Sejarah Sekolah Minggu
Sekolah minggu merupakan kegiatan
bersekolah yang diadakan pada hari minggu didalam gereja yang ditujukan untuk
anak-anak. Banyak denominasi gereja yang mengajarkan
pelajaran keagamaan di dalam Sekolah Minggu. Bisa dikatakan sekolah minggu
adalah wadah pendidikan anak-anak Kristen. Tujuan akhir dari sekolah
minggu sendiri ialah menjadikan anak-anak berakhlak mulia (moral yang baik)
sesuai dengan ajaran Kristus (Alkitab).
Apabila melihat lebih jauh kedalam
tentang sejarah sekolah minggu sesungguhnya embrio pendidikan anak telah ada
sejak zaman PL. Pengajarannya dimulai di lingkungan keluarga orang yahudi pada
zaman Musa (Ul. 6:4-7). Tujuannya pun juga sama dengan gagasan yang muncul
dalam benak Raikes pada waktu revolusi industry di Inggris
terjadi.
Dimana pada waktu itu merupakan masa
transisi dari tenaga manusia ke tenaga mesin uap. Masa ini memaksa anak-anak
meninggalkan bangku sekolah hanya untuk bekerja dengan gaji yang sangat minim.
Sehingga hal itu membuat aklhak anak-anak menjadi rusak karena orang
tuapun juga sibuk dengan mencari nafkah. Justru dalam kondisi yang
memprihatinkan ini tangan Tuhan bekerja dengan luar biasa sehingga tercipta
sejarah sekolah minggu.
A. Embrio Sekolah Minggu
Sebelum muncul istilah sekolah minggu
pendidikan anak sudah berjalan sejak zaman PL. Embrio sekolah minggu itu
sudah nampak dalam Ul. 6:4-6 yang bisa dikatakan sebagai dasar pendidikan anak.
Menurut ALkitab pendidikan anak pada masa Musa itu sepenuhnya dilakukan dalam
lingkungan keluarga. Sejak sebelum usia 5 tahun anak telah dididik oleh
orang tuanya untuk mengenal Allah Yahweh.[1]
orang tuanya untuk mengenal Allah Yahweh.[1]
Pada masa pembuangan di Babilonia (500
SM), ketika Tuhan menggerakkan Ezra dan para ahli kitab untuk membangkitkan
kembali kecintaan bangsa Israel kepada Taurat Tuhan, maka dibukalah tempat
ibadah sinagoge dimana mereka dapat belajar Firman Tuhan kembali, termasuk
diantara mereka adalah anak-anak kecil. Orangtua wajib mengirimkan anak-anaknya
yang berusia di bawah 5 tahun ke sekolah di sinagoge. Di sana mereka dididik
oleh guru-guru sukarelawan yang mahir dalam kitab Taurat. Anak-anak
dikelompokkan dengan jumlah maksimum 25 orang dan dibimbing untuk aktif
berpikir dan bertanya, sedangkan guru adalah fasilitator yang selalu siap sedia
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.[2]
Ketika orang-orang Yahudi yang dibuang
di Babilonia diizinkan pulang ke Palestina, mereka meneruskan tradisi membuka
tempat ibadah sinagoge ini di Palestina sampai masa Perjanjian Baru. [3] Pada
masa Perjanjian Baru tradisi ini juga masih berjalan dan Yesus juga pernah
menikmati pengajaran didalam Sinagoge. Bahkan pada masa rasul-rasul, tradisi
pendidikan anak masih tetap berlangsung (1 Timotius 3:15). Namun proses
pendidikan anak perlahan-lahan tidak lagi dipusatkan di Sinagoge tetapai sudah
mulai di gereja tempat jemaat berkumpul.[4]
Dari berbagai sumber yang ada terlihat jelas bahwa embrio sekolah minggu sudah
ada sejak masa PL maupun PB. Hanya saja karena adanya pergeseran decade maka
pendidikan anak mulai tersisih.
B. Lahirnya Sekolah Minggu
Pra-Sekolah Minggu
Berawal dari perkembangan teknologi yang menyebabkan pergeseran tenaga
kerja manusia ke tenaga mesin uap. Penemuan mesin uap yang seharusnya
menjadi dampak yang positif ternyata justru sebaliknya. Mungkin bagi para
pengussaha hal ini merupakan dampak yang positif namun bagi kaum miskin menjadi
suatu dampak yang negatif.
Masa perkembangan ini lebih dikenal
dengan istilah “Revolusi Industri” dan revolusi ini berpusat di Inggris pada
pertengahan abad ke-18. Revolusi industri memaksa para orang tua bekerja
mati-matian untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Dan yang lebih menyedihkan
ialah anak-anak terpaksa meninggalkan zona yang semestinya mereka berada yaitu
sekolah. Karena kebutuhan ekonomi akhirnya para anak-anak bekerja di
pabrik-pabrik dengan upah yang minim. Mereka kehingan masa-masa yang seharusnya
mereka bisa bercanda dan bermain bersama keluarga dan teman.
Tentunya hal ini melahirkan tingkat
criminal di Inggris terus meningkat yang sangat mempengaruhi generasi bangsa.
Akan tetapi pada waktu itu perintahan di Inggris hanya terfokus pada
pemberantasan dan memberikan hukuman tanpa mencari tahu penyebab utamanya.
Padahal penyebab utamanya ialah tidak adanya pendidikan anak yang layak. Karena
pendidikan anak itu sangatlah penting untuk perkembangan moral dan intelektual
bagi si anak itu sendiri.
Dan ini membuat hati seorang
wartawan media cetak di Gloucester Inggris tergerak untuk
menyelesaikan masalah ini. Ia adalah “Robert Raikes”. Awalnya ia hanya terfokus
pada para narapidana yang dipenjara. Karena terlalu tinggi tingkat kriminalnya
menyebabkan penjara itu penuh. Raikes mengambil langkah dengan cara melakukan
pendekatan langsung dan ia juga mengambil beberapa persen hasil penjualan
korannya untuk biaya para narapidana. Bagi Raikes narapidana
di Gloucester ini adalah korban atas revolusi industri.
Tidak hanya itu saja yang dilakukan oleh
Raikes akan tetapi ia juga melakukan Kritik kepada pemerintah melalui surat
kabar yang dicetaknya. Bahkan Adam Smith “rasul” Kapitalisme juga meluncurkan
kritikan terhadap pemerintah Inggris. Dalam karangannnya yang termasyhur yaitu
“An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nation”, ia
berdalil bahwa kekayaan Inggris terdiri atas tenaga kerja dan bukan
beratnya emas dan juga tidak pada kekayaan yang berporos pada sejumlah
hektar lahan yang dimilkinya. Kata Smith “setiap orang cenderung mencari
keuntunganya sendiri”.[5]Namun
usahanya tetap tidak di perhatikan oleh pemerintah.
Akan tetapi usaha Robert Raikes ini
membuahkna hasil meskiun tidak maksimal. Yaitu ada beberapa narapidana yang
keluar telah bertobat, tapi hal itu belum menyelesaikan masalah. Karena inti
masalahnya belum diketahui.
Berdirnya Sekolah Minggu
Hingga suatu hari Rakes menemukan
masalah utamanya yaitu pendidikan anak. Hal ini berawal ketika hari minggu
Raikes sedang dikantor dan melihat anak-anak yang rebut dari jendela kantonya.
Waktu Raikes terkejut karena kelakuan mereka sangatlah buruk dan suka mengolok
teman.[6] Dari
kejadian ini Tuhan menunjukkan kepada Raikes apa yang mesti dilakukan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi di Inggris. Akhirnya munculah gagasan
Raikes untuk memberikan pengajaran bagi mereka. Namun karena kesibukan Raikes
kesulitan untuk mengajarkan mereka.
Namun rasa yang iba setelah melihat para anak-anak berkerja selama 6 hari
dengan gaji yang minim telah menjadi motivasi yang kuat. Karena kuatnya
motivasi ini membuat Raikes memiliki gagasan untuk membayar seorang ibu
Meredith di kota Scooty Alleyuntuk mendidikan beberapa
anak di sekolah sederhana Raikes. Awalnya anak-anak
diajarkan sopan santun, kebersihan, membaca, menulis, dan sebagainya.
Perkembangan selanjutnya mulai diajarkan ajaran-ajaran Alkitab. Namun guru itu akhirnya menyerah karena tidak mampu mengajar mereka. Tapi
muncullah seorang guru yang ke-2 yang bernama Ibu Crithchey. Ia lebih pintar
dan jabatan guru turun temurun terus.
Aturan pun akhinya dibuat pelajaran
dimulai jam 10:00 – 12:00 pulang makan siang dan pukul 13:00 – 17:00
pelajaran dilanjutkan kembali. Ternyata hasilnya positif jumlahnya semakin
meningkat dan moral mereka semakin membaik. Dalam pengajarannya Raikes lebih
menekankan pada moral atas dasar Alkitab.
Akhirnya Raikes membuatnya di gereja
“Saint Mary de Crypt”. Dan teman Raikes yang bernama Thomas Stock, pendeta
“Saint John the Baptist” yang merangkap jabatan kepala sekolah Katedral
di Gloucester, menjelaskan bahwa gagasan dan pendirian sekolah minggu
pertama terjadi didalam jemaatnya sendiri sebagai usaha kerja sama antara ia
dengan Raikes. Demikianlah isi surat yang dikirmnya di surat kabar.[7]
Sekolah minggu yang telah berkembang ini
mendapat kecaman keras dari para pengusaha karena mereka takut kalau buruhnya
akan pergi dari pabriknya. Meraka juga mencari-cari kesalahan dengan jalan
bahwa Raikes bukan orang saleh karena ia bekerja di hari sabat. Namun Raikes
telah menepisnya dengan ayat Firman Tuhan (Mrk.2:28 ; Mat. 12:12).[8]
Namun hal itu tidak menyurutkan usaha Raikes untuk lebih mengembangkan
Sekolah minggu. Salah satu langkah Raikes ialah dengan surat kabarnya. Dan akhirnya sekolah minggu justru semakin berkembang. Dalam waktu empat tahun
sekolah yang diadakan pada hari Minggu itu semakin berkembang bahkan ke
kota-kota lain di Inggris. Dan jumlah anak-anak yang datang ke sekolah hari
minggu terhitung mencapai 250.000 anak di seluruh Inggris.
Ketika Robert Raikes meninggal dunia tahun 1811, jumlah anak yang hadir di
Sekolah Minggu di seluruh Inggris mencapai lebih dari 400.000 anak. Gerakan di
Inggris ini akhirnya menjalar ke berbagai tempat di dunia, termasuk
negara-negara Eropa lainnya dan ke Amerika.[9]
Namun
yang lebih mengesankan ialah angka kejahatan di Inggris menurun drastis dan hal
inilah yang menyebabkan usaha Raikes ini mendapat dukungan yang banyak dari
masyarakat.
C. Tokoh Sekolah Minggu “Robert Raikes”
Robert Raikes (lahir 14 September 1736 – meninggal 5 April 1811 pada umur 74 tahun) adalah seorang
dermawan Inggris yang dikenal sebagai bapak pendiri Sekolah minggu. Ia lahir di
Gloucester pada 1736, anak sulung dari Mary Drew dan Robert Raikes seorang
penerbit surat kabar. Dia dibaptis pada tanggal 24 September 1736 di gereja St.
Mary de Crypt di Gloucester. Pada 23 Desember 1767 dia menikah dengan “Anne Trigge” dari keluarga
yang sangat terhormat, dan dikaruniai tiga anak laki-laki dan tujuh anak
perempuan.
Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di
sekolah milik Gereja St. Mary de Crypt tempat ia dibaptiskan. Setelah lulus
pendidikan dasar, pada usia empat belas tahun ia melanjutkan studi di sekolah Katedral
Gloucester. Suasana sekolah ini begitu ketat. Anak-anak dididik dengan
kurikulum yang klasik. Pada pukul enam pagi, mereka mengawalinya dengan ibadah.
Ibadah dimulai dengan pembacaan mazmur, doa, renungan, dan nyanyian rohani. Di
sekolah ini, para murid dituntut menguasai beberapa bahasa, antara lain bahasa
Yunani, Latin, dan Prancis.
Setelah menyelesaikan pendidikan di
Katedral Gloucester, Raikes tidak melanjutkan pendidikannya. Ia lebih tertarik
pada pekerjaan yang digeluti ayahnya di bidang percetakan. Pada 1757 ia
diwariskan perusahaan milik ayahnya yakni Gloucester Journal. Karena
kemampuannya di bidang penerbitan dan percetakan, pada usia 21 tahun, ia telah
mengambil alih seluruh urusan yang berkaitan dengan penerbitan Gloucester
Journal.
Robert Raikes dikenal sebagai penggagas
sekolah minggu. Pada abad 18, Inggris sedang dilanda krisis ekonomi yang sangat
parah sebagai akibat Revolusi
Industri. Robert Raikes melihat banyak anak-anak yang harus menjadi tenaga kerja di
pabrik-pabrik sebagai buruh kasar, dan bekerja enam hari dalam seminggu, yaitu
pada hari senin hingga sabtu. Hari minggu mereka libur. Karena hanya pada hari
minggu saja mereka bisa beriang gembira, sehingga pada hari minggu mereka
menjadi liar. Kebanyakan mereka menghabiskan uang penghasilan mereka dengan
hal-hal yang tidak berguna seperti minum minuman keras.
Melihat keadaan itu Robert Raikes
bertekad untuk mengubah keadaan. Ia kemudian memulai sekolah minggu ini di
dapur Ny. Mederith di kota Scooty Alley pada Juli 1780. Di sana selain mendapat
makanan, anak-anak itu juga diajarkan sopan santun, membaca, dan menulis.
Menurut Raikes buku pelajaran yang terbaik yang bisa dipakai adalah Alkitab. Dalam dua tahun,
sekolah minggu dibuka di beberapa sekolah dan di sekitar Gloucester. Raikes
kemudian mempublikasikan sekolah minggu melalui Gentleman's Magazine, dan juga
Arminian Magazine pada 1784. Akhirnya atas bantuanJohn
Wesley (pendiri Gereja Methodis), kehadiran
sekolah minggu diterima juga oleh gereja, mula-mula oleh Gereja Methodis,
akhirnya gereja-gereja Protestan lain. Pada tahun 1831, sekolah minggu di
Inggris telah mengajar 1.250.000 anak, sekitar 25 persen dari populasi.[10]
D. Perkembangan Sekolah Minggu
Melihat keberhasilan Raikes, gereja
kemudian mengambil alih model pelayanan itu menjadi pekabaran Injil. Di abad
ke-20 muncul bahan mengajar pelajaran sekolah minggu yang berjenjang, dan mulai
terjadi pergeseran dari maksud utama untuk pekabaran Injil menjadi ajang
pembinaan. Gereja memakai pembinaan ini menjadi alat yang efektif dalam
mengarahkan anak-anak kepada Kristus.
Akhir abad ke-19 sampai awal ke-20,
muncul kesadaran untuk menangani Sekolah minggu secara lebih professional. Ilmu
pendidikan mulai diterapkan. Pada tahun 1922 berdirilah “Internasional Sunday
School Council of Religious Education”, yang pada tahun 1924 berubah nama
menjadi “The Internasional Council of Religious Education”. Dengan berdirinya
ke 2 lembaga tersebut, Sekolah minggu menjadi semakin maju, dengan teori-teori
pendidikan yang modern, yang lebih berpusat pada anak dan bukan lagi berpusat
pada guru.[11]
Kesimpulan
Berawal dari revolusi Industri yang
membuat pola hidup di Inggris berubah drastis. Dari tenaga kerja manusia dan
hewan manjadi tenaga mesin. Hal ini menimbulkan masalah bagi kaum buruh yang
mengakibatkan para anak-anak tidak bisa bersekolah. Sehingga mereka mengalami
kemerosotan moral.
Dari peristiwa inilah Raikes memilki
gagasan untuk memperbaiki moral mereka. Karena telah terjadi peningkatan
krimanalitas di Inggris. Dan untuk menyelesaikannya Raikes membuat sekolah
minggu dengan dasar pengajarannya dari Alkitab. Sekolah minggu itu akhirnya
berhasil merubah pola hidup mereka yang kurang bermoral.
Akhirnya Sekolah Mnggu itu terus
dikembangkan di gereja-gereja berbagai denominasi. Sampai sekarang sekolah
menjadi dasar fondasi hirarki sebuah gereja.
[1] G:\PEPAK _ Pustaka _ Sejarah Sekolah
Minggu.htm
[2] G:\sejarah-sekolah-minggu.html
[3] www.wikipedia-indonesia /sejarah sekolah minggu.com
[4] www.wikipedia-indonesia/sejarah sekolah minggu.com
[5] Boehlke R Robert, Ph.D. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan
Agama Kristen. Penerbit PT BPK GUNUNG MULIA. Cetakan ke-3 2005. Hal377
[6] Boehlke R Robert, Ph.D. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan
Agama Kristen. Penerbit PT BPK GUNUNG MULIA. Cetakan ke-3 2005. Hal 383
[7] Boehlke R Robert, Ph.D. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan
Agama Kristen. Penerbit PT BPK GUNUNG MULIA. Cetakan ke-3 2005. Hal 385
[8] Boehlke R Robert, Ph.D. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan
Agama Kristen. Penerbit PT BPK GUNUNG MULIA. Cetakan ke-3 2005. Hal 392
[9] www.wikipedia-indonesia/sejarah sekolah minggu.com
[10] www.wikipedia-indonesia/Robert Raikes.com
[11] Pdt. Drs. Lie Paulus.Mereformasi Sekolah Minggu.penerbit ANDI offset,
cetakan ke-6 2006 hal111-110
No comments:
Post a Comment