Tuesday 8 November 2022

Pelajaran 03 - NATUR DOSA

 Nama Kursus: Manusia Dan Dosa

Nama Pelajaran: Natur Dosa

Kode Pelajaran: MDD-P03


Pelajaran 03 - NATUR DOSA


Daftar Isi

A. Pandangan Umum tentang Dosa

B. Pandangan Alkitab tentang Sifat-Sifat Dosa

C. Sifat Universalitas Dosa

 1. Relasi dengan Diri Sendiri

 2. Relasi dengan Orang Lain

 3. Relasi dengan Setan

 4. Relasi dengan Allah

D. Macam-macam Dosa

 1. Tujuh Macam Dosa Maut

 2. Dosa dalam Perjanjian Baru

 3. Dosa menurut Pembedaannya

E. Transmisi dan Hukuman Dosa

 1. Transmisi Dosa

 2. Hukuman Dosa


 

DOA

 

 

NATUR DOSA


Sebelumnya telah dijelaskan dalam Pelajaran 2, bahwa dosa yang diperbuat Adam telah mengakibatkan adanya perubahan status/kedudukan manusia, dari yang "tidak berdosa" menjadi "berdosa". Sejak jatuh dalam dosa, status manusia telah bergeser jauh dari yang ditetapkan oleh Allah. Pergeseran inilah yang kemudian menjadi sumber dari segala macam dosa. Sejak saat itu, manusia tidak dapat lari dari kenyataan tentang adanya dosa. Dosa telah masuk dalam seluruh kehidupan manusia dan memberikan dampak yang buruk dalam keseluruhan aktivitas manusia.


A. Pandangan Umum tentang Dosa


1. Teori Dualistis. Ini adalah teori Gnostisisme yang menganggap kebaikan dan dosa adalah dua eksistensi yang berjalan paralel yang bersifat kekal. Jadi, para penganut teori ini pada dasarnya meyakini bahwa dunia ini diperintah oleh dua kekuatan, yaitu roh dan materi; baik dan buruk; terang dan gelap, dan keduanya terus-menerus saling berperang.


2. Teori yang mengatakan bahwa dosa adalah kurangnya hal-hal penting dalam hidup. Dosa adalah eksistensi yang tidak dapat dihindari, karena manusia pasti punya keterbatasan, kelemahan dan ketidaksempurnaan. Jadi dosa adalah akibat dari keterbatasan manusia.


3. Teori yang mengatakan bahwa dosa adalah ilusi. Dosa adalah ketidakcukupan pengetahuan manusia, khususnya yang didapat manusia melalui panca indra. Oleh karena itu, panca indra menjadi alat dosa.


4. Teori bahwa dosa adalah kesadaran kebutuhan akan Allah. Bahwa di dalam diri manusia ada suatu tempat yang kosong dan hanya Allah yang bisa mengisinya. Jika manusia tidak menyadari akan kebutuhannya tersebut, maka ia akan merasa bersalah dan berdosa.


5. Teori bahwa dosa hanyalah mencakup tindakan saja. Pada umumnya manusia melihat perbuatan salah sebagai apa yang dilakukan atau tidak dilakukan saja, tetapi tidak sebagai apa yang dipikirkan seseorang.


6. Teori bahwa dosa adalah ketamakan. Bahwa pada dasarnya semua dosa dipicu oleh nafsu ketamakan atau keserakahan manusia untuk memiliki lebih dari apa yang ia miliki.


7. Teori bahwa dosa adalah kecenderungan natur manusia yang lebih rendah menuju pada kesadaran moral yang lebih tinggi (pengaruh Teori Evolusi).


B. Pandangan Alkitab tentang Sifat-Sifat Dosa


1. Dosa tidak memiliki eksistensi yang independen.


Dosa bukanlah suatu esensi atau substansi diri manusia (tidak tercipta bersama penciptaan manusia), tapi suatu "kejadian kecelakaan" yang menyebabkan kecacatan dalam diri manusia yang mulanya baik. Agustinus menyebutnya sebagai "Privatio Boni" (hilangnya kebaikan). Dosa tidak mengubah esensi tapi mengubah arah hidup manusia. Struktur gambar Allah (esensi yang Allah karuniakan kepada manusia) masih ada, tetapi tidak lagi memberikan fungsi yang seharusnya, bahkan menyimpang dari fungsi yang telah ditentukan Allah, sehingga berbalik dipakai untuk menentang Allah.


2. Dosa adalah jenis kejahatan yang sangat spesifik.


Dosa adalah kejahatan moral yang aktif karena manusia adalah makhluk berakal, sehingga dosa yang dilakukannya merupakan pilihan manusia sendiri (sengaja). Oleh karena itu, dosa menghasilkan permusuhan aktif dengan Allah.


3. Dosa memiliki sifat mutlak.


Tidak ada keadaan yang netral antara baik dan jahat. Jika seseorang tidak dalam status yang benar, ia pasti ada di posisi yang salah, karena tidak ada pilihan lain di antaranya. Oleh karena itu, Alkitab selalu mengajak orang berdosa berbalik dari statusnya yang berdosa. Artinya, posisi manusia yang berdosa harus diubah secara total.


4. Dosa selalu memiliki hubungan dengan pelanggaran akan kehendak Allah.


Bahkan untuk orang yang belum mengenal Allah, dosa merupakan pelanggaran akan norma-norma yang telah Allah tulis dalam hati manusia (Roma 2:14-16). Oleh karena itu, akibat dari dosa adalah pemisahan dari Allah.


5. Dosa mencakup kesalahan dan pencemaran.


Kesalahan Adam telah mencemari seluruh manusia. Hal itu tidak dapat disingkirkan lagi karena tindakan tersebut terkait dengan status Adam sebagai orang yang berdosa. Oleh karena itu, semua umat manusia yang dilahirkan dari Adam sudah membawa natur yang telah tercemar/rusak. Selain itu, pencemaran dosa juga melekat pada dosa perbuatan. Perbuatan dosa sering menghasilkan kebiasaan dosa, kebiasaan dosa selanjutnya menyebabkan bentuk kehidupan yang penuh dosa.


6. Dosa menempati kedudukan dalam hati.


Dosa mengendap di hati manusia, karena hati adalah sumber/pusat dari segala sesuatu yang terjadi dalam hidup manusia. Oleh karena itu, dari hati dosa menyebar ke seluruh pikiran, kehendak, perasaan dan ke seluruh tubuh manusia. Beberapa ayat Alkitab yang menunjukkan hati sebagai pusat adalah: Amsal 4:23 ; Yeremia 17:9 ; Matius 15:19 ; Lukas 6:45b.


7. Dosa tidak hanya mencakup tindakan tetapi juga pikiran


Dalam hal ini dosa berawal dari pikiran, lalu menimbulkan keinginan (hati), selanjutnya dinyatakan lewat tindakan. Hukum Allah sendiri mengatakan bahwa dosa bisa mencakup pikiran sebagaimana juga ucapan atau perbuatan, sebagaimana tercantum dalam Hukum Taurat yang ke sepuluh (Keluaran 20:17). Lalu pernyataan tersebut diulangi Yesus dalam Perjanjian Baru (Matius 5:28), juga Paulus dalam Galatia 5:16,17; 24, yang disebut sebagai "keinginan daging".


8. Dosa berakar dari kesombongan


Akar dosa adalah kesombongan. Berawal dari kejatuhan malaikat yang kemudian menjadi setan, setan pun menggoda Hawa supaya memiliki kesombongan yang sama dengannya (Kejadian 3:5). Kesombongan merupakan dosa yang mendasari semua dosa lain karena pada dasarnya dosa berarti keinginan untuk mandiri dan menolak untuk mengakui ketergantungan total kepada Allah.


9. Dosa biasanya berkedok


Manusia adalah makhluk yang rasional sehingga dalam hidupnya, manusia selalu mencoba merasionalkan segala tindakan yang berdosa, agar dapat dilanggar dengan tanpa perasaan bersalah.


a. Dosa selalu dilakukan untuk suatu alasan yang "baik".

b. Kesulitan manusia untuk mengenali dosa sendiri, sebab manusia lebih mudah melihat dosa orang lain daripada dosanya sendiri (Matius 7:3).

c. Cenderung ditutup-tutupi.


C. Sifat Universalitas Dosa


Baik orang Kristen maupun bukan Kristen menyadari bahwa dosa memiliki sifat yang universal. Sebab, setiap orang baik secara sadar atau tidak sadar mengakui kenyataan bahwa manusia selalu bergumul dengan kejahatan moral di dalam dirinya. Bagi orang Kristen, sifat universalitas dosa ini sangat jelas karena Alkitab menyatakan hal itu berkali-kali. Ada empat relasi universalitas dosa yang dapat dijelaskan, yaitu relasi dengan diri sendiri, orang lain, setan, dan dengan Allah.


1. Relasi dengan diri sendiri.


Dosa sebagai kuasa yang membelenggu. Sejak jatuh dalam dosa, di dalam diri manusia ada kuasa yang mengikat (Bondage of the will) yang mendorong manusia untuk melawan Allah. Disebut sebagai kuasa karena sering kali manusia tidak memiliki kekuatan untuk melawannya sehingga kebebasan manusia menjadi terganggu.


2. Relasi dengan orang lain.


Dosa adalah kelakuan yang merugikan. Dosa yang dilakukan di dalam tindakan menjadi perbuatan yang merugikan orang lain, baik secara sadar atau tidak sadar.


3. Relasi dengan setan.


Dosa sebagai alat pemersatu dengan setan. Selain dimengerti sebagai suatu kuasa dan kelakuan, dosa juga sebagai alat yang dipakai untuk mempersatukan manusia dengan setan.


4. Relasi dengan Allah.


Dosa sebagai sikap melawan Allah. Karena dosa, relasi manusia dengan Allah menjadi rusak. Bahkan lebih dari sekadar rusak, karena manusia menjadi berani melawan Allah. Namun, justru terhadap setan manusia menjadi begitu lemah.


D. Macam-macam Dosa


1. "Tujuh dosa maut" menurut Billy Graham berdasarkan klasifikasi kuno.


a. Kesombongan

b. Ketamakan

c. Nafsu yang terlarang dan tak terkendali

d. Iri hati

e. Kerakusan

f. Kemarahan

g. Kemalasan


2. Dosa dalam Perjanjian Baru


a. Menajiskan tempat Kudus (Markus 11:15-18).

b. Kemunafikan (Matius 23:1-36).

c. Ketamakan (Lukas 12:15).

d. Menghujat (Matius 12:22-37).

e. Melanggar Hukum (Matius 15:3-6).

f. Kesombongan (Matius 20:20-28; Lukas 7:14).

g. Menjadi batu sandungan (Matius 18:6).

h. Ketidaksetiaan (Matius 8:19-22).

i. Ketidaksopanan dan pelanggaran susila (Matius 5:27-32).

j. Tidak berbuah (Yohanes 15:16).

k. Amarah (Matius 5:22).

l. Ucapan yang berdosa (Matius 5:33; 12:36).

m. Pamer diri (Matius 6:1-18).

n. Kurang beriman (Matius 6:25; Roma 13).

o. Sikap tidak bertanggung jawab dalam pelayanan (Matius 25:14-30; Lukas 19:11-27).

p. Kurang berdoa (Lukas 18:1-8).

q. Bebal (Amsal 24:9).

r. Kecongkakan (Amsal 21:4).

s. Tidak benar dan tidak adil (1 Yohanes 5:17).

t. Tahu yang baik tetapi tidak menjalankan (Yakobus 4:17).

u. Melanggar atau melampaui tuntutan Taurat (1 Yohanes 3:4).


3. Dosa menurut pembedaannnya.


a. Pembedaan antara dosa-dosa roh dan dosa-dosa daging.

b. Pembedaan dosa berdasarkan derajat pengetahuan yang berbeda.

c. Pembedaan dosa yang disengaja dan tidak disengaja.

d. Pembedaan dosa berdasarkan sejauh mana seseorang menyerah kepada dosa.

e. Pembedaan antara dosa yang dapat diampuni dan yang tidak dapat diampuni.

f. Pembedaan antara dosa yang membawa maut dan yang tidak membawa maut.

g. Pembedaan antara dosa kecil dan dosa besar/lebih besar.


E. Transmisi dan Hukuman Dosa


1. Transmisi Dosa


Dengan cara bagaimanakah dosa Adam diturunkan kepada kita? Dosa Adam tidak diturunkan kepada keturunannya karena proses peniruan. Adam adalah kepala umat manusia sekaligus menjadi wakil manusia. Ketika ia berdosa, semua manusia tercakup di dalam kesalahan akibat dosa dan di dalam penghukuman akibat dosa (imputasi/dicangkokan). Oleh karena itu, semua orang yang lahir kemudian setelah Adam, dalam keadaan rusak. Kerusakan itu diturunkan kepada manusia melalui orang tuanya. Namun demikian, Alkitab tidak memberikan penjelasan yang gamblang tentang bagaimana hal itu terjadi. Namun, satu hal yang kita tahu, bahwa dosa Adam adalah dosa kita karena kita semua adalah keturunan Adam. Dosa yang berasal dari Adam membuka kesempatan bagi iblis untuk bekerja secara leluasa karena natur manusia sudah rusak/tercemar.


2. Hukuman Dosa


Hukuman ialah kesusahan atau kesakitan yang diberikan oleh pribadi yang memberi hukuman kepada orang yang telah melanggar hukum itu. Maksud yang terutama dari hukuman terhadap dosa, bukan untuk memperbaiki orang yang dihukum, dan bukan untuk menakut-nakuti orang-orang supaya jangan berbuat dosa, melainkan supaya kesucian Allah dibenarkan.


Allah adalah Allah yang adil, dan dosa adalah hal yang sangat serius bagi Allah. Oleh karena itu, dosa yang dilakukan manusia akan mendapat hukuman. Selain itu, Allah tidak dapat membiarkan dosa karena dosa merupakan tindakan agresif manusia untuk melawan dan membenci Allah (Keluaran 20:5).


Hukuman yang merupakan akibat langsung bagi orang berdosa adalah hukuman yang menimpa tubuh, jiwa, dan roh orang berdosa pada waktu sekarang. Apa maksud kalimat ini? Umpamanya, seorang bapa telah melarang anaknya memanjat pohon untuk mencegah agar anaknya tidak jatuh. Namun, anak itu tetap naik juga. Kemudian, ia jatuh dan lengannya patah. Setelah anak itu sembuh, bapanya memberi hukuman kepadanya. Hukuman sebagai akibat langsung adalah patah lengan, dan hukuman yang sudah ditentukan sebagai undang-undang ialah hukuman dari bapanya. Hukuman yang langsung sebagai akibat dari perbuatan dosa merupakan sebagian dari hukuman dosa, tetapi bukan merupakan hukuman yang pasti. Dalam tiap-tiap hukuman terdapat juga murka Allah. Orang-orang yang berpikir bahwa hanya ada hukuman langsung sebagai akibat dari perbuatan dosanya, maka orang itu lupa bahwa Allah berada dalam alam ini dan berkuasa atas segala-galanya.


a. Hukuman dosa asal.


Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa hukuman atas dosa adalah "maut" (kematian). Kematian yang disebut dalam Kejadian 2:17 sebenarnya memiliki tiga pengertian, yaitu:

 

1) Kematian jasmani (Terpisahnya tubuh fisik dengan roh dan jiwa).

2) Kematian rohani (Terpisahnya roh manusia dengan Roh Allah).

3) Kematian kekal (Terpisah dengan Allah untuk selama-lamanya).

 

b. Hukuman dosa perbuatan bagi orang Kristen.


Adapun beberapa hukuman dari perbuatan dosa manusia adalah sebagai berikut:


1) Hati nurani menjadi gelisah

2) Penderitaan badani sebagai konsekuensi langsung dari tindakannya

3) Penderitaan sebagai konsekuensi penghakiman manusia

4) Perpecahan hubungan dengan sesama

5) Hubungan dengan Allah menjadi terhalang

6) Berkat-berkat Tuhan menjadi tertunda


c. Tujuan Allah memberikan hukuman atas dosa perbuatan manusia.


Secara umum kita melihat ada tiga tujuan penghukuman yang diberikan oleh Allah kepada manusia, yaitu:


1) Untuk membuktikan keadilan dan kebenaran Allah.

2) Untuk membuat manusia jera sehingga berhenti berbuat dosa.

3) Untuk mengajar manusia agar kembali kepada Allah.


d. Hukuman dosa bukan berarti bahwa roh dan jiwa lenyap.


Semua roh manusia akan hidup selama-lamanya walaupun ia tidak mengenal Yesus Kristus. Itu artinya, bukan hanya orang yang percaya kepada Kristus saja yang akan hidup selama-lamanya, melainkan semua orang. Perkataan yang diterjemahkan dengan arti "tidak binasa" ditulis enam kali di dalam Perjanjian Baru. Tiga kali perkataan itu berarti "tidak binasa" (Roma 2:1; I Timotius 1:17), dan tiga kali berarti "tidak ada kematian" (I Korintus 15:53,54; I Timotius 6:16). Di dalam Perjanjian Baru, pemakaian istilah "binasa" bukan berarti benda atau orang itu dilenyapkan, namun lebih kepada pengertian "sudah rusak", atau "tidak dapat dipakai lagi untuk maksud yang semula." Misalnya, dalam Matius 9:17 terdapat perkataan "kantong itu pun hancur". Itu bukan berarti kantong kulit itu dilenyapkan, melainkan tidak dapat dipakai lagi untuk maksud yang semula. Oleh karena itu, jelas sekali bahwa hukuman dosa (kebinasaan) bukan berarti roh atau jiwa manusia dilenyapkan, melainkan hidup selama-lamanya dalam keadaan binasa dan dihukum.


Akhir Pelajaran (MDD-P03)


DOA


"Aku sangat bersyukur atas kasih dan kemurahan Tuhan atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk menerima anugerah hidup yang kekal, sebagai manusia yang berdosa aku sadar bahwa tanpa Yesus mati di kayu salib untuk menjadi tebusan, aku pasti akan binasa. Berikan aku kekuatan agar dapat membagikan anugerah rohani ini kepada orang lain." Amin.

Pelajaran 02 - KEBERADAAN MANUSIA YANG BERDOSA

 Nama Kursus: Manusia Dan Dosa

Nama Pelajaran: Keberadaan Manusia Yang Berdosa

Kode Pelajaran: MDD-P02


Pelajaran 02 - KEBERADAAN MANUSIA YANG BERDOSA


Daftar Isi

A. Asal Mula Dosa

B. Kejatuhan Manusia

 1. Dosa Masuk Pada Manusia

 2. Beda antara Dosa Adam dan Dosa Manusia Sekarang

 3. Kerusakan Gambar dan Rupa Allah dalam Diri Manusia

C. Universalitas Dosa

 1. Sejarah Agama dan Filsafat

 2. Pandangan Alkitab

 3. Sifat Universalitas Dosa

 

DOA



KEBERADAAN MANUSIA YANG BERDOSA


Manusia pertama yang diciptakan Allah di dunia adalah Adam. Allah menempatkan manusia pertama ini di taman Eden. Allah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan manusia dalam taman tersebut. Selain itu, Allah juga memberikan kehendak bebas kepada manusia untuk bertindak. Namun, pada kehendak bebas Allah berikan itu ternyata gagal untuk dipertanggungjawabkan oleh manusia. Manusia tidak menaati peraturan yang ditetapkan oleh Allah dan manusia lebih mendengarkan perkataan iblis dan mengabaikan perintah Allah sehingga manusia jatuh ke dalam dosa.


A. Asal Mula Dosa


Perdebatan mengenai asal mula kejahatan di dunia seringkali diperdebatkan baik dalam ranah teologi maupun filsafat. Darimana kejahatan berasal, dan mengapa bisa terjadi, menjadi suatu masalah yang paling tidak mudah dimengerti, sehingga manusia sangat tertarik untuk menganalisanya.


Sering kali orang bertanya, "Dari manakah dosa berasal?" Mengenai asal dosa, Alkitab memang tidak memberikan keterangan yang jelas. Namun, Alkitab cukup jelas memberitahukan kepada kita bahwa dosa bukan dari Allah dan tidak diciptakan oleh Allah. Sebab, dalam Alkitab dikatakan dengan jelas bahwa Allah adalah suci dan segala sesuatu yang Tuhan ciptakan adalah baik dan sempurna adanya (Kejadian 1:31).


Jadi, dari manakah dosa berasal? Dosa berasal dari hati Lucifer. Lucifer adalah seorang malaikat Tuhan yang diciptakan oleh Tuhan. Namun, karena berbagai kelebihan yang dimilikinya, ia menjadi sombong dan mulai melawan Tuhan (Yehezkiel 28:15-17; Yesaya 14:13-14). Malaikat yang telah jatuh itulah yang dinamakan Iblis atau Lucifer. Melalui dia segala jenis dosa dan kejahatan ada di dunia ini.


Iblis adalah makhluk yang pertama kali memberontak terhadap Allah. Kemudian ia juga mengajak manusia ciptaan Allah untuk ikut memberontak terhadap Allah. Sehingga seperti yang kita ketahui saat ini, manusia yang memiliki pengetahuan dari Allah telah berdosa karena menentang Allah, sehingga membuat semua orang berdosa dan mereka harus bertanggung jawab atas dosa mereka.


Dalam Roma 5:6, 8, 10 dijelaskan tentang keberadaan dosa dalam diri manusia dengan menunjukkan tiga fakta utama tentang manusia, yaitu:

a. Ketidakmampuan manusia untuk tunduk dan menaati hukum Allah (Ayat 6)

b. Kesengajaan manusia untuk melanggar batas larangan yang ditentukan Tuhan (Ayat 8)

c. Keputusan moral manusia berdasarkan akal budinya untuk melakukan apa yang manusia tahu tidak seharusnya ia lakukan (Ayat 10)


Alkitab memandang dosa sebagai sesuatu yang serius dan berat, dosa bukan hanya sekadar kelemahan. Dosa sekecil dan sesedikit apa pun merupakan pelanggaran yang membuat manusia menjadi seteru Allah. Pelanggaran terhadap satu hukum Allah merupakan pelanggaran terhadap semua hukum. Alkitab juga menyebutkan adanya perbedaan kualitas dosa dan kuantitas dosa.


B. Kejatuhan Manusia


1. Dosa Masuk pada Manusia


Seperti yang tertulis dalam Kejadian 3:1-24, bahwa dosa masuk kepada manusia lewat pelanggaran yang dilakukan oleh Adam dan Hawa. Sebab, perintah yang Allah berikan kepada Adam untuk jangan makan "buah pengetahuan yang baik dan yang jahat" telah dilanggar oleh Adam dan Hawa. Tidak ada pendapat yang seragam tentang mengapa pohon itu disebut sebagai "pengetahuan yang baik dan yang jahat." Tetapi, secara umum dapat dikatakan pohon tersebut "ada" untuk menguji ketaatan manusia (Adam). Dengan iman, manusia mau dan rela untuk taat, dan bukan karena paksaan.


a. Dosa Pertama


Dosa pertama yang dilakukan manusia menunjukkan sifat umum dosa, yaitu:

- Meragukan kebenaran yang ditunjukkan Allah.

- Kesombongan yang menyebabkan pelanggaran standar moral.

- Mempertanyakan status manusia.


b. Kejatuhan Manusia dalam Dosa


Kejatuhan manusia dalam dosa merupakan wujud usaha setan menaburkan benih ketidaktaatan dalam hati manusia, yang dilakukan melalui perantara, yaitu ular dan Hawa (Yohanes 8:44; Roma 16:20; 2 Korintus 11:3; Wahyu 12:9). Ada alasan yang kuat mengapa setan memakai Hawa. Pertama, karena Hawa bukanlah penerima pertama perjanjian. Kedua, bukan Hawa yang menerima perintah langsung dari Tuhan. Dan, ketiga, Hawa menjadi alat efektif untuk menaklukkan pendirian dan hati Adam.


Berbicara tentang kisah kejatuhan manusia, ada beberapa pihak atau kelompok tertentu yang menganggap bahwa kisah di taman Eden itu bukan sebagai kebenaran historis dan harafiah. Kelompok ini berpendapat, bahwa kisah kejatuhan manusia:


- dianggap sebagai kisah legenda/mitos yang tidak ada kebenaran historisnya, dan

- dikatakan sebagai kisah figuratif/alegoris yang sebenarnya menjelaskan tentang bagaimana manusia mengalami kerusakan dan perubahan secara perlahan-lahan. Namun, kita percaya bahwa seluruh kebenaran Alkitab dengan jelas memaparkan bahwa kisah kejatuhan manusia yang ditulis dalam kitab Kejadian bukanlah cerita figuratif, tetapi fakta (Yesaya 43:27; Roma 5:12,18,19; 1 Korintus 5:21; 1 Timotius 2:14, dll).


2. Beda antara Dosa Adam dan Dosa Manusia Sekarang


a. Dosa Pertama Adam


Alkitab menceritakan kepada kita bahwa melalui dosa Adam, hati seluruh manusia di dunia kemudian juga dimasuki oleh dosa. Dosa ini bahkan terus berlanjut sampai hari ini. Ketika seorang bayi mungil lahir di dunia, maka bayi tersebut sudah lahir di dalam dosa. Dosa yang ada pada bayi dosa tersebut adalah dosa warisan, yaitu dosa yang berasal dari jatuhnya Adam ke dalam dosa. "Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus" (1 Korintus 15:22).


Dosa yang dilakukan Adam bukanlah dosa pribadi atau individu karena Adam adalah wakil dari seluruh umat manusia. Dalam hal ini, kita mungkin dapat memakai istilah "Adam menurunkan dosa kepada semua keturunannya." Sementara itu, dosa yang diperbuat oleh keturunan Adam hingga saat ini adalah dosa pribadi yang merupakan hasil dari sifat manusia berdosa. Untuk dosa pribadi ini, Allah juga akan memperhitungkannya pada hari penghakiman (Roma 2:6).


Sebelum Adam jatuh dalam dosa, pada hakikatnya Adam tidak berdosa. Ia juga memiliki kehendak bebas yang sebebas-bebasnya untuk taat (tidak berdosa) atau tidak taat (berdosa) kepada Tuhan. Akan tetapi, seluruh keturunan Adam tidak lagi memiliki kebebasan untuk memilih seperti Adam karena secara status mereka sudah berdosa, yaitu dosa yang diwariskan oleh Adam kepada seluruh umat manusia.


b. Dosa Manusia Sekarang


Dosa yang dilakukan oleh Adam menyebar kepada seluruh umat manusia. Oleh karena itu, semua manusia mewarisi dosa Adam. Sebagai contoh pada masa zaman Nuh, manusia mulai hidup semaunya sendiri, mereka kawin dan mengawinkan, mereka melakukan hal-hal yang mendukakan hati Tuhan. Demikian juga keadaan manusia sekarang, manusia mulai memikirkan dirinya sendiri, tidak memiliki belas kasihan kepada orang lain, mengejar hawa nafsu, dan memikirkan hal-hal yang sifatnya duniawi. Hal-hal yang dilakukan manusia tersebut adalah dosa.


Status manusia sebagai pewaris dosa-dosa Adam, membuat manusia jatuh ke dalam kematian kekal apabila tidak menerima keselamatan yang Allah berikan. Namun, jika manusia mau menerima pengampunan yang diberikan Allah melalui karya keselamatan Yesus Kristus, maka dosa yang diperbuatnya tidak lagi memengaruhi statusnya di hadapan Allah. Manusia akan menjadi yang "dibenarkan" oleh karena iman kepada Yesus Kristus. Namun, jika seorang Kristen berbuat dosa, ia merusak hubungannya dengan Tuhan dan mendukakan Roh Kudus.


3. Kerusakan Gambar dan Rupa Allah dalam Diri Manusia


Masihkah manusia memiliki gambar dan rupa Allah setelah ia jatuh dalam dosa? Pertanyaan ini telah dijawab dengan jelas oleh Alkitab ketika Tuhan berbicara kepada Nuh, "Siapa menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri" (Kejadian 9:6; Yakobus 3:9). Jadi, tidak dapat disangkal bahwa manusia masih memiliki gambar dan rupa Allah. Namun, Alkitab juga mengatakan, bahwa kejatuhan manusia membuat gambar Allah dalam diri manusia rusak, sehingga manusia perlu dipulihkan Allah. Dan hanya melalui Kristus, gambar Allah itu dapat dikembalikan. Proses pengudusan juga akan membuat gambar Allah dalam diri orang percaya semakin kelihatan jelas (Efesus 4:24).


C. Dosa dan Anugerah


Kita dapat menjadi anak-anak Allah dengan cara menerima dan beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Sebagai anak-anak Allah, kita harus sungguh-sungguh dan mengizinkan Dia untuk mengarahkan hidup kita melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Perbuatan-perbuatan baik itu muncul dan bertumbuh karena pengalaman kita dalam menerima anugerah Allah. Kita dapat melakukannya karena kita telah menerima keselamatan dalam Yesus Kristus. Dengan demikian, Allah sebagai sumber anugerah akan memimpin hidup kita untuk melayani Dia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keselamatan merupakan anugerah Allah. Karena kita telah diselamatkan oleh anugerah Allah, maka sudah sepantasnya kita bersyukur atas anugerah Allah tersebut dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang menjadi kehendak Allah.


Keberadaan manusia yang berada dalam dosa, membuat manusia dapat melakukan hal-hal yang tidak benar dan mendatangkan dosa. Sekalipun manusia telah berbuat baik dan melakukan apa yang benar, dosa tetap ada dalam diri manusia. Ketika dosa masih ada dalam diri manusia, maka manusia membutuhkan seorang Juru Selamat yang mampu menyelamatkan dan menolong manusia. Sebab, manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, manusia membutuhkan seorang yang tidak berdosa untuk melepaskan manusia dari lumpur dosa. Berikut ini beberapa hal yang membuat manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, yaitu:


1. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri karena ia telah melanggar hukum Allah.


Sebab, dosa tidak dapat memperbaiki hukum Allah. Sedalam dan setulus apa pun penyesalan akan dosa, tidak dapat memperbaiki kesalahan dimasa lalu dan tidak dapat memperbaiki hukum Allah yang telah dilanggar. Kebenaran dari hal ini adalah bahwa hukum yang telah dilanggar itu menuntut agar orang tersebut harus menerima hukuman. Manusia telah melanggar hukum Allah dengan dosa dan seseorang harus membayar hutang tersebut.


Selain itu, mengubah keseluruhan hidup seseorang tidak dapat membuang dosa yang sudah diperbuat. Kita mesti ingat bahwa hidup yang saleh untuk masa depan tidak akan menutupi dosa di masa lalu. Seandainya seseorang yang terhilang dapat berhenti berbuat dosa sama sekali dan hidup dalam kehidupan tanpa dosa dalam sisa hidupnya, dia akan tetap hidup di neraka. Orang itu harus membayar untuk dosa-dosa kita di masa lalu supaya hutang kita lunas, tetapi tidak sembarang orang bisa melakukannya. Kita tidak bisa memutuskan bagi diri kita sendiri bahwa kita sekarang akan memulai hidup yang baik dan berharap dosa-dosa kita di masa lalu tidak lagi diperhitungkan. Ia hanya bisa menutupi dosanya dengan darah Yesus Kristus.


2. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri karena dia adalah makhluk yang secara alamiah sudah berdosa.


Ia tidak memiliki kuasa untuk menyelamatkan dirinya sendiri. "Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dipahami secara rohani" (1 Korintus 2:14).


Kejatuhan manusia dalam dosa membuat manusia membutuhkan seorang penolong yang mampu mengangkat dan melepaskan dari dosa. Sebab, manusia yang berdoa tidak bisa datang kepada Allah yang kudus. Sesuatu yang gelap dan kotor tidak bisa bersatu dengan sesuatu yang suci dan kudus. Oleh sebab itu, Allah Bapa memberikan Anak-Nya yang tunggal, yaitu Kristus Yesus untuk mati dan menebus semua dosa manusia. Kematian satu orang untuk menebus semua orang. Dan, keselamatan hanya ada di dalam nama Yesus, tidak ada nama lain yang sanggup menyelamatkan manusia dari lumpur dosa.


3. Manusia Memerlukan Hati yang Baru


Orang yang berdosa melakukan perbuatan-perbuatan yang jahat, memikirkan pikiran-pikiran yang jahat, pergi ke tempat-tempat yang tidak baik dan menolak Yesus Kristus karena dia memiliki hati yang jahat. Kebutuhannya yang sesungguhnya adalah hati baru yang bersih. "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!" (Mazmur 51:12).


Tidak ada kebudayaan, penjernihan, pendidikan, atau pengakuan terhadap suatu agama yang dapat mengubah sifat manusia. Seorang manusia tidak dapat mengubah sifatnya sendiri. Dia harus dilahirkan kembali. Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah" (Yohanes 3:3).


Kita mungkin bisa menyimpulkan bahwa seorang manusia tanpa Yesus bukan hanya dalam keadaan yang terhilang tetapi juga dalam keadaan yang tidak berdaya. Hanya melalui Yesus Kristus, manusia dapat menerima keselamatan dari keadaannya yang tersesat dan tak berdaya.


"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)


Akhir Pelajaran (MDD-P02)


DOA


"Betapa aku mengucap syukur kepada Engkau ya Allah, sebab Engkau sudah mengangkatku dari keadaanku yang berdosa, kotor dan orang hukuman, menuju kepada kehidupan kekal bersama Yesus Kristus. Berikanku hati yang senantiasa melekat kepada-Mu, dan berikan aku kekuatan serta keberanian untuk menjadi alat-Mu dalam menjangkau jiwa yang belum percaya kepada-Mu." Amin.

Pelajaran 01 - PENGERTIAN DOSA

 Nama Kursus: Manusia Dan Dosa

Nama Pelajaran: Pengertian Dosa

Kode Pelajaran: MDD-P01


Pelajaran 01 - PENGERTIAN DOSA


Daftar Isi

A. Definisi Istilah

 1. Istilah Dosa dalam Alkitab

 2. Istilah Manusia dalam Alkitab ("Adam")

B. Tempat Doktrin Manusia dalam Ilmu Teologi

 1. Secara Ilmiah

 2. Secara Teologis

C. Pengertian Dosa

 1. Dosa adalah Pemberontakan Menentang Allah

 2. Dosa adalah Keadaan Najis dan Jahat

 3. Dosa adalah Sikap Tidak Percaya

D. Pembagian Dosa

 1. Dosa Asal

 2. Dosa Perbuatan

 

DOA



PENGERTIAN DOSA


Pelajaran pertama yang akan dibahas dalam modul ini adalah tentang dosa. Alkitab menjelaskan bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa. Kehendak bebas yang diberikan Allah, justru menjadi jerat bagi manusia untuk melanggar perintah Tuhan, yaitu tidak boleh mengambil buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat yang ada di tengah-tengah taman. Manusia telah gagal dalam menggunakan kehendak bebasnya sehingga merusak gambar dan rupa Allah yang diberikan bagi manusia. Akibatnya, kegagalan tersebut melahirkan sesuatu yang buruk dalam kehidupan manusia, yaitu dosa.


A. Definisi Istilah


1. Dosa


Secara etimologis dosa berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata "hamartia" yang artinya adalah "tidak mencapai target atau sasaran". Ketika Allah menciptakan manusia dan menempatkan mereka di dalam taman Eden, Allah memberikan satu perintah kepada manusia untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, sebab pada hari manusia memakannya, pastilah mereka akan mati. Dituliskan dalam Kejadian 3, manusia gagal dan tidak menuruti perintah Allah itu. Manusia tergoda dengan bujuk rayu iblis sehingga mengambil buah dari pohon itu. Kegagalan manusia inilah yang dinamakan dosa.


Istilah "dosa" muncul sangat banyak dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Berikut ini pemakaian istilah-istilah dosa dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru:


a. Dalam Perjanjian Lama


1) Hatta


Dosa dalam bahasa Ibrani adalah "hatta", berarti "tidak kena atau tidak sampai." Pengertian tersebut dapat dihubungkan dengan anak panah yang "tidak kena" sasarannya. Dosa menurut istilah ini berarti tidak kena, tidak sampai, atau menyimpang dari tujuan dan maksud Allah. Dosa menurut istilah tersebut bukan hanya mencakup perbuatan dosa, tetapi juga keadaan hati dan maksud hati yang berdosa (Kejadian 4:7; Keluaran 9:27; Bilangan 6:11; Mazmur 51:4,6; Amsal 8:36).


"Hatta" berarti jauh dan mengurangi standard dari Tuhan yang Mahasuci. Allah telah menetapkan suatu standard, namun manusia justru jatuh dan turun dari standard yang telah ditetapkan oleh Allah. Itulah yang disebut dengan "hatta". Alkitab memakai istilah ini sebanyak 580 kali dalam Perjanjian Lama. Istilah "hatta" menjadi sesuatu yang sangat menyedihkan hati Tuhan, sebab manusia gagal untuk hidup sesuai dengan standard atau patokan yang telah ditetapkan oleh Tuhan.



2) Avon


Dalam bahasa Ibrani, kata yang dipakai adalah "avon" yang berarti "bengkok atau diputar". Dalam hal ini berarti hati yang bengkok, yang diputar dari yang benar. Kata tersebut tidak terlalu menjurus kepada perbuatan jahat, melainkan berkenaan dengan hati dan tabiat yang jahat (Kejadian 15:16; Mazmur 32:5; Yesaya 5:18), yang mengakibatkan manusia pantas untuk dihukum. 


Kata "avon" sangat sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, namun pada akhirnya istilah ini diterjemahkan sebagai suatu perasaan dalam diri manusia yang menganggap dirinya cacat atau perasaan di dalam jiwa yang membuat diri merasa kurang benar, sehingga perlu untuk menegur diri sendiri.


3) Pesha


Dalam bahasa Ibrani, kata yang dipakai adalah "pesha" yang berarti "melawan yang berhak, melawan perintah Allah, dan melakukan bidat," (Mazmur 51:3; Amsal 28:2). "Pesha" juga berarti pelanggaran atas suatu batas yang sudah ditetapkan tetapi manusia justru melewati batas itu. Oleh sebab itu, manusia sudah gagal karena telah berjalan melampaui batas yang sudah ditetapkan oleh Allah. Penyelewengan dari jalan yang telah Tuhan tetapkan ini disebut dosa.


Masih ada beberapa istilah lain untuk dosa, seperti: Pendurhakaan, kejahatan, pelanggaran karena ketidaktahuan, penyimpangan, kebencian, kenakalan, dll. (Kejadian 41:9; Imamat 4:13; Yehezkiel 34:6; Mazmur 119:21; Imamat 19:17; Mazmur 94:20).


b. Perjanjian Baru


1) Hamartia


Kata "Hamartia" merupakan istilah dosa yang sering muncul dalam Perjanjian Baru, kata ini dituliskan sebanyak 174 kali dalam Perjanjian Baru, dan 71 kali dalam tulisan-tulisan Paulus. Kata ini tidak hanya mengenai perbuatan dosa, melainkan juga keadaan hati dan pikiran yang jahat. Arti dari kata tersebut adalah "manusia ada dalam keadaan ditipu" (Roma 3:23).


2) Adikia


Kata "Adikia" memiliki arti "kejahatan". Seperti halnya dalam I Yohanes 1:9, kata tersebut diterjemahkan "kejahatan". Kata ini muncul dalam I Yohanes 5:17 yang juga diterjemahkan "kejahatan". Istilah ini menunjuk kepada suatu keadaan hati dan pikiran yang jahat. Oleh sebab itu Yohanes berkata bahwa dosa-dosa kita diampuni dan kita disucikan dari kejahatan.


3) Parabasis


Parabasis mengandung arti "menyimpang dari yang seharusnya." Kata ini selalu dipakai dalam hal yang berhubungan dengan pelanggaran terhadap hukum yang pasti (Roma 4:15). Hukum-hukum Allah menuntut supaya manusia menaatinya, dan bilamana manusia tidak mau menaatinya, berarti ia adalah pelanggar hukum dan berdosa. Dan tentu saja murka Allah akan jatuh ke atasnya (Roma 4:15).


4) Anomia


Kata "Anomia" sebenarnya tidak mengandung pengertian "melanggar hukum dalam suatu perbuatan yang pasti", namun kata ini lebih menjurus kepada pengertian "tidak menurut atau tidak memedulikan hukum." Kata tersebut menjelaskan tentang keadaan hati.


5) Asebeia


Kata tersebut mengandung arti "keadaan fasik", yaitu tidak ber-Tuhan. Lebih jauh lagi, kata tersebut mengandung arti bahwa tabiatnya yang berlawanan dengan tabiat Allah (Roma 1:8; Yudas 14:15).


6) Paraptoma


Arti dari kata ini adalah "tidak berdiri teguh pada saat harus teguh", atau "tidak sampai pada yang seharusnya" (Matius 6:14,15).


Dalam Perjanjian Baru, masih banyak istilah lain yang dipakai untuk menjelaskan perbuatan dosa, misalnya: Kefasikan, kelaliman, keinginan jahat, kecemaran, dendam, kedengkian, pembunuh, perkelahian, tipu daya, khianat, penghasut, pengumpat, kebencian, kemabukan, takabur, hawa nafsu, zinah, cemburu, menyembah berhala dan lain-lain.


2. Manusia


Secara etimologis manusia berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata "antrophos" yang berarti manusia. Perjanjian Baru menggunakan kata "antrophos" secara umum. Sedangkan secara khusus, bahasa Yunani menuliskan beberapa kata mengenai manusia berdasarkan sifat dan keberadaan manusia seperti "pneumatos" yang artinya adalah manusia yang hidup dalam pimpinan Roh Kudus, "sarkikos" yang artinya adalah manusia yang hidup dalam daging, dan ada pula kata "pneuma sarkikos" yang artinya manusia yang sudah dipimpin oleh Roh tetapi hidup dalam kedagingan. Berdasarkan kajian yang sudah diutarakan di atas, maka ilmu yang memelajari tentang manusia disebut dengan Antropologi.


Sementara itu, Perjanjian Lama menggunakan kata "Adam" yang diterjemahkan sebagai "manusia". Dalam Kejadian pasal 1 sampai pasal 4:1-24, penulis kitab Kejadian menuliskannya sebagai "manusia". Sedangkan dalam Alkitab Ibrani, kata "manusia" diterjemahkan dengan kata "Ha Adam". Kata Adam ternyata digunakan untuk menyebut beberapa hal, yaitu:


a. Nama Diri


Penggunaan nama Adam yang menunjuk sebagai nama diri dapat dilihat dalam Kejadian 5:1, "Inilah daftar keturunan Adam". Sebagaimana yang sudah Alkitab tuliskan bahwa manusia pertama yang diciptakan oleh Allah adalah Adam. Sebagai pribadi, maka Adam dituliskan bahwa ia memiliki istri, anak dan keturunan yang ia peranakkan. Alkitab menuliskan dengan jelas bahwa Adam bersetubuh dengan istrinya Hawa, sehingga mereka mendapatkan dua anak laki-laki yang dinamai Kain dan Habel. Akan tetapi, Kain membunuh adiknya Habel, maka Tuhan memberikan Adam satu anak lagi sebagai pengganti Habel yang dinamakan Set. Dari Set inilah keturunan Adam terus bertambah hingga sampai kepada Nuh.


b. Umat Manusia


Kata manusia, baik dalam bahasa Inggris "Man" maupun dalam bahasa Ibrani "Adam", menunjukkan gender maskulin. Dalam bahasa Ibrani, "Adam" selain sebagai nama pribadi (manusia pertama) dan kata yang menunjuk kepada manusia laki-laki, kata ini juga berarti umat manusia secara keseluruhan (human race), seperti yang ditunjukkan dalam Kejadian 5:1-2, "Inilah daftar keturunan Adam. Pada waktu manusia itu diciptakan oleh Allah, dibuat-Nyalah dia menurut rupa Allah; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Ia memberkati mereka dan memberikan nama "Manusia" kepada mereka, pada waktu mereka diciptakan."



B. Tempat Doktrin Manusia dalam Teologi Sistematika


Tempat doktrin manusia dalam Teologi Sistematika sangatlah penting karena manusia adalah objek utama dari rencana keselamatan oleh Allah. Dalam Teologi Sistematika terdapat doktrin-doktrin atau pengajaran-pengajaran yang disusun secara sistematis, sehingga mudah untuk dipelajari. Dalam Teologi Sistematika, manusia dipelajari dalam sebuah doktrin yang disebut dengan Antropologi.


Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia. Namun dalam perkembangannya, Antropologi dipisahkan menjadi dua bagian yaitu:


1. Secara Ilmiah


Antropolgi secara ilmiah adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang hakikat manusia secara sosio-psikofisik dan sejarahnya yang dilihat dari peradaban manusia secara umum.


2. Secara Teologis


Antropologi secara teologis adalah memandang manusia dari sisi teologis. Secara teologis akan membahas dan mempelajari hubungan manusia dan Allah sebagaimana yang dituliskan dan diajarkan oleh Alkitab.


Manusia bukan saja sebagai mahkota dari seluruh ciptaan Allah, tetapi manusia adalah sebagai objek khusus pemeliharaan Allah. Manusia menempati kedudukan yang sangat penting di dalam Alkitab, sehingga dengan demikian pengetahuan manusia dalam relasinya dengan Allah haruslah merupakan pengetahuan yang tepat. Dengan demikian tidak heran jika dalam Teologi Sistematika doktrin Manusia akan menjadi bahasan langsung setelah pembahasan Doktrin Allah.


C. Pengertian Dosa


1. Dosa adalah Pemberontakan untuk Menentang Allah


"Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya." (Roma 8:7) Dalam surat Roma, Rasul Paulus menjelaskan bahwa kedagingan manusia telah tercemar oleh dosa. Dosa memicu manusia untuk melakukan apa yang salah dan jahat di mata Tuhan. Pada saat itulah manusia terus menerus memberontak kepada Allah.


2. Dosa adalah Keadaan Najis dan Jahat


Kejatuhan manusia dalam dosa membuatnya cenderung untuk melakukan hal yang menentang Allah. Alkitab mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia sesuai dengan gambar-Nya. Jadi, ketika hidup manusia tidak lagi ada di bawah standard dan tidak lagi menaati hukum Allah, maka hal itu adalah dosa. "Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,..." (Kejadian 6:5).


3. Dosa adalah Sikap Tidak Percaya


Semua dosa biasanya dimulai dari ketidakpercayaan. Jadi, dosa adalah pemberontakan menentang hukum Allah, yaitu suatu keadaan yang cemar, tidak benar, yang mana manusia tidak percaya kepada Allah dan pada akhirnya menolak rencana keselamatan melalui Yesus Kristus. Hal terburuk dari dosa adalah menentang Allah. "Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!" (Mazmur 51:4).


D. Pembagian Dosa


Dewasa ini kita mengenal tentang pembagian dosa. Seperti yang diajarkan oleh Alkitab, dosa dibagi menjadi dua bagian, yaitu dosa asal dan dosa perbuatan.


1. Dosa Asal


Alkitab mengajarkan bahwa dosa masuk ke dalam dunia melalui satu orang, yaitu Adam. "Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus." (I Korintus 15:22). Dosa Adam yang terjadi pada awal kehidupan manusia telah membawa dosa masuk ke dalam dunia. Dan, sejak itu dosa juga masuk ke dalam kehidupan semua orang. Dosa asal bersifat tunggal. Dosa asal memberi kekuatan yang fatal sehingga menyebabkan manusia tidak lagi dapat melakukan perbuatan yang benar kepada Allah. Manusia terus menerus memberontak kepada Allah sehingga membawa mereka pada penghukuman. Namun, dosa asal telah ditebus oleh darah Kristus ketika seseorang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.


2. Dosa Perbuatan


Ketika kita mencapai suatu tingkat pengetahuan di mana kita bisa mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, maka kita bertanggung jawab akan semua yang kita lakukan. Melalui Adam, kita telah mewarisi dosa asal. Dosa dalam hidup kita akhirnya juga menghasilkan perbuatan-perbuatan yang melanggar Allah. Perbuatan-perbuatan yang kita lakukan, walaupun kita tahu sebelumnya bahwa perbuatan itu salah dan tidak boleh dilakukan, tetapi tetap kita lakukan. Bukan hanya itu, dosa perbuatan juga kita lakukan ketika kita gagal melakukan sesuatu untuk Allah setelah hati nurani kita menyuruh kita melakukannya. Dosa-dosa seperti itulah yang disebut dengan dosa perbuatan. Dosa perbuatan bersifat jamak, baik yang berupa tindakan secara langsung maupun yang berupa keinginan dan pikiran. Dosa perbuatan ini juga diperhitungkan oleh Allah. Tetapi untuk orang yang percaya kepada Kristus, dosa-dosa perbuatan itu telah ditebus oleh Kristus dan tidak diperhitungkan lagi oleh Allah karena jasa kematian dan penderitaan Tuhan Kristus Yesus.



Akhir Pelajaran (MDD-P01)


DOA:


"Tuhan Yesus Kristus, aku sungguh mengucap syukur atas anugerah yang Engkau berikan kepadaku. Engkau telah mengasihiku yang penuh dengan dosa ini, dan telah memberikan kesempatan kepadaku untuk memperoleh keselamatan dan diperdamaikan dengan Tuhan Yesus Kristus. Urapilah aku agar aku dapat membagi dan menyampaikan kabar keselamatan kepada orang lain yang belum percaya kepada-Mu. Amin."

Misi Kristus Sedunia

PELAJARAN SEKOLAH MINGGU

  TANGGAL   PELAJARAN SEKOLAH MINGGU KATEGORI Babak pertama        ...