Wednesday 19 July 2017

3-T : Tuhan Turun Tangan

Tuhan Turun Tangan Kalau Kita Mengangkat Tangan - Keluaran 17:8-15

Surabaya, Kamis 19 Juli 2017 
PS. Eko Basuki, M.Pd.K

Shalom,
Kita baru saja menyelesaikan kepercayaan Tuhan dalam pelayanan ibadah persekutuan hamba-hamba Tuhan dan KKR Kaum Wanita yang berlangsung selama satu minggu dan kegiatan ini sangat diberkati Tuhan. Namun ini tidak dapat dijadikan alasan bagi kita untuk santai kemudian istirahat tidak beribadah karena tugas sudah berakhir sebab kita masih menghadapi pekerjaan rohani lebih besar yang membutuhkan ketekunan dan doa.
Sama seperti bangsa Israel yang dibebaskan dari
perbudakan Mesir oleh Tuhan dengan tangan-Nya yang kuat menuju negeri perjanjian (Kanaan) yang penuh dengan air susu dan madu, mereka harus menyeberang Laut Teberau di bawah kejaran pasukan berkuda dari Mesir (Kel. 14:23-27). Banyak pengalaman dialami bangsa Israel selama berada di padang gurun, mereka pindah dari satu tempat persinggahan ke tempat persinggahan yang lain; belum lagi meng-hadapi rintangan besar yang menghalangi perjalanan mereka yaitu perang melawan Amalek – suku bangsa pengembara anak Elifas (keturunan Esau) dengan Timna, gundiknya (Kej. 36:12). Kita tahu Esau pernah menjual hak kesulungannya kepada Yakub demi semangkuk masakan kacang merah (Kej. 25:34).
Orang Amalek mempunyai sifat jahat, galak, suka menindas, bengis dan suka berperang (1 Sam. 15:18,33; Hak. 10:12). Bukankah perjalanan kekristenan kita menuju Yerusalem Surgawi juga menghadapi banyak musuh baik dari luar maupun dari diri sendiri (sifat kedagingan; Gal. 5:19-21) yang menghalangi kita? Perhatikan, kita tidak mampu mengalahkan musuh-musuh kita dengan kekuatan atau kemampuan sendiri meskipun kita kuat, pandai,kaya, berkedudukan dsb. kecuali Tuhan menolong kita.
Apa rahasia kemenangan Israel atas Amalek (Kel. 17:8-13) yang juga harus menjadi kemenangan bagi kita?

1. Kehidupan yang siap perang
“Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim (rests, stays, resting places = beristirahat, tempat beristirahat). Musa berkata kepada Yosua: “Pilihlah orang-orang bagi kita lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku.” (ay. 8-9)
Pada saat Israel beristirahat dan berkemah setelah perjalanan cukup jauh, Amalek menyerang Israel. Strategi perang Amalek ialah menyerang pertahanan bagian belakang. Amalek sendiri berarti ‘dweller in a valley’, bangsa yang senang hidup di lembah dan ingin agar orang lain juga berada di tempat yang sama seperti mereka – lembah penyesalan, lembah putus asa, lembah kehancuran, lembah menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain. Menghadapi hal-hal semacam ini kita harus berjaga-jaga dan siap berperang seperti nasihat Rasul Petrus dalam suratan 1 Petrus 5:8, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” Waspada, Iblis adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran (Yoh. 8:44). Untuk itu kita perlu memakai seluruh perleng-kapan senjata Allah melawan penguasa dan penghulu dunia yang gelap ini juga roh-roh jahat di udara (Ef. 6:12-13).
Harus diakui saat kita berada di zona nyaman di mana semua berjalan mulus, kita tidak mau berjaga-jaga/bergumul dan berdoa. Di situlah kita menjadi lengah sehingga musuh datang untuk menyerang seperti pernah dialami Daud saat pasukannya serta raja-raja lain maju berperang, Daud beristirahat dan berjalan-jalan di atas sotoh istana berakibat jatuh dalam perzinaan karena mengambil Batsyeba, istri Uria, menjadi istrinya setelah membunuh Uria denganmemakai tangan orang lain (2 Sam. 11:1-4, 27). Apa yang dilakukan Daud adalah jahat di mata Tuhan!
Implikasi: bila kita tidak ingin jatuh dalam dosa, kita harus selalu siap berperang dan tetap berjaga-jaga serta bergumul di bawah komando langsung dari Tuhan seperti Musa berdiri di puncak bukit memegang tongkat Allah.
2.   Berserah sepenuh kepada Tuhan
“Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit. Dan terjadilah apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek.” (ay. 10-11)
Dalam hukum perang, seorang yang mengangkat tangan di hadapan musuh menunjukkan tanda menyerah. Demikian pula saat Musa mengangkat kedua tangannya – berarti dia merasa tidak mampu menghadapi Amalek – Tuhan ganti berperang melawan Amalek.
Bukti kehidupan yang menyerah sepenuh kepada Tuhan ialah ‘bila kita mengangkat tangan, Tuhan akan turun tangan’. Mengangkat tangan juga berarti berada di pihak Allah; kalau Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita (Rom. 8:31)?Kenyataannya, kita sering kalah dalam perang menghadapi masalah sebab kita menghadapinya dengan kekuatan dan kemampuan sendiri tanpa melibatkan Tuhan. Itu sebabnya Rasul Paulus menuliskan agar orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci tanpa marah maupun perselisihan (1 Tim. 2:8). Ingat, doa bagaikan napas kehidupan, jika kita tidak mau berdoa kita akan mengalami kematian rohani padahal aktivitas dalam Kerajaan Surga nanti ialah tak henti-hentinya doa dinaikkan dalam penyembahan (Why. 4:8).
3.   Ada kerja sama (Musa, Harun dan Hur)
“Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya supaya ia duduk di atasnya. Harun dan Hur menopangkedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam.” (ay. 12)
Musa sebagai pemimpin bisa saja merasa lelah apalagi menghadapi peperangan besar sehingga dia perlu ditopang oleh Harun dan Hur dalam kesatuan kerja sama dengan masing-masing menempati posisi berbeda.
Implikasi: tugas pekerjaan besar hanya akan berhasil kalau dilakukan bersama-sama dalam kesatuan sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak namun semua anggota meskipun banyak merupakan satu tubuh; demikian pula Kristus (1 Kor 12:12). Tubuh akan terlihat indah kalau masing-masing anggota menempati posisinya dengan benar. Kita sebagai anggota Tubuh Kristus harus menempati posisi yang sudah Tuhan tetapkan tanpa perlu iri hati atau mengingini kedudukan orang lain.
Musa duduk di atas batu sehingga posisinya menjadi kukuh. Batu merupakan landasan kuat dan tidak mudah tergoyahkan, menunjuk pada pribadi Kristus sendiri (1 Ptr. 2:4).
4.   Ada Firman Allah bagaikan mata pedang
“Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang.” (ay. 13)
Pedang menggambarkan Firman Allah yang hidup dan kuat serta lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun (Ibr. 4:12) untuk menghadapi sifat Amalek/kedagingan yang begitu jahat. Firman Allah – Pribadi Allah sendiri – berkuasa menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim. 3:16).
5.  Ada ucapan syukur (ay. 14-16)
Sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan yang memampukan Musa mengalahkan Amalek dan menghapus ingatan kepada Amalek dari kolong langit, Musa membangun mazbah dan menamainya“TUHANlah panji-panjiku!”
Jelas Musa mengakui dan mengucap syukur bahwa kemenangan itu semata mata dari Tuhan.
Tuhan menjanjikan kemenangan atas segala permasalahan juga atas musuh yang bersifat ‘kedagingan’ tidak dapat menghalangi perjalanan rohani kita menuju Yerusalem Surgawi asal kita berserah sepenuh serta mengandalkan kekuatan dari-Nya. Ingat, Tuhan turun tangan kalau kita angkat tangan. Amin.


No comments:

Post a Comment

Misi Kristus Sedunia

PELAJARAN SEKOLAH MINGGU

  TANGGAL   PELAJARAN SEKOLAH MINGGU KATEGORI Babak pertama        ...