Tuesday 25 July 2017


Dasar-dasar Biblika Etika


A. Perjanjian Lama


            Perjanjian Lama adalah buku etika yang memperlihatkan kehidupan etis dari umat Israel sepanjang sejarah kehidupannya. Para tokoh etika melihat PL dari berbagi pandangan bahwa sejarah kehidupan umat Israel dan kehadiran Allah tidak dapat dipisahkan. Tingkah laku umat Israel berada dalam pengawasan daripada YHWH, baik dalam hubungannya dengan Allah maupun sesama:
  1. Allah Israel adalah penuntun dalam kehidupan etis umatNya. Kehidupan etis umat sangat bergantung pada Allah sebagai penuntun.
  2. Status dari kehidupan umat Israel di tengah-tengah masyarakat yang mempengaruhi kehidupan etika mereka.1
  3. Kesetiaan dan ketaatan kepada YHWH sebagai pemberi hukum dan peraturan adalah landasan bagi umat dalam tingkah laku etis mereka.2
  4. Iman PL berasal dari Perjanjian Allah kepada umat menjadi landasan dari standar moral mereka.3
  5. Etika PL adalah etika agama Yudaisme yang berasal dari kebenaran firman Allah atau penyataan Allah secara pribadi.4
  6. Hukum kasih kepada Allah dan kepada sesama dalam hokum Taurat adalah landasan etika umat Israel.5
  7. Hukum Taurat dan kitab para nabi adalah buku etika yang berhubungan dengan perjanjian, kekudusan/moral, dan kasih, semuanya ini menunjukkan “social concern, concern for righteousness, love, justice for the oppressed”.
  8. Yesus Kristus dan para rasul menggunakan PL sebagai landasan pengajarannya yakni memberi pengertian yang benar mengenai etika PL dan memberikan tafsiran yang benar mengenai etika PL ke dalam PB.
  9. Pendekatan mempelajari PL sebagai buku etis atau buku norma-norma kehidupan dengan melihat PL sebagai6:
a.          “a book of rule”, prinsip-prinsip ketaatan sebagai kehidupan etis umat Israel.
b.         “a book of principles”, prinsip-prinsip etis yang terkandung dalam hukum Taurat.
c.          “a pattern for life”, memberikan gambaran kehidupan etis para umat sebagai standar kehidupan dan standar dalam pengambilan keputusan. Namun banyak hal yang aneh dan harus diteliti kembali.
d.         “a book for character building”, memberikan contoh-contoh karakter dan memberikan landasan dalam pembentukan karakter. Hubungan dengan sesama dalam masyarakat social bertambah baik apabila seseorang mengembangkan karakternya.
10.   Perjanjian Lama mempresentasikan narasi dari generasi umat yang hidup di sepanjang sejarah dalam hubungan dengan masyarakat pluralisme secara etis dan bagaimana kita mengaplikasikan dalam kehidupan sekarang.
a.          Penciptaan Kehidupan: Allah sebagai pemberi hidup dan bagaimana memelihara kehidupan, ciptaanNya, dan komunitas.
b.         Kain dan Habel: Hubungan dengan sesama, bagaimana kita memeliharanya.
c.          Abraham dan Ishak di Mesir: Isu-isu etis mengenai “being honest”, demikian juga masalah Rahab perempuan yang menyembunyikan pengintai-pengintai. Apakah kita boleh berbohong?
d.         Menara Babel: Hubungan dan kerjasama dalam komunitas setelah bahasa diserakkan, bagimana kita bekerjasama dengan sesama.
e.          Perjanjian Allah kepada Abraham: Tujuan perjanjian ini bukanlah untuk pribadi, tapi demi kepentingan banyak orang.
f.           Hukum Taurat: 4 hukum pertama berbicara soal tanggung jawab kepada Allah, sedangkan 5 hukum berikutnya berbicara soal “social order” maupun “social concern” (Isu-isu Euthanasia, Suicide, Homicide, dll).
g.          Hubungan dengan bangsa-bangsa lain, kawin mengawinkan: Berbicara soal sexual ethics.
h.          Kasih kepada sesama, sabbat, dan soal budak di tengah-tengahmy: Berbicara soal social dan juctice concern, maupun ekologi.
i.            Pembebasan dari Mesir dan mengembara di padang gurun: Kehidupan itu bukanlah milik pribadi sehingga hidup bergantung pada pribadi, tapi milik Allah dan bergantung pada Allah. Manusia berusaha hidup mengontrol hidupnya daripada hidup dalam pemberi kehidupan.
j.           Memasuki tanah Kanaan: isu-isu etis dari “Pacifism” atau “A Just War”.
k.         Pada zaman Hakim-hakim: Dark Ages, isu-isu “Ethical and Religious Confusion”.
l.            Pada zaman Raja-raja: Isu-isu etis mengenai keadilan, pajak, dan budak, dan contoh-contoh kehidupan etis yang buruk dari Daud dan Batsyeba dan Uria, Ahab, Izebel, dan lain-lain.
m.        Kitab nabi-nabi kecil dalam pembuangan: Isu-isu dari “defective social ethics, social reformers, “new system ethic” di pembuangan dan isu-isu mengenai keadilan, belas kasihan, social relationship, dan politic ethic, dll.
n.          Kitab-kitab Puisi (Wisdom Literature): Isu-isu moral ethics, dialogue ethic (Ayub), dan “ethical dimensions”, “ethical worship” (Ibadah dan pelayanan yang etis, penyembahanku palin benar?) dan dialog iman dalam kitab Mazmur.7

Mempelajari etika dari dasar dari PL pada umumnya adalah “social ethics” dalam kehidupan iman dan penyembahan kepada Allah. Komunitas iman dalam PL adalah komunitas dalam etika sosial.


B. Perjanjian Baru

            Buku PB adalah juga buku etika dan sebagai kelanjutan dari etika PL diajarkan oleh Yesus Kristus maupun para rasul. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Kristus memberikan pengertian yang benar mengenai etika dalam PL sedangkan Paulus memberikan tafsiran yang benar mengenai etika dalam PL.8 Dalam mempelajari PB sebagai buku etika, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan:
1.       Perjanjian Baru dapat dikategorikan sebagai kitab hukum untuk meregulasi tindak tanduk manusia. Di sini Allah sebagai penuntun utama yang berwewenang.
2.       PB sebagai koleksi dari prinsip-prinsip moral universal. Kita mempelajari prinsip yang khusus tentang moral dari ajaran PB. Di sini ajaran Injil tidak kaku tetapi prinsip yang fleksibel.
3.       Menekankan keputusan etis dimana terdapat peranan Roh Kudus. Roh Kudus sebagai yang memimpin ke dalam etika yang dapat diterima.
4.       Menekankan pengambilan keputusan etis didasarkan kasih di tengah-tengah situasi yang sedang berlangsung. Di sini kasih menyediakan perlindungan yang cukup bagi mereka yang kontra terhadap kekerasan, ketidakadilan, pelanggaran moral dan hak asasi manusia. Di sini menekankan motivasi untuk menyenangkan hati Tuhan dalam pengambilan keputusan etis.
5.       Anugerah Allah dalam Yesus Kristus sebagai landasan etika Kristen. Stephen Mott menguraikan makna etika dalam hubungannya dengan anugerah Allah sebagai landasan dan tindakan etika Kristen9:
a.          Etika Kristen dilandasi oleh tindakan Allah dalam anugerahNya . Di sini anugerah Allah mempengaruhi tindakan orang percaya secara etis termasuk “social action” dengan kuasa RohNya. Etika Kristen adalah respon kita kepada anugerah Allah sehingga memperbaharui sikap hidup dan menjasi “imitators of God”, kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.
b.         Etika Kristen dilandasi oleh tindakan social dari anugerah. Artinya dalam kehidupan etis, orang percaya mempunyai tanggungjawab social, seperti yang dilakukan oleh Allah, demikian dilaksanakan orang Kristen. Karena Kristus telah berkorban bagi orang percaya di kayu salib, maka pengorbanan Kristus haruslah mewarnai hubungan kemanusiaan terhadap sesama dalam social action.
c.          Dalam aplikasi kehidupan etis orang percaya harus menciptakan komunitas etis dalam lingkungan orang percaya maupun orang tidak percaya. Namun komunitas etis orang percaya akan membawa dampak dalam komunitas orang yang tidak percaya.
d.          

1. Etika Yesus Kristus

            Jelas dalam pelayanan dan kehidupan Yesus orientasi etika Yesus adalah sosial. Dalam kitab Injil Sinoptis Ia menekankan soal pengampunan, materi, tanggungjawab kepada negara, pola hidup dalam komunitas, maupun tingkah laku dalam pribadi-pribadi. Teladan etis yang paling baik adalah teladan dari karakter Allah, orang Kristen harus menjadi sama seperti Kristus dalam etika dan ketaatanNya.
            Khotbah bukit adalah khotbah tentang etika yang berhubungan dengan hal-hal sosial, budaya, politis, dan ekonomi dalam masyarakat. Dan ini merefleksi etika dalam hukum Taurat dengan pengertian yang benar. Prinsip etika Yesus adalah prinsip ketaatan dan anugerah karena Ia bukanlah seorang yang legalistik tanpa praksis. Yesus tidak menolak tuntutan moral dari hukum Taurat, tetapi Ia menolaknya apabila itu tidak mewakili kehendak Allah. Itulah sebabnya Ia menggenapinya.
            Etika Yesus ditulis oleh Yohanes dengan menggunakan istilah etika yakni: kasih, kehidupan, terang, dan kebenaran. Demikian juga istilah ini digunakan dalam I, II, dan III Yohanes.

2. Etika dari Paulus

            Dalam surat-surat Paulus nampak prinsip-prinsip etika Kristen yang dibuatnya sebagai penuntun10:
1.       Dipraktekkan dengan melihat kondisi lingkungan Kristen dan non Kristen.
2.       Di antara komunitas gereja Kristen ia menggunakan istilah ketergantungan, gotong-royongdari jemaat sebagai anggota tubuh Kristus satu sama lain. Tujuannya untuk kepentingan bersama secara sosial.
3.       Standar nilai dan ukuran etis Paulus adalah “dalam Kristus” (in Christ) yang menjadi landasan dari etika dalam keluarga dan dalam pekerjaan.
4.       Sikap pengambilan keputusan etis harus ada dalam pimpinan Roh Kudus yang berbicara melalui hati nurani.
5.       Orang Kristen tidak boleh berkompromi dengan dunia dan tidak boleh menjadi penghalang bagi orang kafir untuk mengenal Yesus. Tindakan yang bijaksana harus diambil seperti mengenai makanan dan minuman dan penggunaan karunia-karunia.
6.       Hubungan suami-istri, tuan dan hamba, negara dan rakyat, melibatkan prinsip-prinsip spiritual dari tubuh Kristus dan kepala (Petrus juga memiliki prinsip etika ini). Prinsip ini begitu mendalam dan berhubungan dengan etika sosial dan etika politik dalam masyarakat yang harus diperhatikan orang percaya.
7.       Prinsip-prinsip etis kerja juga dinyatakan Paulus dalam mengadakan rekonsiliasi Onesimus dan Filemon.
8.       Sikap etis juga diajarkan Paulus untuk memelihara keindahan penyembahan, pelayanan, dan penggunaan karunia-karunia dalam jemaat. Dalam surat Korintus, Paulus dengan jelas, tegas dan mendetail mengenai hal ini. Di sini etika pelayanan dan ibadah mencerminkan kehidupan orang percaya yang hidup dalam anugerah dan disiplin Allah.
9.       Ketegasan sikap etis Paulus diwujudkan dalam penerapan disiplin terhadap pelanggaran moral.11

C. Perubahan Sosial dalam Sejarah PL dan PB dan Pendekatannya

            Dalam sejarah umat Allah di Perjanjian Lama nampak jelas adanya perubahan sosial yang terjadi mulai dari zaman penciptaan. Perubahan-perubahan sosial ini sangat jelas dan memberikan gambaran dan warna yang berbeda. Allah dalam PL ini turut berperan dan mengadakan pendekatan sosial dalam konteksnya. Krisis-krisis tentu terjadi juga dalam sepanjang perubahan sosial yang dialami oleh umat Israel. Para nabi dan raja juga mengambil bagian dalam menyuarakan suara kenabian di tengah-tengah krisis yang disebabkan perubahan sosial tadi. Bahkan hingga zaman Perjanjian Baru perubahan sosial itu terus berkesinambungan. Yesus dan para rasul mengambil bagian dalam mengadakan pendekatan dan rekonsiliasi sosial pada waktu itu.

 

1. Perubahan Sosial dalam PL dan Pendekatannya

            Dalam sejarah umat Allah di Perjanjian Lama perubahan sosial yang terjadi begitu menyolok. Namun kehadiran Allah dalam perubahan sosial menunjukkan kebijaksanaan Allah yang ajaib. Allah tetap dapat mendekati umatNya dalam kondisi sosial yang beragam.12
1.       Di taman Eden: primitif, agrikultura.
2.       Kejatuhan: kinship, pemburu, agrikultura.
3.       Menara Babel: peasant, peternak, agrikultura.
4.       Zaman Patriarkh: tribes/kesukuan, peternak, agrikultura.
5.       Zaman pengembaraan: pengungsi, peternak.
6.       Di tanah Kanaan: tribes/kesukaan, agrikultura.
7.       Zaman hakim-hakim: tribes/kesukaan, agrikultura.
8.       Zaman raja-raja: kesukuan, industru, politik.
9.       Zaman pembuangan: budak, industri, agrikultura, pluralisme, politik.
10.   Zaman kembali dari pembuangan: pluralisme, kesukuan, politik.
11.   Masa transisi: pluralisme, peternak, agrikultura, politik.

Allah mengadakan pendekatan yang berbeda-beda dalam kondisi sosial umat Israel yan berbeda pula. Allah menyediakan kepemimpinan yang berbeda dalam kondisi soscial dan lingkungan umat Israel yang berbeda.. Pendekatan Allah secara sosial budaya begitu kontekstual. Salah satunya adalah pendekatannya melalui Perjanjian yang diadakannya dengan umat Israel berbeda-beda, namun mengandung maksud tujuan yang sama.13

2. Perubahan Sosial dalam PB dan Pendekatannya

            Memasuki zaman Perjanjian Baru, dunia umat Allah mengalami banyak perubahan. Umat Israel harus menerima kenyataan bahwa orientasi dari partikularisme menjadi universalisme. Kekhususan umat Israel sudah berlalu dan diganti dengan komunitas bersama. Perubahan Ini nampak dalam beberapa hal sebagai perubahan sosial:
1.       Dari masyarakat Ibrani ke Yunani.
2.       Percampuran orang Yahudi dan orang Yunani, budaya majemuk.
3.       Di bawah jajahan Romawi.
4.       Dari hukum kepada anugerah.

Yesus Kristus

            Pendekatan Yesus Kristus terhadap perubahan social ini adalah melalui beberpa hal:
1.       Hukum Kasih.
2.       Menggenapi hukum Taurat.
3.       Khotbah bukit sebagai suara kenabianNya.
4.       PengorbananNya di kayu salib membawa perdamaian antara manusia dan Allah dan antara manusia dan manusia.
5.       Aksi social.
6.       Pendekatan budaya.
7.       Pendekatan ekonomi.

Rasul Paulus

            Pendekatan Paulus terhadap perubahan social dengan mengadakan perubahan social itu sendiri. Pendekatan Paulus lebih mengarah kepada rekonsiliasi atau pembaharuan hubungan sosial antara orang Yahudi dan Yunani, budak dan orang merdeka, orang Barbar dan Skit. Paulus mengadakan beberapa pendekatan untuk “social renewal”:
1.       Analogi yang digunakan: Tubuh Kristus.
2.       Sakramen Baptisan: dibaptis dalam satu tubuh.
3.       Pernyataan Paulus: tidak orang Yunani maupun Yahudi, Barbar atau Skit, budak atau orang merdeka.
4.       Istilah “Agape”: digunakan Paulus dalam membedakan etika Kristen dan etika non-Kristen. Nilai “Agape” adalah standar nilai etis yang paling utama (I Korintus 13).14
5.       Etika pembebasan: gaya rasul Paulus yang transformatif sebagai landasan dari pembebasan hak, social renewal, dan justice support.15
6.       Tanggungjawab hukum dan politik: mentaati hukum, membayar pajak, dll.16
7.       Etika moral Paulus: Paulus menggunakan istilah “sarx” dan “pneuma”. Kedua hal ini merupakan kontras antara moral dan immoral.17

Diskusi

1.       Pilihlah salah satu kitab dalam PL (Kitab Nabi Kecil atau Nabi Besar), temukanlah isu-isu sosial yang dihadapi oleh nabi-nabi tersebut dan bagaimana sikap etika Yudaisme dari nabi tersebut dan implikasi etika sosial Kristen untuk masa kini!
2.       Pilihlah salah satu kitab mulai dari Kitab Roma, temukan isu-isu social yang dihadapi oleh gereja-gereja dalam konteksnya dan bagiamana sikap etis Kristen Paulus dan apa implikasi untuk masa kini!


1 William M. Tillman, Jr mengutip John Hempel dalam Understanding Christian Ethics (1988), p.35-36.
2 Ibid., Tillman, p.36.
3 Walther Eichrodt,Theology of the Old Testament Vol.2. (Philadelphia: Wesminster, 1967), p.316-317.
4 James Muilenburg, The Ways of Israel: Biblical Faith and Ethics (Nashville: Abington Press, 1956), p.45.
5 J. Verkuyl, Etika Kristen Umum (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), p.10-15.
6 Ibid., Tillman, p.38-41.
7 Ibid., Tillman, p.41-57.
8 Dua istilah yang digunakan di sini mengenai “Yesus memberikan pengertian yang benar” dan “Paulus memberikan tafsiran yang benar”, adalah istilah yang digunakan oleh Dietrich Kuhl dalam diktat Pengantar Perjanjian Lama (1988). Kedua istilah ini diterjemahkan kembali yang dihubungkan dengan etika dalam PL dan PB oleh penulis.
9 Ibid., Mott, p.22-37.
10 Ibid., Tillman, p.59-71.
11 Gerald Harris, The Beginnings of Church Discipline dalam Understanding Paul’sudah Ethics oleh Brian S. Rosner, Editor (Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company , 1995), p.129. Menurut Harris, tindakan disiplin Paulus ini sebagai usaha untuk mengontrol hubungan sosial dalam jemaat yang lazimnya dipraktekkan dalam gereja mula-mula.
12 Makmur Halim, Theologia Kontekstualisasi (Malang: Diklat Mata Kuliah M.Th. STT-Institut Injil Indonesia, 1999), p.61-85.
13 Ibid., 45-46.
14 Ibid., Gardner, p.84-91.
15 Ibid., Gardner, p.77-83.
16 Ibid., Gardner, p.68-74.
17 R.E.O. White, Biblical Ethics (Great Britain: The Paternoster, 1979), p.134.

No comments:

Post a Comment

Misi Kristus Sedunia

PELAJARAN SEKOLAH MINGGU

  TANGGAL   PELAJARAN SEKOLAH MINGGU KATEGORI Babak pertama        ...