada kitab PB lainnya (khususnya: Yak 2:14-16).
- Yakobus sering kali disebut sebagai Amos PB,
karena dia dengan bersemangat membahas persoalan ketidakadilan dan
ketidaksetaraan sosial.
Kitab I Petrus
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul
Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama
ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. Silvanus) sebagai juru
tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani
dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang
kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan
apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan
Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24;
1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak
langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya
di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak
persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam
Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan
surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh
propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini
mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta
dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut
"pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa
perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci
Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus
menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia
Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh
pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari
"Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara
harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan
untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus
mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks
yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus
dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia.
Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum
pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk
memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan
di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai
mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat
kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan
pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam
menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang
mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini
akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan
kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- bahwa keselamatan yang besar ini sudah
dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas
berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan
(1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang
memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun
menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati
negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah
hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus
terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi
Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus
meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka
mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks
pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema
yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman,
kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu,
berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan
penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- Surat ini memberikan pengarahan praktis
bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang
tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- Petrus menekankan kebenaran bahwa orang
percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan
untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit
ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil
kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Kitab II Petrus
Penulis : Petrus
Tema : Kebenaran Sejati Lawan Guru-Guru Palsu
Tanggal Penulisan: 66-68 M
Latar Belakang
Ketika memberikan salam, Simon Petrus memperkenalkan dirinya sebagai penulis
surat ini; kemudian (2Pet 3:1) dia mengatakan bahwa surat ini
merupakan suratnya yang kedua yang menunjukkan bahwa dia sedang menulis kepada
orang percaya yang sama di Asia Kecil yang telah menerima suratnya yang pertama
(1Pet 1:1). Karena Petrus, seperti halnya
Paulus, dihukum mati oleh keputusan yang dibuat oleh kaisar Nero yang jahat
(yang kemudian wafat pada bulan Juni, 68 M), adalah sangat mungkin bahwa Petrus
menulis surat ini di antara tahun 66-68 M, tidak lama sebelum ia mati syahid di
Roma (2Pet 1:13-15).
Beberapa sarjana
zaman dahulu dan sekarang, yang mengabaikan beberapa persamaan mencolok dari 1
Petrus dan 2 Petrus dan sebaliknya menekankan perbedaan di antara kedua surat
itu, telah beranggapan bahwa Petrus bukanlah penulis surat ini. Akan tetapi,
perbedaan isi surat, kosakata, penekanan, dan gaya penulisan dari kedua surat
ini dapat diterangkan dengan memadai oleh berbedanya situasi Petrus dan
penerima suratnya ketika menerima kedua surat itu.
- Situasi semula para penerima surat telah
berubah dari penganiayaan serius yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya
menjadi serangan serius dari dalam oleh para guru palsu yang mengancam
landasan kebenaran gereja.
- Situasi yang dihadapi Petrus juga sudah
berbeda. Jikalau sebelumnya dia mempunyai seorang penulis yang ahli
seperti Silas ketika menulis suratnya yang pertama (1Pet 5:12), kelihatannya Silas tidak ada ketika Petrus
menulis surat yang kedua itu. Petrus mungkin memakai bahasa Yunani ala
Galilea yang kasar atau mengandalkan juru tulis yang tidak sepandai Silas.
Tujuan
Petrus menulis surat ini
- untuk menasihati orang percaya agar mereka
dengan tekun mengejar kesalehan dan pengenalan yang benar akan Kristus,
dan
- untuk membeberkan dan menolak tindakan yang
berakal busuk dari para nabi dan guru palsu di kalangan gereja di Asia
Kecil yang sedang meruntuhkan kebenaran rasuli.
Petrus meringkaskan
maksudnya dalam 2Pet 3:17-18 ketika dia menasihati orang
percaya yang sejati
- untuk waspada supaya mereka tidak
"terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal
hukum" (2Pet 3:17), dan
- untuk "bertumbuhlah dalam kasih karunia
dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus"
(2Pet 3:18).
Survai
Surat yang singkat ini sungguh-sungguh mendorong orang percaya agar
mempertahankan kehidupan dan kesalehan melalui pengenalan yang benar akan
Kristus. Pasal pertama menekankan pentingnya pertumbuhan Kristen. Setelah mulai
dengan iman, orang percaya harus dengan tekun mengejar keunggulan moral,
pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara,
dan kasih akan semua orang, yang akan menghasilkan iman dewasa dan pengenalan
yang benar akan Tuhan Yesus (2Pet 1:3-11).
Pasal berikut dengan
sungguh-sungguh mengingatkan mereka tentang para nabi dan guru palsu yang
muncul di kalangan gereja. Petrus mengecam guru-guru palsu itu sebagai orang
yang tidak mengenal hukum (2Pet 2:1,3; 2Pet 3:17) yang menuruti
keinginan jahat dari hawa nafsu (2Pet 2:2,7,10,13-14,18-19), yang serakah (2Pet 2:3,14-15), congkak (2Pet 2:18) dan keras kepala (2Pet 2:10), dan menghina pemerintahan Allah (2Pet 2:10-12). Petrus berusaha untuk melindungi
orang percaya sejati terhadap pengajaran sesat yang membinasakan itu (2Pet 2:1) dengan menyingkapkan maksud dan
kelakuan mereka yang jahat.
Dalam pasal 3 (2Pet 3:1-18), Petrus membuktikan salahnya
keragu-raguan guru-guru ini terhadap kedatangan Tuhan (2Pet 3:3-4). Sebagaimana angkatan Nuh dengan
keliru mencemoohkan pikiran tentang hukuman banjir besar dari Allah, para
pencemooh ini juga buta rohani tentang janji-janji kedatangan Kristus. Tetapi
dengan tindakan menentukan yang sama dengan hukuman air bah tersebut (2Pet 3:5-6), Kristus akan kembali dan
menghanguskan bumi ini dengan api (2Pet 3:7-12) lalu menciptakan tatanan baru yang
benar (2Pet 3:13). Mengingat semuanya ini, orang
percaya harus hidup kudus dan saleh pada zaman ini (2Pet 3:11,14).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- Surat ini berisi pernyataan yang paling kuat
dalam Alkitab mengenai pengilhaman, keterandalan, dan kekuasaan Kitab Suci
(2Pet 1:19-21).
- Pasal dua dan surat Yudas sangat mirip dalam
pengecaman guru palsu. Mungkin Yudas, yang kemudian menghadapi persoalan
yang sama dengan guru-guru palsu, menggunakan bagian-bagian dari ajaran
Petrus yang diilhami untuk mengatakan hal yang sama.
- Pasal tiga merupakan salah satu pasal PB yang
agung tentang kedatangan Kristus yang kedua.
- Petrus secara tidak langsung menunjuk kepada
tulisan Paulus sebagai Firman Allah dengan menyebutkannya dalam hubungan
dengan "tulisan-tulisan yang lain" (2Pet 3:15-16).
Kitab I Yohanes
Penulis : Yohanes
Tema : Kebenaran
Tanggal Penulisan: 85-95 M
Latar Belakang
Lima kitab dalam PB ditulis oleh Yohanes: sebuah Injil, tiga buah surat dan
kitab Wahyu. Walaupun Yohanes tidak memperkenalkan dirinya dengan menyebut
namanya di surat ini, saksi-saksi dari abad kedua (mis. Papias, Ireneus,
Tertullianus, Klemens dari Aleksandria) menegaskan bahwa surat ini ditulis oleh
rasul Yohanes, salah seorang dari dua belas murid Yesus. Kesamaan kuat dalam
gaya penulisan, kosakata, dan tema di antara surat ini dengan Injil Yohanes
memperkuat kesaksian kekristenan mula-mula yang dapat diandalkan bahwa kedua
kitab ini ditulis oleh rasul Yohanes.
Penerima surat ini
tidak disebutkan. Tidak ada salam atau nama orang, tempat, atau peristiwa di
dalam surat ini. Penjelasan yang paling tepat untuk menerangkan kenyataan yang
agak aneh ini ialah bahwa dari tempat tinggalnya di Efesus, Yohanes menulis
surat yang sama kepada berbagai gereja di propinsi Asia yang berada di bawah
tanggung jawab rasulinya (bd. Wahy 1:11). Karena jemaat-jemaat itu mempunyai
persoalan dan kebutuhan yang sama, Yohanes menulis surat ini sebagai sebuah
surat edaran dan mengutus utusan pribadinya yang membawa salamnya secara lisan.
Persoalan yang paling
menonjol yang melatarbelakangi penulisan surat ini ialah ajaran palsu mengenai
keselamatan dalam Kristus dan cara bekerjanya di dalam diri orang percaya.
Beberapa orang, yang dahulu merupakan bagian dari sidang pembaca, kini sudah
meninggalkan persekutuan jemaat (1Yoh 2:19), tetapi hasil dari ajaran palsu
mereka masih memutarbalikkan Injil mengenai bagaimana mereka bisa
"mengetahui" bahwa mereka mempunyai hidup kekal. Dari segi doktrin,
ajaran sesat mereka menyangkal bahwa Yesus itulah Kristus (1Yoh 2:22; bd. 1Yoh 5:1) atau bahwa Kristus menjelma menjadi
manusia (1Yoh 4:2-3); dari segi etika, mereka mengajarkan
bahwa menaati perintah Kristus (1Yoh 2:3-4; 1Yoh 5:3) dan hidup kudus dan terpisah dari
dosa (1Yoh 3:7-12) dan dari dunia (1Yoh 2:15-17) tidak diperlukan untuk iman yang
menyelamatkan (bd. 1Yoh 1:6; 1Yoh 5:4-5).
Tujuan
Maksud Yohanes dalam menulis surat ini adalah dua:
- untuk membeberkan dan menyangkal doktrin dan
etika yang salah dari para guru palsu, dan
- untuk menasihati anak-anak rohaninya agar
mengejar suatu kehidupan persekutuan yang kudus dengan Allah dalam
kebenaran, dalam sukacita penuh (1Yoh 1:4) dan kepastian (1Yoh 5:13) hidup kekal, melalui iman yang taat kepada
Yesus sebagai Putra Allah (1Yoh 4:15; 1Yoh 5:3-5,12), dan dengan kehadiran Roh
Kudus (1Yoh 2:20; 1Yoh 4:4,13). Beberapa orang percaya
bahwa surat ini juga ditulis untuk menemani Injil Yohanes.
Survai
Kepercayaan dan kelakuan dijalin secara erat sekali dalam surat ini. Para guru
palsu, yang oleh Yohanes dinamakan "antikristus" (1Yoh 2:18-22) sedang meninggalkan ajaran rasuli
mengenai Kristus dan kehidupan yang benar. Seperti surat 2 Petrus dan Yudas,
surat ini dengan penuh semangat menolak dan menghukum guru palsu (mis. 1Yoh 2:18-19,22-23,26; 1Yoh
4:1,3,5) dengan ajaran dan kelakuan mereka yang merusak.
Dari segi yang
positif, surat ini mengemukakan ciri-ciri persekutuan yang sejati dengan Allah
(mis. (1Yoh 1:3--2:2) dan menyatakan lima ujian khusus bagi
orang percaya untuk mengetahui dengan yakin bahwa mereka mempunyai hidup yang
kekal:
- ujian kebenaran rasuli mengenai Kristus (1Yoh 1:1-3; 1Yoh 2:21-23;
1Yoh 4:2-3,15; 1Yoh 5:1,5,10,20);
- ujian iman yang taat kepada perintah Kristus (1Yoh 2:3-11; 1Yoh 5:3-4);
- ujian hidup yang kudus, yaitu berbalik dari
dosa kepada persekutuan dengan Allah (1Yoh 1:6-9; 1Yoh
2:3-6,15-17,29; 1Yoh 3:1-10; 1Yoh 5:2-3);
- ujian kasih akan Allah dan sesama orang
percaya (1Yoh 2:9-11; 1Yoh
3:10-11,14,16-18; 1Yoh 4:7-12,18-21); dan
- ujian kesaksian Roh (1Yoh 2:20,27; 1Yoh 4:13;
1Yoh 5:7-12). Yohanes menyimpulkan bahwa orang dapat mengetahui dengan pasti
bahwa mereka memiliki hidup kekal (1Yoh 5:13) jikalau buah dari kelima bidang hidup ini
nyata dalam hidup mereka.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- Surat ini mendefinisikan kehidupan Kristen
dengan memakai istilah yang bertentangan dan dengan seakan-akan tidak
memberikan peluang kompromi di antara terang dan gelap, kebenaran dan
kebohongan, kebenaran dan dosa, kasih dan kebencian, mengasihi Allah dan mengasihi
dunia, anak-anak Allah dan anak-anak setan.
- Yang penting, surat ini merupakan satu-satunya
kitab PB yang berbicara mengenai Yesus sebagai pengantara (Yun.
_parakletos_) kita dengan Bapa pada saat kita sebagai orang yang sungguh
percaya berbuat dosa (1Yoh 2:1-2; bd. Yoh 14:16-17,26; Yoh
15:26; Yoh 16:7-8).
- Berita yang disampaikan surat ini didasarkan
hampir seluruhnya pada kesaksian rasuli dan bukan pada penyataan PL
dahulu; petunjuk kepada PL jelas tidak ada.
- Karena surat ini menyampaikan Kristologi
berhubungan dengan penyangkalan suatu bentuk ajaran sesat tertentu, maka
itu berfokus pada penjelamaan dan darah (yaitu, salib) Yesus tanpa
menyebutkan kebangkitan-Nya secara khusus.
- Gaya penulisannya sederhana dan berulang
sewaktu Yohanes membahas berbagai istilah seperti "terang",
"kebenaran", "percaya", "tetap tinggal",
"mengenal", "mengasihi", "kebenaran",
"kesaksian", "lahir dari Allah", dan "hidup
kekal".
Kitab II Yohanes
Penulis : Yohanes
Tema : Berjalan Dalam Kebenaran
Tanggal Penulisan: 85-95 M
Latar Belakang
Penulis memperkenalkan dirinya sebagai "penatua" (ayat 2Yoh 1:1). Barangkali ini adalah gelar
terhormat yang diberikan kepada rasul Yohanes sepanjang dua dasawarsa terakhir
abad pertama karena usianya yang sudah lanjut dan kedudukannya yang sangat
terhormat selaku satu-satunya rasul yang masih hidup.
Yohanes menulis surat
ini kepada "Ibu yang terpilih dan anak-anaknya" (ayat 2Yoh 1:1). Beberapa orang menafsirkan "Ibu
yang terpilih" ini secara kiasan sebagai suatu gereja lokal,
"anak-anaknya" sebagai anggota jemaat, dan "anak-anak saudaramu
yang terpilih" (ayat 2Yoh 1:13) sebagai jemaat tetangga. Orang lain
lagi menafsirkan istilah ini secara harfiah sebagai seorang janda terhormat
yang dikenal Yohanes dalam sebuah jemaat lokal di Asia Kecil yang di bawah
pengawasan rohani Yohanes. Keluarganya (ayat 2Yoh 1:1) dan keluarga saudaranya (ayat 2Yoh 1:13) adalah orang terkenal dalam
gereja-gereja di wilayah itu. Sebagaimana surat Yohanes lainnya, 2 Yohanes
tampaknya ditulis dari Efesus pada akhir tahun 80-an atau awal 90-an.
Tujuan
Yohanes menulis surat ini untuk mengingatkan "Ibu yang terpilih" itu
tentang hal memberi tumpangan, salam atau sokongan kepada pekerja keliling
(guru, penginjil, dan nabi) yang sudah menyimpang dari kebenaran rasuli dan
menyebarkan ajaran palsu, agar dia tidak ikut berperan dalam menyebarkan ajaran
yang salah sehingga ikut bersalah. Surat ini mengecam ajaran palsu yang sama
dengan yang dikecam dalam surat 1 Yohanes. Survai
Surat ini menggarisbawahi suatu peringatan yang juga terdapat dalam 1 Yohanes
mengenai bahaya guru palsu yang menyangkal penjelmaan Yesus Kristus dan
menyimpang dari berita rasuli (ayat 2Yoh 1:7-8). Yohanes memuji "Ibu yang
terpilih" dan anak-anaknya yang "hidup dalam kebenaran"
(ayat 2Yoh 1:4). Kasih yang sejati terwujud dalam
menaati perintah Kristus dan mengasihi sesama (ayat 2Yoh 1:6). Kasih Kristen harus membedakan di
antara kebenaran dan kesalahan dan tidak membuka pintu bagi guru palsu
(ayat 2Yoh 1:7-9). Menerima guru palsu dengan ramah
berarti berpartisipasi dalam kesalahan mereka (ayat 2Yoh 1:10-11). Surat ini singkat karena Yohanes
merencanakan untuk berkunjung kepada ibu ini untuk berbicara "berhadapan
muka" (ayat 2Yoh 1:12).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini:
- Surat ini merupakan kitab terpendek dalam PB.
- Surat ini sangat mirip dengan 1 dan 3 Yohanes
dalam berita, kosakata dan gaya penulisannya yang sederhana.
- Surat ini memberikan keseimbangan yang penting
bagi berita surat 3 Yohanes dengan memperingatkan terhadap dukungan yang
sembarangan kepada pekerja yang bukan dari jemaat sendiri. Surat ini
mendorong supaya memakai kebijaksanaan saksama dengan mengingat ajaran
Kristus dan para rasul sebelum membantu pekerja tersebut.
Kitab III Yohanes
Penulis : Yohanes
Tema : Bertindak Dengan Setia
Tanggal Penulisan: 85-95 M
Latar Belakang
Yohanes, rasul yang dikasihi, sekali lagi menyebut dirinya "penatua"
(ayat 3Yoh 1:1). Surat pribadi ini dialamatkan kepada
seorang percaya yang setia bernama Gayus (ayat 3Yoh 1:1), barangkali anggota jemaat di salah
satu gereja di daerah Asia Kecil. Seperti halnya surat Yohanes yang lain, surat
ini kemungkinan besar ditulis dari Efesus pada bagian akhir tahun 80-an atau
awal 90-an.
Mendekati akhir abad
pertama Masehi, para pekerja keliling dari kota ke kota pada umumnya memperoleh
sokongan dari orang percaya setempat dengan ditampung dan kemudian dibekali
untuk meneruskan perjalanan mereka (ayat 3Yoh 1:5-8; bd. 2Yoh 1:10). Gayus merupakan salah seorang
Kristen setia yang dengan murah hati menyokong dan menampung para pekerja
keliling ini (ayat 3Yoh 1:1-8). Akan tetapi, ada seorang pemimpin
bernama Diotrefes yang dengan sifat sombong menentang wibawa Yohanes dan
menolak untuk menerima saudara-saudara seiman yang diutus Yohanes.
Tujuan
Yohanes menulis surat ini untuk memuji Gayus atas kesetiaannya menyediakan
tumpangan dan bantuan bagi para pekerja keliling yang dapat diandalkan, serta
mengingatkan si pemberontak Diotrefes secara tidak langsung dan mempersiapkan
jalan untuk kunjungannya sendiri.
Survai
Ada tiga orang yang disebut namanya di dalam surat ini.
- Gayus yang dipuji dengan hangat atas perilaku
hidupnya yang saleh di dalam kebenaran (ayat 3Yoh 1:3-4) serta teladannya menyediakan tumpangan bagi
saudara seiman yang berkeliling (ayat 3Yoh 1:5-8).
- Diotrefes, seorang pemimpin yang bersifat
diktator, dikecam karena kesombongannya ("ingin menjadi orang
terkemuka", ayat 3Yoh 1:9) beserta manifestasinya: menolak surat
Yohanes yang dikirim sebelumnya (ayat 3Yoh 1:9), memfitnah Yohanes, menolak untuk menerima
utusan-utusan Yohanes dan mengancam akan mengucilkan orang yang menerima
mereka (ayat 3Yoh 1:10).
- Demetrius, yang mungkin pembawa surat ini atau
seorang gembala sidang dalam suatu masyarakat sekitar situ, dipuji sebagai
seorang yang mempunyai reputasi baik dan setia kepada kebenaran
(ayat 3Yoh 1:12).
Ciri-ciri Khas
Dua ciri utama menandai surat ini.
- Sekalipun singkat, surat ini memberikan
pengertian mengenai beberapa segi sejarah gereja mula-mula menjelang akhir
abad pertama.
- Terdapat beberapa persamaan mencolok di antara
2 Yohanes dengan surat ini. Meskipun demikian, kedua surat tersebut
berbeda dalam satu aspek penting: 3 Yohanes menganjurkan penyediaan
tumpangan dan bantuan bagi pekerja keliling yang dapat dipercaya, sedangkan
2 Yohanes mendorong agar tumpangan dan dukungan tidak disediakan bagi
pekerja yang tidak dapat dipercaya sehingga orang percaya tidak dituduh
mendukung perbuatan jahat.
Kitab Yudas
Penulis : Yudas
Tema : Berjuang untuk Mempertahankan Iman
Tanggal Penulisan: 70-80 M
Latar Belakang
Yudas memperkenalkan dirinya sekadar sebagai "saudara Yakobus"
(ayat Yud 1:1). Satu-satunya pasangan saudara dalam PB yang bernama Yudas
dan Yakobus adalah saudara tiri Yesus (Mat 13:55; Mr 6:3). Mungkin Yudas menyebutkan nama
Yakobus karena kedudukannya sebagai pemimpin jemaat di Yerusalem akan membantu
menjelaskan identitas dan kekuasaannya sendiri.
Surat yang singkat
namun tegas ini ditulis untuk menentang para guru palsu yang terang-terangan
berhaluan antinomisme (yaitu mereka mengajarkan bahwa keselamatan melalui kasih
karunia mengizinkan mereka untuk berdosa tanpa dijatuhi hukuman) dan yang
menghina pernyataan rasuli tentang pribadi dan tabiat Yesus Kristus (ayat Yud 1:4). Dengan demikian mereka memecah-belah gereja mengenai apa
yang harus dipercaya (ayat Yud 1:19,22) dan bagaimana harus berperilaku
(ayat Yud 1:4,8,16). Yudas melukiskan guru palsu yang tak
berprinsip ini sebagai "orang-orang fasik" (ayat Yud 1:15) dan juga sebagai orang "tanpa
Roh Kudus" (ayat Yud 1:19).
Kemungkinan hubungan
di antara Surat Yudas dengan 2Pet 2:1--3:4 mempunyai sangkut-pautnya dengan
saatnya surat ini ditulis. Sangat mungkin Yudas mengetahui tentang 2 Petrus
(ayat Yud 1:17-18) dan oleh karena itu ia menulis
setelah 2 Petrus ditulis, yaitu sekitar tahun 70-80 M. Penerima surat ini tidak
disebutkan secara khusus, tetapi mungkin sama dengan penerima surat 2 Petrus.
Tujuan
Yudas menulis surat ini
- untuk sangat mengingatkan orang percaya
mengenai ancaman serius dari para guru palsu dan pengaruh mereka yang
merusak di dalam gereja, dan
- untuk menantang orang percaya yang sejati
dengan keras supaya mereka bangkit dan "berjuang untuk mempertahankan
iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus" (ayat Yud 1:3).
Survai
Setelah memberikan salam (ayat Yud 1:1-2), Yudas menyatakan bahwa tujuannya
mula-mula ialah menulis tentang sifat keselamatan (ayat Yud 1:3a). Akan tetapi, sebaliknya dia terdorong untuk menulis
surat ini karena guru-guru palsu yang memutarbalikkan kasih karunia Allah dan
dengan demikian melemahkan kebenaran dalam gereja (ayat Yud 1:4). Yudas menuduh mereka sebagai tidak suci secara seksual (ayat Yud 1:4,8,16,18), berkompromi seperti Kain (ayat Yud 1:11), serakah seperti Bileam (ayat Yud 1:11), suka memberontak seperti Korah
(ayat Yud 1:11), congkak (ayat Yud 1:8,16), penipu (ayat Yud 1:4,12), sensual (ayat Yud 1:19) dan memecah-belah (ayat Yud 1:19). Yudas menyatakan kepastian hukuman
Allah atas semua orang yang berbuat dosa seperti itu dan menggambarkannya
dengan enam contoh dari PL (ayat Yud 1:5-11). Gambaran dua belas ciri kehidupan
mereka menunjukkan bahwa mereka siap untuk menerima murka Allah (ayat Yud 1:12-16). Orang percaya didorong untuk waspada
dan untuk menaruh belas kasihan bercampur ketakutan bagi mereka yang goyah
(ayat Yud 1:20-23). Yudas menutup suratnya dengan suatu
peningkatan pengilhaman dalam ucapan berkatnya (ayat Yud 1:24-25).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- Surat ini berisi celaan yang paling
blak-blakan dan bersemangat dari PB terhadap para guru palsu. Itu
menggarisbawahi betapa seriusnya ancaman ajaran palsu terhadap iman yang
sejati dan hidup yang kudus bagi segala angkatan.
- Surat ini menunjukkan kesenangan untuk
memberikan ilustrasi dengan memakai rangkaian tiga -- misalnya: tiga
contoh penghukuman dalam PL (ayat Yud 1:5-7), tiga ciri guru palsu (ayat Yud 1:8), dan tiga contoh orang tidak kudus dalam PL
(ayat Yud 1:11).
- Di bawah pengaruh penuh dari Roh Kudus, Yudas
dengan leluasa menunjuk kepada sumber-sumber tertulis:
- Alkitab PL (ayat Yud 1:5-7,11),
- tradisi Yahudi (ayat Yud 1:9,14-15) dan
- 2 Petrus, serta mengutip langsung 2Pet 3:3, yang diakuinya sebagai berasal dari
rasul-rasul (ayat Yud 1:17-18).
- Surat ini berisi ucapan berkat PB yang paling
agung.
Kitab Wahyu
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar
biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan
dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah
"penyingkapan" (Ing. apocalypse) berasal dari kata
Yunani apocalupsis, yang diterjemahkan "wahyu"
dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu
penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan
beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan
penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- Penyataan ini telah disampaikan secara
adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan,
malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah,
Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan
berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km
sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian
Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah
tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah
maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah
penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus,
dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang
menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar
Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini
mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia
menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah".
Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan
antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia
yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini
telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami
penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan
jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy
2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy
18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan
bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang
terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes
menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta
menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang
mula-mula.
- Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh
karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada
jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka
kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar
mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk
memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah
terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan
menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus
menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali
kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan
mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh
kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang
penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh
berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai
Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang
akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal
6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama
dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus),
binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa
dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab
ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu
penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki
dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh
jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis
tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat
tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan
terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji
bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan
bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan
kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua
dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari
perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan
peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu
penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah
bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah
gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan
kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk
membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai
yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah
dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan
dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan
hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya.
Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan
Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian
144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga
setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh,
penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan
Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi
Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam
kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal
dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir
dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang
ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci
mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya,
Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi
harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan,
yang terdiri atas
- si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan
kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan
menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas
peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah
terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal
17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal
18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar
di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya
diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap
terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka
dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di
atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir
didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah
bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan
untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam
"lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup
dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang
baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan
peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang
kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang
digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya
disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan
kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil
tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka
2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000;
12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini
menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang
melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- Penglihatan-penglihatan begitu mencolok,
dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke
sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas
dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- Kitab ini bersifat polemik yang
- menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap
penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang
agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran
beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa
menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran Kitab ini
merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca
yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak
mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang
beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat
aliran penafsiran yang besar.
- Penafsiran preterist (dengan
pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai
hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran
Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu
penggenapannya pada masa yang akan datang.
- Penafsiran historicist (yang
menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan
nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai
pada zaman akhir.
- Penafsiran idealist (yang
menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini
sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang
kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya
dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- Penafsiran futurist (dengan
pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa
dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada
hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist
ini. (Sumber: SABDA)
No comments:
Post a Comment