Wednesday 2 October 2019

LANJUTAN 2 :
RINGKASAN BUKU SEJARAH PERKEMBANGAN PRAKTEK DAN PIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DARI YOHANES AMOS SAMPAI PERKEMBANGAN PAK DI INDONESIA (ROBERT R. BOEHLKE, P.h.D ) 






BAB II:
JEAN-JACQUES ROUSSEAU, PELOPOR ILMU JIWA PENDIDIKAN
Description: Hasil gambar untuk JEAN-JACQUES ROUSSEAU, PELOPOR ILMU JIWA PENDIDIKAN
Jean Jacques Rousseau (lahir di JenewaSwiss28 Juni 1712 – meninggal di ErmenonvilleOisePrancis2 Juli 1778 pada umur 66 tahun) adalah seorang tokoh filosofi besar, penulis dan komposer pada abad pencerahan. Pemikiran filosofinya memengaruhi revolusi Prancis, perkembangan politika modern dan dasar pemikiran edukasi. Karya novelnya, Emile, atau On Education yang dinilai merupakan karyanya yang terpenting adalah tulisan kunci pada pokok pendidikan kewarganegaraan yang seutuhnya. Julie, ou la nouvelle Héloïse, novel sentimental tulisannya adalah karya penting yang mendorong pengembangan era pre-romanticism dan romanticism di bidang tulisan fiksi. Karya autobiografi Rousseau adalah: 'Confession', yang menginisiasi bentuk tulisan autobiografi modern, dan Reveries of a Solitary Walker (seiring dengan karya Lessing and Goethe in German dan Richardson and Sterne in English), adalah contoh utama gerakan akhir abad ke 18 "Age of Sensibility", yang memfokus pada masalah subjectivitas dan introspeksi yang mengkarakterisasi era modern. Rousseau juga menulis dua drama dan dua opera dan menyumbangkan kontribusi penting dibidang musik sebagai teorist. Pada periode revolusi Prancis, Rousseau adalah filsafat terpopuler di antara anggota Jacobin Club. Dia dimasukan sebagai pahlawan nasional di Panthéon Paris, pada tahun 1794, enam belas tahun setelah kematiannya.
Jean-Jacques Rousseau (lahir 28 Juni 1712, wafat 2 Juli 1778) adalah seorang filsuf dan komposer Prancis Era Pencerahan di mana ide-ide politiknya dipengaruhi oleh Revolusi Prancis, perkembangan teori-teori liberal dan sosialis, dan tumbuh berkembangnya nasionalisme. Melalui pengakuan dirinya sendiri dan tulisan-tulisannya, ia praktis menciptakan otobiografi modern dan mendorong perhatian yang baru terhadap pembangunan subjektivitas --- sebuah dasar bagi karya-karya bermacam-macam pemikir hebat nantinya seperti Georg Wilhelm Friedrich Hegel dan Sigmund Freud. Novelnya "Julie, ou la nouvelle Héloïse" adalah salah satu karya fiksi yang sangat banyak terjual pada abad ke-18 dan menjadi acuan penting dalam perkembangan karya-karya romantisme. Ia juga memberikan kontribusi penting pada musik, baik sebagai seorang pengembang teori musik maupun sebagai seorang komposer.

1.      LATAR  BELAKANG  KEHIDUPAN   JEAN  JACQUES  ROUSSEAU
Jean  Jacques  Rousseau (1712-1778) merupakan seorang ahli falsafah Perancis dalam abad ke-18 dan dilahirkan pada 28  Jun 1712 di Geneva, Switzerland. Ibunya meninggal dunia ketika beliau masih kecil , ibunya adalah putri seorang pendeta Protestan, Gereja Calvinis.  Rousseau kemudian diasuh selama beberapa tahun oleh ayahnya yang kemudiannya menyerahkan kepada pamannya. Beliau hidup bilamana Perancis menjadi salah satu centre of  civilization Eropah. Ayah Rousseau, Isaac Rousseau merupakan seorang tukang jam, suka berburu dan meninati musik. Dalam karya beliau bertajuk Confessions, menyatakan bahwa ayahnya banyak mempengaruhi kehidupan Rousseau terutama terhadap pembentukan watak dan pemikirannya.
Zaman kanak-kanaknya banyak dihabiskan dengan membaca pelbagai karya klasik Plutarch, seorang tokoh di zaman Romawi kuno. Beliau sangat mengkagumi tokoh ini sehingga pada suatu masa beliau pernah mengatakan bahwa beliau telah menjadi seorang Romawi ketika berusia dua belas tahun. Kebiasaan membaca buku bersama ayahnya ini diceritakan di dalam karyanya antaranya; Kita biasa membaca bergantian tanpa henti, dan menghabiskan sepanjang malam melakukan aktiviti ini. Kami tidak dapat berhenti sehingga buku tersebut habis dibaca. Sehinggakan ayah saya mendengar burung layang-layang mulai berkicau dipagi hari, dan berkata dengan sedikit malu, marilah kita tidur, saya lebih kanak-kanak dari pada kamu.
Ayahnya juga merupakan seorang yang terlalu mengagumi peradaban Romawi, terutama ketika mencapai puncak kejayaannya. Kekagumannya ini selalu diceritakan kepada Rousseau. Misalnya, beliau  menyatakan menginginkan hidup di negara-negara kota Romawi kuno yang menurutnya aman, sejahtera, adil dan tidak seorang pun penduduk merasakan dirinya mengatasi undang-undang serta adanya jalinan yang akrab di antara anggota masyarakat. Negara kota Romawi kuno dibayangkan seperti sebuah keluarga yang bahagia. Didikan ayahnya jugalah yang membuatkan Rousseau mengagumi Geneva, sebuah kota kecil di Switzerland, yang diibaratkan oleh ayahnya sebagai sebuah negara kota Romawi modern. Geneva adalah kota yang sejahtera,aman dan damai, dikelilingi gunung-ganang, lembah-lembah dengan hutan-hutannyayang menghijau. Keadaan ekologinya bersih, belum tercemar. Penduduknya mematuhi undang-undang. Rousseau dan ayahnya sememangnya berbangga menjadi warga kota kecil itu.
Sosialisasi di zaman kanak-kanaknya di Geneva amat mempengaruhi jiwa dan perkembangan intelektualnya. Dalam karyanya, Rousseau  menyatakan bahwa beliau merasa beruntung dibesarkan oleh seorang ayah yang romantis dan emosional. Didikan ayahnya membuat dirinya memiliki kepekaan perasaan dan jiwa romantis yang tinggi. Maka, tidak mengherankan jika sejak kecil beliau terbiasa melatih emosi dan jiwanya berbanding untuk berfikir secara rasional. Pada umur 16 Tahun, Rousseau menjadi perantau tanpa uang di dalam dompetnya.
Didikan itu memberikan kesan sehingga ketika Rousseau dewasa beliau lebih mementingkan kepekaan emosi dan kehalusan jiwa daripada pertimbangan rasional dan logika. Sejak kecil sehingga usia remaja, Rousseau merupakan pengikut Protestan,  tetapi ketika tinggal di Turin, Italia Utara telah bertukar menjadi penganut Katolik ( ketika berumur 28tahun).. Beliau pernah mejadi guru musik dan mengunjungi daerah-daerah di sekitar Swirzerland dan Perancis. Tahun 1932, di Chambery beliau diangkat menjadi anak asuhan Madam deWarren, seorang janda kaya dan cantik. Janda ini ternyata jatuh hati dengan keperibadian Rousseau yang kemudiannya menjadikannya kekasih. Pada usia yang ke 20 Rousseau mengatakan bahwa Madam de Warren  treats me as a man. Madam de Warren amat berjasa membentuk keperibadian dan watak pemikiran Rousseau. Wanitainilah yang telah membiayai pendidikannya, menyediakan perpustakaan peribadinya serta membentuknya menjadi seorang penulis yang hebat.
Episode yang terjadi pada tahun 1750 ini merupakan titik balik dalam kehidupan Rousseau. Dia melihat secercah inspirasi akan apa yang harus ia lakukan. Orang-orang lain yang mengikuti kompetisi itu pada umumnya memberikan penjelasan tentang asal-muasal seni dan ilmu pengetahuan. Rousseau berbeda dengan mereka. Dia berargumen tentang superiority alam. Secara tiba-tiba, sebagaimana apa yang dia katakan dalam Confessions, dia menaruh sebuah antusiasme yang berlebih-lebihan untuk kebenaran, kebebasan, dan kebajikan. Dia berkata bahwa dia telah menyatakan pada dirinya sendiri. Kebajikan, kebenaran! Saya akan meneriakan terus-menerus kebajikan dan kebenaran! Dia menambahkan baju tidurku terendam dengan air mata yang keluar tanpa aku sadari. Linangan air mata mungkin bisa benar: dia memang mudah mengeluarkan air mata. 
Yang pasti adalah bahwa Rousseau memutuskan untuk menulis essay sejalan dengan apa yang menjadi inti dari serangkaian keyakinannya, dan memenangkan hadiah karena pendekatannya yang paradoks, dan menjadi terkenal dalam waktu sekejab. Ini merupakan satu kasus seorang laki-laki yang berumur tiga puluh sembilan, yang sampai saat itu hidup dalam kepahitan dan ketidaksuksesan, merindukan perhatian dan ketenaran, dan akhirnya, dia benar-benar memperolehnya. Essaynya sangat lemah dan sekarang hampir tidak dapat dibaca.
Publikasi Discours dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan tidak membuat Rousseau kaya, meskipun buku itu disirkulasikan secara luas dan diproduksi hampir tiga ratus kali, namun jumlah salinan yang terjual sedikit dan penjual bukulah yang menikmati hasil dari karya semacam itu. Disisi lain, ini memberikan jalan bagi Rousseau untuk bergaul dengan kaum aristokrat, yang pada saat itu sangat terbuka untuk para intelektual.
Rousseau dapat mensupport dirinya dengan salinan musik (tulisan tangannya sangat bagus) tetapi setelah tahun 1750 dia selalu dalam posisi tergantung kepada keramahtamahan para aristokrat, kecuali (sebagaimana sering tejadi) ketika dia memilih untuk bertengkar dengan siapa saja yang menyingkirkannya karena dianggap tidak berarti. Untuk masalah pekerjaan, dia menjadi seorang penulis yang professional. Dia selalu kaya ide-ide, dan ketika dia ingin menuangkannya, dia mampu menuangkan dengan mudah dan bagus. Tetapi dampak dari buku-bukunya baik semasa hidupnya ataupun jauh sesudahnya sangatlah bervariasi.
Ketenarannya yang dimulai hanya pada penganugerahan hadiah essay. Kemashurannya terus berkibar dan diikuti terbit dua bukunya. Pertama adalah Novelnya La Nouvelle Héloïs, terjemahan dalam bahasa Inggris, Letters of Two Lovers dan yang kedua adalah Clarissa. Ceritanya tentang mengejar, mengoda, pertobatan, hukuman seorang wanita muda, ditulis dengan ketrampilan menulis yang hebat untuk menarik baik para pembaca, khususnya wanita, dan pasar dikaum wanita kelas menengah dengan cita rasa moralitas mereka. Isinya sangat terang-terangan untuk waktu itu, tetapi pesan akhirnya betul-betul pas.
Kemasyhuran Rousseau semakin luas pada tahun 1762 dengan terbitnya Émile, dimana dia meluncurkan ribuan ide-ide tentang alam dan sikap-sikap manusia terhadapnya. Buku ini menarik jumlah maksimum pembaca. Dia memasukkan dalam bukunya Émile sebuah bab yang berjudul Profession of Faith; yang mana dia menuduh kawan-kawan intelektual di abad Pencerahan, khususnya yang atheis ataupun yang hanya deis, dengan sebutan arogan dan dogmatis, menyatakan dengan apa yang disebut skeptis untuk mengetahui segalanya dan tanpa memperhatikan kerusakan yang mereka buat terhadap semua orang dengan meruntuhkan keyakinannya. Mereka menghancurkan dan menginjak-injak dibawah kakinya semua orang yang terhormat yang mengikuti ajaran agama dan mengambil hanya satu kekuatan yaitu nafsu akan harta dan kekuasaan.
Tindakan Rousseau ini memang sebuah alat yang sangat efektif, namun untuk menyeimbangkannya, Rousseau juga merasa perlu untuk mengkritik Gereja yang sudah mapan, khususnya tentang keyakinan terhadap keajaiban dan takhayul. Rousseau sangat tidak berhati-hati dengan memasukan kritikan tersebut dalam karya Emile. Ini barangkali karena dia frustrasi dengan pembajakan bukunya. Setelah itu Rousseau menjadi tertuduh di mata kaum gereja Perancis sebagai seorang pengkhianat ganda.
Setelah beragama Katolik, dia kemudian pindah lagi ke Kalvinisme agar supaya mendapatkan kembali kewarganegaraan Genewa. Pada saat itu, Parlemen Paris yang didominasi oleh Jansenist menolak keras sentiment anti-katolik didalam karya Rousseau Émile. Dan Mereka memerintahkan buku tersebut untuk dibakar didepan Palaies de Justice and mengeluarkan juga surat perintah untuk penangkapan Rousseau. Dia selamat karena mendapat peringatan dari kawan-kawannya yang mempunyai kedudukan tinggi di pemerintahan. Setelah itu, dia menjadi seorang pelarian selama bertahun-tahun. Orang-orang Kalvanist juga menolak bukunya Émile bahkan diluar wilayah katolikpun dia terpaksa pindah dari satu tempat ketempat lain. Namun dia selalu mendapatkan perlindungan, di Britain (dimana dia tinggal selama 15 bulan pada tahun 1766-67) dan di Perancis pun juga demikian, dimana dia hidup dari 1967 dan seterusnya.
Beliau banyak menghasilkan tulisan-tulisan yang mana ramai beranggapan tulisannya merupakan faktor penting bagi pertumbuhan sosialisme, romantisme, totalitersme, anti-rasionalisme serta dikatakan mengilhamkan Revolusi Perancis pada tahun 1789 dan merupakan penyumbang kepada ide-ide moden yang menuju kepada kebebasan, kesamaan dan keadilan. Antara penulisan beliau yang terkenal adalah Disc ourse On The Origin of Inequality  (1755), La Nouvelle Heloise(1761),The Social Contract ,Du Contrat Social (1762), Emile (1762) dan Confessions(1770).
Rousseau juga dikenali sebagai pemikir politik yang radikal karena di samping mengemukakan pendapat mengenai sejarah manusia yang agak idealistik, beliau juga mencadangkan beberapa perkara yang perlu diperkenalkan supaya manusia dapat mengekalkan sifat-sifat semula jadi. Contohnya, beliau mencadangkan satu cara pendidikan dan pengasuhan yang beliau yakin akan menghasilkan manusia yang tidak dicemari sifat-sifat buruk malahan sudah pasti mewujudkan manusia yang mempunyai sifat yang serba legkap..
            Pada saat kematiannya., reputasinya mulai segar kembali dan mencapai puncaknya ketika revolusi Perancis mengambil alih kekuasaan.  Dia meninggal dunia pada tahun 1778, dia dikubur di Île des Peupliers dekat danau Ermononville dan dengan cepat tempat itu menjadi tempat tujuan peziarah orang-orang sekuler dari seluruh Eropa, seperti kuil orang-orang suci Abad Pertengahan. Pujian terus diberikan jauh sesudah abunya dipindah di Panthéon, Paris.

Tanggapan Kelompok : LATAR  BELAKANG  KEHIDUPAN   JEAN  JACQUES  ROUSSEAU
1.    Semangat untuk belajar, untuk mengembangkan dirinya , serta untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan harus dilakukan , dijalani dan diperjuangkan,  jika ingin berhasil hidupnya serta menjadi berkat bagi banyak orang,   Seperti Jean Jacques Rousseau yang adalah anak yatim sejak kecil, dan ayahnya hanya seorang tukang Jam namun mampu menjadi tokoh Pelopor Ilmu.
2.    Kehidupan Seorang ayahnya ternyata dapat mempengaruhi pembentukan watak dan pemikiran anaknya,  Salah satu contohnya kehidupan nyata Rousseau yang ternyata banyak dipengaruhi oleh ayahnya , terutama  dalam pembentukan watak dan pemikirannya, hal itu di tulisnya dalam karya beliau bertajuk “ Confessions”. Oleh karena itu jadilah ayah atau orang tua yang baik bagi anak-anak di rumah, maupun di tempat tugas kita.
3.    Suramnya kehidupan seseorang waktu kecil,waktu remaja belum tentu menjadikan kehidupannya suram ketika dia sudah Dewasa.
4.    Lingkungan dan pergaulan mempengaruhi pembentukan pribadi, pola pikir, sikap seseorang.

2.      Pandangan Teologis JEAN  JACQUES  ROUSSEAU
Pandangan Rousseau yang paling matang tentang Agama dibahas dalam buku “Emile”, pada bagian yang berjudul  “ Pengakuan Iman Seorang Imam Savoi” dipaparkan dalam rangka pendidikan agama bagi pelajar yang bernama “Emile”. Yang intinya pemaparannya :
1.    Memaparkan kehidupan pribadi Rousseau ( si imam Savoi)  Ia pernah melanggar sumpah kesuciannya sebagai imam.
2.    Dalam pengasingannya ia merenungkan bahwa Imanya berupa warisan.
3.    Imam Savoi ( Rousseau ) berpaling  ke pokok-pokok pernyataan yang dianjurkan oleh pemeluk agama dari pelbagai persekutuan iman,  setelah membaca  tulisan kaum Filsuf, hasilnya mengecewakan, yaitu ; 
(1). pengarang-pengarang pokok imannya angkuh dan berpendapat karangannya betul-betul benar, padahal mereka itu kejam, mereka senang meremehkan gagasan yang bukan miliknya,tanpa menganjurkan pandangan yang menjawab keberatan yang diucapkan oleh pemikir lain.
(2). Masing-masing pemeluk agama tidak hanya memberitakan kebenaran agama mereka, namun mereka rajin merendahkan martabat para penganut agama-agama lain.
Siasat yang digunakan Rousseau untuk menyoroti keberadaan manusia di dunia ini :
1.      Untuk menyoroti keberadaan manusia ,Rousseau bertitik tolak dari pengalaman pribadi secara langsung.
2.      Melalui proses berefleksi saja ia dapat memperoleh pengetahuan  yang dapat dipercaya, tanpa perlu  menerima pernyataan khusus.
3.      Dengan penggunaan metode alamiah saja akan sampai pada beberapa pokok iman.
4.      Rousseau menjauhkan diri dari semua pendapatyang menyalahkan pemeliharaan Tuhan serta mengecamnya.
5.      Rousseau tidak keberatan jika Allah menjatuhi hukuman bagi diri kaum jahat,sehingga akhirnya diharapkan sesama jahat itu akan memperoleh perdamaian abadi dikemudian hari.
6.      Orang yang sudah menyadari asas keadilan dan kebajikan yang hendak dipakai sebagai tolak ukur untuk mempertimbangkan tindakannya. ( oleh Rousseau dinamai Asas “Hati Nurani “).
7.      Yesus dianggap orang yang paling mulia.
Rousseau berpendapat, bahwa manusia adalah makhluk yang paling dekat dengan Allah. Namun kenyataan ini bukanlah hasil dari prestasi manusia,melainkan kehendak Tuhan Sebagai hasilnya,ada dasar pertama untuk memuji Tuhan. Tetapi jika diperiksa dengan seksama, hasilnya mengecewakan,tatanan yang sudah ada sebenarnya tidak demikian.

3.      Pandangan Psikologis  JEAN  JACQUES  ROUSSEAU
1.      Walaupun Rousseau bukan ahli Psikologi, namun ia betul-betul adalah seorang pelopor Psikologi dalam bidang Pendidikan karena ; Rousseau mendorong para pendidik  dan orang tua untuk mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan sifat dengan  sifat pertumbuhan khas  si anak .
2.      Orang dewasa perlu diperlakukan  sebagai orang dewasa,dan si anak perlu diperlakukan sebagai seorang anak.
3.      Ruang lingkup studinya mencakup anak dari empat golongan umur, yaitu :
(1). 0 sampai akhir umur 4 tahun ( balita ), masa kanak-kanak
(2). 5 sampai 11 tahun, masa remaja muda
(3). 12 sampai 14 tahun, masa remaja tua atau masa pemuda muda
(4). 15 sampai dengan 20 atau 21 tahun ,yaitu telah dewasa dan siap untuk menerima tanggung jawab  berkaitan pernikahan.

4.      Pandangan Pendidikan Secara Umum  JEAN  JACQUES  ROUSSEAU
1.     ROUSSEAU, setuju dengan dalil COMENIUS  bahwa status “ manusia” tidak dicapai sebagai hasil kelahiran saja, malahan karena ia dijadikan sedemikian rupa oleh Pendidikan yang bersumber  pada tiga hal, yaitu; alam, manusia dan benda-benda.
2.     Jika keselarasan antara ketiga sumber pendidikan tersebut ( alam, manusia,dan benda-benda) ada, maka si pelajar sudah dididik dengan baik.
3.    Tujuan Pendidikan secara umum yakni untuk mengembangkan semua bakat si murid agar mereka diperlengkapi hidup merdeka terlepas  dari ketergantungan para prakarsa orang lain, atau tempatnya yang khusus dalam masyarakat.
4.   Rousseau berpendapat; tugas hidup merdeka adalah panggilan yang perlu diajarkan kepada murid.
5.   Alam adalah Guru dasariah, dan walaupun alam adalah guru dasariah, tetap harus ada guru insane yang mengembangkan  tugas belajar secara teratur yang selaras dengan alam.
6.   Kesempatan belajar; tidak hanya  wajib disediakan bagi anak-anak laki-laki saja, tetapi anak-anak perempuan juga.
7.   Kurikulum ; bersifat  kontektual dan akan muncul secara wajar dalam proses hidup bersama, jadi mereka merasa tidak terbelenggu oleh Kurikulum yang dikeluarkan oleh Instansi Pemerintah.

5.      Pandangan Pendididikan Agama menurut  JEAN  JACQUES  ROUSSEAU
1.      Demi kepentingan agama sendiri , bahkan kemuliaan Allah pun, Rousseau berpendapat; Pendidikan agama terlampau penting untuk diajarkan untuk anak-anak.
2.       Sebelum berumur 15 tahun ke atas bukan hanya tidak mencapai sasaran , sebab pendidkan itu kelak menjadi hambatan yang menghalangi  penerimaan agama yang sebenarnya.
6 alasan  Rousseau Pendidikan Agama Kristen jangan masuk ke dalam pengalaman belajar si anak di bawah umur 15 tahun , yaitu :
(1). Gagasan yang salah tentang Allah yang ditangkap anak cenderung menjadi endapan yang tidak terhilangkan dalam pikiran si anak ketika ia dewasa. Alhasil ia hidup sebagai seorang yang dewasa berdasarkan pengertiannya tentang Allah yang ia terimanya sewaktu ia sebagai seorang anak.
(2). Anak diharuskan menghafalkan Katekismus, meski isinya asing bagi anak, akan menarik kesimpulan bahwa agama adalah sesuatu yang khusus bagi anak, yaitu suatu pokok yang berada diluar kemampuannya untuk dipahami. Memang dapat ia hafalkan semua pertanyaan dan jawaban, tetapi ia rindu sekali akan masa dewasa nanti tatkala agama dapat ditinggalkan.  Kesimpulan itu dikuatkan  lagi karena sering kali ia melihat bahwa orang dewasa tidak berdoa dan tidak terus mendalami imannya.
(3). Oleh karena katakismus anak disuruh mengucapkan jawaban yang bukan jawaban yang sudah menjadi miliknya, maka dalam pikirannya agama dikaitkan dengan pengalaman yang tidak jujur.
(4). Tekanan atas dogma yang tampak  dalam katekismus  menyelewengkan perhatian anak dari hal-hal yang jauh lebih penting , yaitu akhlak pribadi yang baik dan pelayanan demi sesame manusia.
(5). Gaya beribadah  cenderung memusatkan perhatian anak pada hal-hal  keagamaan yang lahiriah saja. Pakaian Pelayan Firman, isi liturgy,sakramen-sakramen, hari raya gereja, selalu ada resiko; bahwa anak menganggap keterlibatan dalam kebaktian sendiri adalah perbuatan  yang membuktikan kesetiaannya kepada Tuhan. Oleh karena itu lupa, bahwa Allah mencari kebaktian yang turut memperbaiki  mutu kehidupan dari setiap orang yang percaya.
(6). Pendidikan Agama Kristen yang berporos pada katekismus disusun berdasarkan praduga yang salah tentang perkembangan pikiran anak. Menurut praduga , kemampuan menghafalkan  jawaban atas pertanyaan tentang apa saja adalah  sama dengan memperoleh makna  yang tercantum didalamnya. Disamping itu, isi pertanyaan dan jawaban yang terlampau jauh  dari pengalaman sehari anak-anak.

6.      Pandangan Asas-asas Pendidikan Khusus menurut  JEAN  JACQUES  ROUSSEAU
1.      Anak Balita ( kelahirannya sampai dengan 4 tahun )
Dapat  diberikan beberapa hala tugas belajar seperti :
(1). Menyusui dari payudara ibu.
(2). Menggerakan anggota tubuh secara bebas
(3). Memeriksa banyak hal yang berada dalam dunia sekitarnya
(4). Menyentuh banyak benda yang ada disekitarnya
(5). Memenuhi kebutuhan sendiri; dalam arti keperluan akan pertolongan  dari orang lain semakin dikurangi.
(6). Mengalami hukum alam dalam arti ia menerima hasil langsung dari tindakannya dan tidak  dari campur tangan orang disekitarnya
(7). Memanfaatkan bahasa ibu secara benar.

2.      Masa Kanak-kanak  (  umur 5 sampai 11 tahun )
(1)   Melatih kemampuan secara jasmani
(2)   Memperbaiki ketrampilan yang berkaitan dengan kebutuhan hidup
(3)   Mempertajam penggunaan panca indera
(4)   Bersaingan hanya dengan diri sendiri saja
(5)   Bertindak baik  
3.      Masa anak ( yang berumur 12 sampai 14 tahun )
(1)      Melatih anak membuat serta memakai alat –alat
(2)      Memupuk perkembangan Intelektual
(3)      Melibatkannya dalam Pertimbangan Apa yang benar dan Berharga

4.      Masa  Puber
(1)      Membahas Arti Persahabatan dan Cinta Kasih
(2)      Memahami sesama sebagai diri Pribadi
(3)      Memeluk Agama Yang dapat dipertahankan
(4)      Melayani kebutuhan masyarakat
(5)      Mempertimbangkan pentingnya Buah kebudayaan

7 .  Jika diimplentasikan Pada Pendidikan Agama Kristen Sekarang
Kelompok Kami berpendapat :
1.      Semangat untuk belajar, untuk mengembangkan dirinya , serta untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan harus dilakukan , dijalani dan diperjuangkan,  jika ingin berhasil hidupnya serta menjadi berkat bagi banyak orang,   Seperti Jean Jacques Rousseau yang adalah anak yatim sejak kecil, dan ayahnya hanya seorang tukang Jam namun mampu menjadi tokoh Pelopor Ilmu.
2.      Kehidupan Seorang ayahnya ternyata dapat mempengaruhi pembentukan watak dan pemikiran anaknya,  Salah satu contohnya kehidupan nyata Rousseau yang ternyata banyak dipengaruhi oleh ayahnya , terutama  dalam pembentukan watak dan pemikirannya, hal itu di tulisnya dalam karya beliau bertajuk “ Confessions”. Oleh karena itu jadilah ayah atau orang tua yang baik bagi anak-anak di rumah, maupun di tempat tugas kita.
3.      Suramnya kehidupan seseorang waktu kecil,waktu remaja belum tentu menjadikan kehidupannya suram ketika dia sudah Dewasa.Maka kita harus memiliki pandangan positif terhadap anak didik kita, menerima kekurangan dan kelebihan mereka dengan kasih dan tetap mendidik mereka dengan baik sesuai dengan kondisinya.
4.      Lingkungan dan pergaulan mempengaruhi pembentukan pribadi, pola pikir, sikap seseorang, dengan demikian kita wajib memperhatikan dan membimbing anak didik kita dalam lingkungan dan pergaulan agar dapat terbentuk pribadi yang baik sebagai anak-anak Tuhan. 
5.      Pandangan Pendidikan dan Psikologi  Rousseau ,mengingatkan kita bahwa mengajar PAK, diharapkan  disesuaikan  dengan tingkat kemampuan dan perkembangan si anak agar mencapai sasaran yang diharapkan .
6.      Pandangan Teologi Rousseau, mengingatkan kita agar proses pembelajaran PAK di gereja juga disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan perkembangan usia si anak agar mencapai sasaran yang diharapkan serta pertumbuhan iman mereka dapat berlangsung sesuai tingkat perkembangan usianya, sehingga pengertiannya tentang Allah dapat ia pahami, ia terima dan  ia dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dengan lebih baik


BAB III:        
JOHANN HENDRICH PESTALOZZI, PENDIDIKAN SEKOLAH MODERN
Description: Berkas:Johann Heinrich Pestalozzi.jpg
Johann Heinrich Pestalozzi (lahir di Zürich12 Januari 1746 – meninggal di Brugg17 Februari 1827 pada umur 81 tahun) adalah seorang pendidik yang mempelopori sistem pendidikan (pedagogue) baru di Swiss dan dikenal sebagai Pendiri Sekolah Dasar Modern.
Heinrich Pestalozzi lahir di Zürich pada tanggal 12 Januari 1746, dan meninggal di Brugg pada tanggal 17 Februari 1827. Dialah juruselamat kaum miskin di NeihofPengkhotbah rakyat dalam buku Lienhard und GertrudBapa anak piatu di Stanz, Pendiri Sekolah Dasar Baru di Burghof dan MünchenbuchseePendidik umat manusia di Yverdun, Seorang laki-laki, seorang Kristen, seorang warga negara Segala sesuatu bagi orang lain, sedangkan bagi dirinya sendiri tidak ada apa-apa! Terpujilah namanya!
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN - Johann Heinrich Pestalozzi

Johann Heinrich Pestalozzi (lahir di Zürich, 12 Januari 1746 – meninggal di Brugg, 17 Februari 1827 pada umur 81 tahun) adalah seorang pendidik yang mempelopori sistem pendidikan (pedagogue) baru di Swiss dan dikenal sebagai Pendiri Sekolah Dasar Modern.
Pestalozzi lahir pada tanggal 12 Januari 1746 di Zürich dan meninggal pada tanggal 17 Februari 1827 di Brugg. Ayahnya seorang dokter, yang meninggal pada saat Pestalozzi berumur 6 tahun dan sejak itu dia diasuh oleh ibunya. Pada masa kecilnya, Pestalozzi merupakan anak yang tidak begitu tertarik dengan tugas-tugas belajar yang menggunakan metode menghafal di sekolah, tetapi dia lebih berminat dengan tugas-tugas yang menggunakan daya imajinasi. Kelainan sifatnya itu dipengaruhi: (1) selama masa kanak-kanak, keadaan tubuh Pestalozzi lemah sehingga menyebabkan dia sering sakit-sakitan. Hal ini kemudian menyebabkan (2) dia tidak dapat bergaul dan bermain seperti anak laki-laki pada umumnya dan lebih merasa aman dalam hubungan dengan ibunya. (3) Di samping itu, fakta bahwa tidak adanya tokoh laki-laki yang mengambil peran dalam keluarga Pestalozzi, membuat dirinya hidup dalam dunia khayalan. Alhasil, Pestalozzi tampak memiliki kelainan sifat yang berbeda dengan teman-teman sebayanya, sehingga akhirnya dia dijuluki Heinrich Bodoh dari Kota Aneh.
Pada tahap awal perjalanan kariernya, Pestalozzi berkeinginan untuk mengikuti jejak kakeknya yang adalah seorang pendeta Protestan yang melayani jemaat di pedesaan. Keinginan ini berawal ketika Pestalozzi melihat adanya ketidakadilan dan penindasan yang dilakukan oleh para penguasa terhadap rakyat di daerah itu. Pestalozzi prihatin terhadap nasib mereka yang tertindas dan ingin menolong mereka memperoleh pendidikan. Pendidikan yang memadai dianggap sebagai solusi untuk keluar dari penindasan tersebut. Atas dorongan kakeknya, Pestalozzi masuk ke salah satu perguruan tinggi. Akan tetapi, ketika menempuh proses pembelajaran di perguruan tinggi, Pestalozzi lebih tertarik pada gaya penulisan dan pemikiran pengarang klasik. Ia bahkan pernah menerjemahkan karangan bermutu tinggi milik Demosthenes. Ketertarikannya terhadap filsafat kuno itu membuatnya ragu akan tujuannya yang semula. Semakin ragu lagi ketika ia berkotbah di depan klasis dan mendadak berhenti karena lupa isinya. Pengalaman buruk ini membuat Pestalozzi mundur dari keinginannya untuk menjadi seorang pendeta.
Pandangan Teologis
Pestalozzi merupakan seorang yang tidak bersabar dalam dogmatis yang berlaku digereja Reformasi, dimana para pendukung sistem tersebut lebih menyusun ajaran teologis yang “benar” daripada mewujudkan ajaran itu kedalam kehidupan sehari-hari. Keprihatian mereka atas kata-kata yang berliku-liku (Zungendrescherei) itu menghalangi pertumbuhan iman hidup dalam diri warga muda dan dewasa. Titik berat dari usaha orang Kristen perlu berpaling dari seruan kosong ke pelaksanaan kehendak Bapa di sorga. (Mat. 7:21-23).
Dalam tulisan Pestalozzi ada lima teologis utama yang mencolok, yaitu  :
1.    Kepercayaan kepada Allah Bapa
Bila Allah bukanlah Bapa kita, maka tidak ada dasar yang dapat dipercayai untuk menghadapi tantangan hidup ataupun untuk mengembangkan pendidikan yang berhasil. Allah Bapa yang ada dipondok orang yang paling hina dan sekaligus pula yang hidup dalam gedung paling mewah. Dialah pemberi kebahagiaan dalam kehidupan. Kita mengenal Allah Bapa melalui pemeliharaan-Nya dalam segala suka dan duka. Lebih dekat lagi kita mengalami mutu hubungan antara suami dan istri, antara anak dan orang tua.
Kesempatan menikmati hak istimewa saya  sebagai ayah, kasih tidak terhingga dari istrin dan ucapan syukur dari anak yang bersemangat, semua ini adalah hasil dari kepercayaan kepada Allah, adalah dasar bagi kepercayaan saya kepada Allah. Mempercayai ayah, anak dari Allah, adalah dasar bagi kepercayaan saya kepada Allah adalah jaminan tentang kepercayaan saya kepada ayah, begitu pula jaminan tentang pemenuhan semua tanggung jawab dirumah.
Banyak orang yang menolak hubungan dengan  Allah, Allah telah mengaruniakan hidup bagi semua orang  dan menjadi anak Allah. Tetapi ada orang yang tidak mau hidup setia dalam bimbingan Tuhan . sehingga mereka tidak dapat menikmati kebahagiaan yang terbuka bagi yang percaya kepada Allah. Kepercayaan kepada Allah memisahkan manusia, meciptakan pemisahan antara anak Allah dan anak dunia. Hubungan manusia tidaklah abadi hanya hubungan dengan Allah Bapalah yang  bersifat abadi.
2.    Alam sebagai pedoman
Pestalozzi tidak memiliki pandangan yang romantis dengan alam. Dalam pandangan Pestalozzi alam tidak dapat berdiri atas kekuatannya sendiri, alam bergantung sepenuhnya kepada Allah pencipta dan alam adalah ciptaan-Nya, berefleksi atasnya tidak akan memenuhi kebutuhan yang paling urgen, yakni bagaimana memperoleh jalan keluar dari fakta orang-orang meninggal. Berfleksi atas bagian tertentu dalam dunia alam yang mempesona tidak akan menolong orang mengenal sumber utama dari semuanya, yaitu Allah sendiri.
Akan tetapi setelah kita menjadi percaya  kepada Allah, Bapa dan Pencipta,, alam perlu diketahui dan dihargai, karena Allah sendiri mebikmati ciptaan-Nya serta bergembira ketika melihat-Nya. Kalau kita bekerja sama dengan alam dan tidak melawannya, maka kita akan mencapai sebagian dari kemungkinan yang termuat dalam diri kita sebagai ciptaanAllah.
Kelemahan sistem pendidikan di Swiss dan ditempat lain berakar dalam kesalahan mengajar  anak, yakni siasat memindahkan keterangan dari buku kenalar murid tanpa bertanya lebih dahulu apakah pendekatan itu sesuai dengan irama alam atau tidak.
Pestalozzi bermaksud mengetahui sifat anak dan caranya berkembang. Segala metode mengajar dan mata pelajaran tertentu harus disesuaikan dengan sifat tersebut. Irama alam memang jangan selalu diikuti, khususnya sesudah anak berumur empat atau lima tahun. Anak didik perlu dimasyarakatkan sesuai dengan asas –asas yang sudah dikembangkan oleh umat manusia sepanjang abad. Dan anak harus diantar untuk bertindak secara moral dan untuk menjadi percaya kepada Allah.
3.    Yesus sebagai juruselamat dunia
Dalam karya Pestalozzi lebih banyak menyebut nama Allah dari pada nama Yesus, hubungan dengan Allah dan Yesus sangat penting baginya. Hal ini dapat dilihat dalam cara hidupnya yang dipengaruhi Yesus sendiri. Pestalozzi  betul-betul seorang yang hidup untuk melayani orang yang paling hina (Matius 25:31-46). Dia berharap melihat tindakan serupa dari semua pelayan Firman dan pemimpin lain di gereja. Bagi Pestalozzi secara ribadi aalah lebih penting menghayati Amanat Yesus daripada berdebat tentang hubungan intima antara Allah Bapa dan Yesus, atau bagaimana caranya kematian Yesus menyelamatkan orang.
4.    Manusia : Jati diri dan tugasnya
Jati diri manusia dibahas dalam tiga pokok, yakni sebagai makhluk dari alam; manusia sebagai makhluk sosial; dan manusia sebagai makhluk moral. Selain itu terdapat dua macam yang mendasari pikirannya, yaitu manusia sebagai oknum yang percaya dan manusia yang bernasib Ilahi (divine destiny).
a)    Manusia sebagai Oknum yang Percaya
Keyakinan ini tidak diperoleh dari pembahasan dalam Alkitab, walaupun isinya tidak asing baginya seperti yang tampak dalam banyaknya kutipan yang termuat dalam karya Pestalozzi. Kepentingan dari kepercayaan lebih pribadi daripada itu. Tanpa kepercayaan akan Allah, Pestalozzi tidak memahami bagaiman ia tetap bertekun dalam pekerjaan. Jati diri yang memungkinkan orang untuk mengadakan kehidupan yang berporos pada penderitaan dan kepercayaan itu adalah tabiat paling khas dari makhluk manusia.
Meskipun orang mengetahui banyak dan memiliki kemampuan luar biasa, tetapi kalau ia tidak percaya, maka ia belum mendapat identitasnya sebagai manusia. Manusia tidaklah hanya makhluk yang percaya kepada Allah, ia adalah makhluk yang percaya akan sesamanya manusia juga. Kedua tabiat itu tidak dikenal oleh makhluk lain apa pun.
Kepercayaan itu sering dilanggar dan orang cenderung tergoda menjadi bersikap sinis terhadap sesamanya, orang yang tidak percaya lagi akan sesamanya tabiat khas itu sudah hilang. Dan keadaan inilah yang dialami begitu banyak orang miskin, mereka tidak percaya kepada orang lain kerena pengalaman pahit yang mereka alami. Pestalozzi bermaksud memperlengkapi mereka mempercayai diri agar dirinya kuat untuk mempercayai sesamanya.

b)    Manusia Sebagai Makhluk dari Alam
Pertama, perhatian Pestalozzi diarahkan kepada jati diri manusia sebagai makhluk  dari alam, karena jati diri itu menhilangkan dasar bagi pembagian manusia kedalam berbagai kelas sosial. Semua orang berhak menerima pendidikan yang menolong mereka memperoleh manfaat dari sejumlah bakat yang terdapat dalam diri mereka masing-masing. Dalam alam tidak ada raja dan kaum rendah, karena demikianlah ditentukan oleh asas-asas alamiah yang abadi.
Kedua, pestalozzi menolak gagasan dosa asal, walaupun tidak ada keharusan bagi si anak berbuat dosa, namun ia mulai berbuat itu sebagai jawaban atas kegagalan atas pemenuhan kebutuhannya, sebagai sumbangan dari orang di sekitarnya. “Korupsinya dimulai tatkala naluri dan watak baik itu gagal memperoleh segala pertolongan yang ia perlukan. Dan kedua-duanya tak mampu lagi menentukan cara ia mempertimbangkan pelbagai keputusan yang perlu ia ambil.

c)    Manusia sebagai makhluk sosial
Walaupun ada keuntungan bagi manusia tatkala ia menyerahkan sebagaian dari kemerdekaannya untuk memperoleh keamanan, namun keuntungannya bersifat mendua. Pada satu pihak, hukum melayani kemanan manusia dan ketiadaan hukum itu merendahkan martabatnya. Tetapi dari pihak lain, perkembangan tatanan sosial cenderung merongrong kemerdekaan yang dinikmati manusia dalam alam. Kemerdekaan itu menggantikan hak memperoleh milik pribadi. Didalam hati manusia timbullah kebutuhan yang lain lagi, yakni  untuk menang atas tabiat alamiah dan pelbagai keterbatasan yang berkaitan dengan kehidupan sebagai mkhluk sosial. Sementara itu orang yang bersangkutan tidak mau hidup hanya berdasarkan naluri yang berasal dari alam, ataupun berdasarkan hubungan-hubungan sosial yang terwujud dalam hukum-hukum dan peraturan-peraturan, karena didalam diri orang ada suara moral yang berseru kepadanya untuk hidup sebagai makhluk moral.
d)    Manusia sebagai makhluk Moral
Moralitas adalah prestasi dari kehendak manusia, suatu hasil dari watak baik yang menang atas perasaan yang hanya mementingkan diri. Agama buaknlah penyebab moralitas, melainkan hasil dari moralitas. Dan moralitas itu sendiri lebih banyak dipupuk oleh perasaan ketimbang gaya berpikir . untuk bertumbuh secara moral, kita harus merasa secara dalam. Suatu tindakan atas kelakuan boleh dikatakan moral sejauh tindakan atau kelakuan itu tidak dilaksanakan karena dipaksa oelh kebiasaan sosial atau hukumnegara, tetapi hanya karena dibuat oleh keputusan pribadi saja. Dan ketika gagal untuk bertindak moral itu dinamakan dosa yang menodai perasaan primitif kita (bukan dosa asal), bahkan damapak buruk lagi, kita tidak mendengar pengajaran dari hati nurani, tidak percaya kan diri sendiri dan tidak percaya kepada Allah.

e)    Tugas Manusia di Bawah Kekuasaan Allah
Dibawah kekuasaan Allah semua orang derajatnya sama. Walaupun dalam tugas masing-masnig orang adalah berbeda. Rakyat dan para warga wajib bertindak adil di dalam persekutuan yang paling intim, yaitu keluarga dan dalam masyarakat lebih  luas. Tanpa keadilan, tidak ada kemerdekaan yang sejati. Hubungan timbal balik antara kemerdekaan dan keadilan harus sejalan.
Semua orang berhak mengalami kemerdekaan, disamping wajib bertindak adil terhadap sesamanya. Kedua tugas ini cenderung dipenuhi melaulia kepemimpinan  yang sadar akan mandat yang diberikan kepadanya oleh Allah, dan melalui kesempatan bersekolah yang disediakan bagi semua anak. Keadilan adalah musuh dari semua bentuk kebodohan dan kemelaratan. Dan manusia adlah makhluk yang ditugaskan Allah untuk mempertahankan kemerdekaan serta melaksanakan keadilan.

f)     Manusia Bernasib Ilahi
Dari keyakinan Pestalozzi tentang Allah sebagai Bapa, ia menarik kesimpulan bahwa manusia bukanlah makhluk yang meninggal saja, memang akan meninggal sama seperti makhluk hidup yang lain, kalau Allah sebagai Bapa untuk orang-orang, maka maksud lengkap belumlah tergenapi pada saat mereka meninggal. Mereka tidak akan mengenal kematian kekal malahan mereka akan hidup selama-lamanya

5.    Pengalaman Beriman Secara Pribadi
Pestalozzi merupakan seorang yang hidup dalam lingkungan usaha untuk mengabdikan diri kepada Allah.Apakah ia berhasil menyampaikan pengalaman itu melalui karya tulis atau tidak, harus dipertimbangkan oleh setiap pembaca.
Dasar Ilmu Jiwa
Pestalozzi hidup sebelum ilmu jiwa dijadikan ilmu pengetahuan sendiri, namun ia mendahului perkembangan bidang ini dengan jalan menraik kesimpulan tentang kelakuan anak berdasarkan percobaan sederhana diruang kelas. Ia mencatat hasilnya agar mengujinya lagi. Memang masih terdapat tinjauan pribadi yang tidak disokong oleh percobaan ilmiah
Pokok dasar ilmu jiwa ini akan dibahas dalam tiga tema, yakni  :
a.    Sumber dasarnya
b.    Asas-asas belajar – mengajar
c.    Pertumbuhan iman

a.    Sumber Dasar Ilmu Jiwa
Keinginan untuk memperoleh pengetahuan berdarsarkan percobaan menunjukkan bahwa gaya berpikir Pestalozzi bersifat modern, dalam arti ia menganggap Alkitab sebagai sumber bagi hal-hal rohani dan tidak lagi sebagai dasar untuk segala urusan insani. Pestalozzi siap menyelidiki anak untuk memahami perkembangan anak sebagaimana ia ada, daripada mempelajari kelakuannya yang seharusnya ada berdasarkan pandangan teologis saja.
Dia memulai penelitian seauai dengan praduga bahwa kunci untuk membuka rahasia perkembangan anak terletak dalam alam sendiri. Apa yang berlaku dalam proses pertumbuhan tumbuhan dianggap sebagai suatu model yang perlu diterapkan dalam proses belajar-mengajar insani.
b.    Asas – asas Belajar – Mengajar
Berdasarkan metode percobaan dan analogi dalam alam itu, Pestalozzi menemukan asas-asas belajar mengajar berikut  :
1.      Si guru membagi bahan yang diajarkan kedalam sejumlah tahap yang semakin sulit. Demikianlah ia membangun atas pengetahuan yang sudah ada dalam diri si anak sebelum ia menambahkan pengetahuan baru.
2.      Anak belajar lebih baik kalau guru memusatkan perhatian pada tugas belajar yang terbatas. Dengan begitu semua tenaga anak didik disalurkan pada tugas belajar tersebut dan tidak menyeleweng ke dalam kegiatan lain yang hanya mengacaukan.
3.      Anak belajar melalui pancaindera. Karena itu hendaknya kesempatan diberikan kepadanya untuk mengalami obyek tertentu dari jarak yang cukup dekat namun terkadang ia harus menjauhkan diri dari tugas tertentu agar melihatnya lebih utuh.
4.      Semua pengetahuan yang diperoleh melalui pancaindera dapat digolongkan dibawah tiga kata, yakni jumlah, bentuk dan bahasa.
Pestalozzi menyimpulkan bahwa semua pengetahuan berasal dari dari tiga kekuatan dasariah, yaitu :
a)    Kekuatan membuat bunyi yang berarti asal muasal bahasa;
b)    Kekuatan gaya imajinasi yang belum teratur tetapi yang penuh dengan kemampuan memupuk perasaan. Dari situlah timbul kesadaran akan semua bentuk;
c)    Kekuatan gaya imajinasi yang teratur tetapi yang tidak dibatasi melulu dengan kemampuan untuk memupuk perasaan saja. Dari situlah kesadaran akan keutuhan dan kemampuan menghitung dan ilmu hitung itu sendiri berasal.

Berdasarkan ketiga kenyataan dalam alam itu, Pestalozzi menyimpulkan bahwa tiga tugas kurikuler tersirat dalam  :
a)    Mengajar anak melihat setiap benda sebagai kesatuan, yakni yang berbeda dari benda lain.
b)    Mengajar anak tentang bentuk dari setiap benda; umpamanya besarnya, panjangnya, lebarnya.
c)    Mengajar anak tentang nama setiap benda dan katayang dipakai untuk menggambarkannya.
Dari ketiga hal tersebut anak terlibat dalam pengalaman menghitung, mengukur dan berbicara.
5.      Pengalaman belajar akan lebih berhasil bila guru mengelompokkan bagian pengetahuan yang sifatnya sama, atau paling tidak yang mirip satu sama lain. Membangun tugas belajar atas asas ini menhasilkan dua keuntungan dalam diri si pelajar   :  1).  Ia lebih gampang menangkap hubungan-hubungan yang berlaku diantara beberapa obyek ataupun gagasan tertentu dan karena itu pengetahuan tersebut lebih gampang di ingat; 2).  Melihat persamaan gagasan yang berbeda akan turut menolong anak menjauhkan diri dari pandangan dogmatis , yakni pandangan  yang berat sebelah.

6.      Kecenderungan untuk ditarik oleh keindahan telah ditanamkan oleh alam dalam diri manusia. Tetapi pemberian ini hanya dikembangkan, meskipun banyak orang hidup ditempat yang dikelilingi oleh pemandangan yang indah.

7.      Walaupun terdapat hukum-hukum alamiah tentang cara belajar, namun dalam hukum-hukum itu tampak banyak kesempatan untuk bertumbuh secara bebas sesuai dengan kebutuhan dan sifat setiap orang. Belajar menurut hukum-hukum alam itu cenderung memupuk perkembangan sifat khas dari setiap anak karena memang perkembangan seantero pelajar adalah alasan mengapa guru mengajar.
Pestalozzi mengutamakan keunggulan tabiat manusia yang rohaniah diatas yang jasmaniah, tetapi tanpa meniadakan perlunya admya pendidikan yang berakar dalam hukum-hukum alam yakni cara anak berkembang, bertindak, berpikir, dan belajar.
c.    Pertumbuhan Iman
Pestalozzi bertindak sebagai ayah dan ibu dalam hubungan dengan anak-anak, dibesarkan dalam lingkungan kasih yang nyata terdapat kemungkinan yang besar bahwa ia akan percaya kepada Allah yang dilihat sebagai hasil mengalami kasih dalam ibu atau ayah yang dilihatnya (bnd. 1 Yohanes 4:20).
Latihan akan menyempurnakan prestasi, menggambar garis lurus dan lengkung yang menjadi kegiatan yang bersifat rohani dan tidak hanya sesuatu yang jasmani  saja. Anak akan mulai belajar kecewa akan dirinya, kalau ia tidak berusaha menyempurnakan buah prestasinya.
Allah dekat dengan anak, karena Dia dilihat dalam kasih ibu. Karena anak mengasihi ibu, maka ia siap mengasihi Allah. Sebagaimana ia rela taat pada ibunya, begitu pula ia rela taat kepada Allah dan hukum-hukum-Nya. Sebagaimana ia semakin mengikuti Allah, ia semakin mengasihi-Nya, dan bagaimana ia semakin mengasihi Allah , ia pun semakin mengikuti-Nya. Ia sedang mewujudkan Firman didalam dirinya seperti berikut : “Janganlah takut, Aku tidak akan meninggalkanmu; taatlah akan perintah-Ku; kehendak-Ku adalah keselamatanmu”.




Bab IV:         
FRIEDRICH W.A. FROEBEL, PENDIRI TAMAN KANAK-KANAK

Description: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/82/Frederick-Froebel-Bardeen.jpeg/220px-Frederick-Froebel-Bardeen.jpeg
Friedrich Wilhelm August Fröbel
Friederich Wilhelm August Fröbel (atau Froebel; lahir di OberweißbachSaalfeld-RudolstadtThüringenJerman21 April 1782 meninggal di SchweinaWartburgkreisThüringenJerman21 Juni 1852 pada umur 70 tahun) adalah salah satu tokoh pendidikan yang karya dan pemikirannya masih dijadikan acuan bagi dunia pendidikan modern hingga saat ini.Froebel adalah seorang tokoh pendidik raksasa yang pemikirannya banyak dipengaruhi oleh sejumlah pemikir Jerman yang ternama dan berpengaruh pada akhir abad 18 dan awal abad 19, diantaranya Johann Friederich Herbart (1776-1831)

Riwayat Hidup
Description: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5d/Fr%C3%B6belhaus.jpg/220px-Fr%C3%B6belhaus.jpg
Rumah kelahiran Fröbel di Oberweissbach
  • 21 April 1782 — Friederich Wilhelm August Froebel dilahirkan di OberweissbachJerman, sebagai anak bungsu dari enam bersaudara.[1] Ayahnya, pendeta Johann Jakob Froebel melayani enam desa di daerah tersebut. Ibunya meninggal pada saat ia berumur sembilan bulan.
  • 1792 — Paman dari pihak ibunya yang bernama Johann Cristoph Hoffmann yang melayani di Stadt-Ilm, mengambil Froebel muda yang baru berusia sepuluh tahun dan memeliharanya selama 5 tahun. Bersama pamannya Froebel muda merasakan kasih dan penghargaan sebagai seorang anak.
  • 1797 — Pada musim panas tahun 1797Froebel pindah ke Hirschberg dekat perbatasan ke Bavaria dan belajar tentang perhutanan, penilaian, land surveying serta geometri.
  • 1800 — Froebel belajar di Universitas Jena
  • 10 Februari 1802 — Ayah FroebelPendeta Johann Jakob Froebel meninggal, pada saat itu Froebel muda bekerja sebagai rimbawan (forester).
  • 1804 — Froebel belajar arsitektur di Universitas Frankfurt.
  • 1805 — Froebel mulai mengajar di sekolah milik Anton Gruner di Frankfurt
  • 1807 — Ia menuliskan sebuah surat kepada kakaknya, ia menjelaskan tentang cita-citanya untuk membangun sebuah sekolah: "Not to be announced with trumpet tongue to the world, but to win for itself in a small circle, perhaps only among the parents whose children should be entrusted to his care, the name of a happy family institution"
  • 18081810 — Froebel mengunjungi sekolah Pestalozzi di Yverdun dan menyerap hal-hal yang diamatinya di sana diantaranya: lingkungan sekolah yang lebih permisif, menekankan pada alam, objek-objek pelajaran.
  • 18131814 — Froebel bergabung dengan pasukan sukarela bagi angkatan bersenjata Prusia di Ludzow dan bertemu dengan dua orang muda yang kemudia menjadi sahabat dan rekan yang mendukungnya dalam dunia pendidikan yaitu: Langenthal dan Middendorf.
  • 1817 — Ia mendirikan sekolah di Keilhau
  • 1826 — Ia menerbitkan bukunya yang pertama yang berjudul “The education of man” dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1885. Ia juga menciptakan 500 kotak kubus kayu yang kemudian dipakainya dalam pendidikan taman kanak-kanak.
  • 1831 — Froebel diundang ke Switzerland untuk membuka sekolah dan ia tinggal di sana selama 5 tahun.
  • 1837 — Setelah tinggal sebentar di Berlin, Froebel pindah ke Blankenburg dan membuka pendidikan pra sekolah. Ia mebuat konsep tentang kotak kubus (gifts), permainan-permainan, lagu-lagu, cerita, kerajinan tangan, sebagai sarana belajar bagi anak-anak pra sekolah.
  • 28 Juni 1840 — Froebel membuka sekolah taman kanak-kanak yang pertama – ditandai dengan adanya sebidang tanah di lingkungan sekolah yang dipakai sebagai tempat anak-anak bercocok tanam dan memelihara tanaman.
  • 1847 — 7 sekolah taman kanak-kanak dibuka di Jerman
  • 1848 — 40 buah sekolah taman kanak-kanak dibuka di seluruh Jerman
  • 1849 — Dimulai adanya pelatihan bagi guru taman kanak-kanak
  • 21 Juni 1852 — Froebel meninggal dunia.
Dasar Ilmu Jiwa
Dalam dasar ilmu jiwa ini Froebel tidak memberikan batas-batas umur tertentu. Dia hanya memakai tiga tahap yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, dan pada masa tanggung. Selain itu, hal itu dikatakan Froebel karena perkembangan menurut Froebel terjadi bukan karena umur tetapi apabila seorang anak sudah dapat memenuhi kebutuhannya baik itu sebagai anak maupun sebagai orang dewasa. Alasan lain Froebel tidak memakai batas-batas umur tertentu adalah setiap tahap yang diberikan Froebel mempunyai ciri khas tertentu.
Tahap Bayi (masa ketergantungan)
Pada bagian ini Froebel menamakannya sebagai tahap “pendahuluan” bagian “dasar pendidikan. Pada tahap ini orang tua dituntut untuk aktif dan orang tua harus memperhatikan bayi sebelum bayi menunjukkan tindakan atau gerakan seperti menangis. Hal itu perlu dilakukan untuk sang bayi agar terjadi kesatuan baru yaitu pertumbuhan batin dimana sang bayi akan menghormati orang yang ada disekitarnya. Pada tahap perkembangan ini bayi juga dinamakan Saugling yaitu menghisap, maksudnya pada tahap ini bayi menangkap keanekaragaman dari sekitarnya. Oleh karena itu, orang di sekitar bayi tersebut mampu mengembangkan lingkungan yang sehat, aman, menarik, dan murni. Selain itu, Froebel juga sangat menekankan bahwa setiap gerakan bayi haruslah diperhatikan mulai dari bayi tersebut tersenyum, sedang diam, dan juga saat bayi tersebut ada dalam pangkuan ibu.
Masa kanak-kanak (masa permulaan pendidikan)
Froebel mengatakan bahwa tahap ini merupakan masa permulaan pendidikan karena pada tahap ini anak sudah mulai bisa mengucapkan kata benda. Namun, kata yang pertama yang diucapkan anak tersebut biasanya sedikit salah dan merupakan kewajiban orang tua atau pendampingnya untuk memperbaiki perkataan tersebut dengan mengucapkan kata yang disebutkan anak tersebut dengan benar. Selain pengucapan, Froebel juga menekankan mengenai bermain dan menarik hubungan antara bermain dengan pengalaman pendidikan. Menurut Froebel, bermain merupakan proses dimana perkembangan kepribadian sedang terjadi. Oleh karena itu, ruang gerak anak tidak boleh dibatasi karena apabila kegiatan seorang anak dibatasi maka itu sama dengan mengikat nalar anaknya karena ia tidak bebas untuk menjelajahi lingkungannya. Masa kanak-kanak ini berakhir apabila seorang anak sudah mempunyai pengalaman lahiriah dan menjadikannya sebagai pengalaman batiniah.
Masa anak tanggung (masa untuk belajar)
Dalam bagian ini, anak sudah mulai mendapat pendidikan secara formal dan sistematis baik itu di bawah bimbingan guru maupun di bawah bimbingan orang tua. Titik beratnya ialah usaha untuk memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang lahirial, khas, dan khusus. Dalam tahap ini, Froebel juga menekankan bahwa anak mempunyai kecenderungan untuk mengerjakan sesuatu dan dalam mengerjakan sesuatu alangkah baiknya jika orang tua memperhatika apa yang dikerjakan anak dan memberikan dukungan dan apabila pekerjaan tersebut selesai maka orang tua selayaknya memuji perkerjaan anak tersebut. Dalam tahap ini juga anak sudah mulai berhubungan dengan orang-orang di sekitarnya sebagai contoh orang-orang di sekitarnya menyadari bahwa anak ini mempunyai sifat yang buruk. Namun, menurut Froebel sifat buruk yang muncul dari anak ini disebabkan oleh lingkungannya. Menurut Froebel, seorang anak menjadi nakal karena di lingkungannya ia tidak diperlakukan dengan baik.
Asas-asas Pendidikan
Kweekschool (sekolah pendidikan guru) pertama dengan asas Fröbel di Bandung pada tahun 1915
Melalui pengalamannya sebagai guru sekolah dasar selama bertahun-tahun, Fröbel mengemukakan beberapa asas yang dianggap bermakna untuk pelbagai tahap pendidikan.
Fröbel mendasarkan pandangannya tentang pendidikan atas dua dasar, dasar teologi dan dasar psikologi. Ia beranggapan bahwa manusia terdiri dari dua unsur tersebut.[1] Fröbel mengatakan bahwa apabila pendidikan terlalu menekankan salah satu sisi baik itu sisi rohani maupun sisi kecerdasan maka akan timpang atau berat sebelah.[1] Oleh karena itu, Fröbel berpendapat bahwa pendidikan itu haruslah menekankan kedua sisi tersebut.
Dasar Teologi
Dasar teologi Fröbel sangat berbeda dengan para teolog seperti Martin Luther atau Yohanes Calvin yang mendasarkan pandangannya atas Alkitab.Mungkin karena itu juga Fröbel tidak bisa sepenuhnya disebut teolog.
Ia mendasarkan pandangan teologinya pada alam. Fröbel menekankan hubungan antara kutub kecerdasan dan kutub alam. Menurut dia, alam senantiasa berupaya atau berubah untuk mencapai kecerdasannya atau alam terus menerus mengalami perubahan atau perkembangan untuk menuju ke bentuk sempurna. Selain itu, Fröbel juga mengatakan bahwa alam itu menggambarkan Allah atau bisa dikatakan bahwa roh Allah diserap oleh setiap ciptaan-Nya.
Ajaran tentang Allah (Allah adalah kesatuan asli)
Dalam bagian ini, Fröbel menjelaskan mengenai sebuah hukum yang bersifat hidup dan berkuasa. Hukum ini pastilah merupakan hukum yang bersifat universal dan hukum yang bersifat universal ini pasti mempunyai dasar yang merupakan kesatuan yang berada dimana-mana. Kesatuan tersebut adalah Allah. Segala sesuatu yang datang dari kesatuan itu ataupun yang mempunyai asal dari dalam itu adalah Allah. Oleh karena itu, segala sesuatu itu harus menyatakan Allah, baik melalui inti lahiriahnya maupun yang tidak kekal, karena berbuat demikian merupakan maksud utama maupun panggilan hidup.
Ajaran tentang Allah (Kesatuan Allah dan implikasinya untuk pendidikan)
Dalam bagian ini Fröbel membagi dimensi pendidikan dalam tiga bagian yang tersirat dalam tulisannya yaitu arti pendidikan, ilmu pengetahuan, ilmu pendidikanteori pendidikan, dan praktik pendidikan. Menurut Fröbel, pendidikan terdiri dari pelayanan yang mengantar manusia (yakni seorang yang cerdas, yang berpikir dan yang semakin sadar akan dirinya) sedemikian rupa supaya hukum batin dari kesatuan ilahi itu dapat dihayati dan diamalkan secara murni, tidak bercacat dan bebas. Pendidikan yang dimaksudkan itu akan memperlengkapi manusia dengan semua peralatan dan sarana yang ia perlukan untuk mencapai tujuan mulia tersebut.
Melalui definisi tersebut maka Fröbel menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses yang membimbing dan memperlengkapi seseorang harus bersifat rohani dan tidak hanya bersifat intelektual saja. Segala pengetahuan yang didapat oleh manusia juga hendaknya membantu manusia tersebut untuk memahami dirinya sebagai jati diri dari pengejawantahan Allah dan pengetahuan tersebut hendaknya diiringi dengan penelitian yang membantu diri dari orang tersebut. Ketika seseorang sudah mulai berpikir bagaimana ia mendapatkan ilmu pengetahuan maka ia sudah mulai terlibat dalam ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan juga mencakup orang berefleksi atas arti kehidupannya dan untuk membantu orang tersebut untuk mencari tahu caranya atau petunjuk-petunjuk yang berasal dari ilmu pengetahuan tersebut itulah teori pendidikan.
Berdasarkan isi setiap rumusan ini terdapat tiga keuntungan yaitu Fröbel mempelopori penggunaan istilah yang memperkaya kemampuan orang untuk memikirkan dan membicarakan pendidikan secara terperinci, pokok teologi atau iman pribadi yang dianut para pemikir yang sudah kita pelajari tentu saja memengaruhi pandangan terhadap pendidikan, tetapi hanya Fröbel sajalah yang dengan sengaja memberikan gambaran pedagogsis yang tersirat dalam pandangan teologisnya, dan yang terakhir Fröbel yakin bahwa karena jati diri ilahinya, maka setiap orang berhak dan wajib melibatkan diri dalam pemikiran yang berpotensi menghasilkan kehidupan yang paling bermutu, yaitu kehidupan yang mencerminkan Kesatuan Ilahi dalam dirinya.
Dalam bagian ini, Fröbel juga memberikan tanggapan mengenai agama. Menurut Fröbel, agama adalah usaha insani untuk menyadarkan diri akan perasaan bahwa pada asalnya manusia bersatu dengan Allah sebagai dasar atau pendorong untuk mengamalkan kesatuan itu dalam semua keadaan dan hubungannya. Fröbel mengatakan bahwa agama akan terus mengalami perubahan dan perkembangan. Hal ini dikatakannya berdasarkan pengalamannya ketika belajar mengenai alam dan juga ketika ia melihat tumbuhan. Selain itu, Fröbel juga mengatakan bahwa pendidikan agama itu diperlukan untuk memperlancar perasaan seseorang mengenai kesatuannya akan Allah dan bahwa ia berasal dari Allah. Namun, pendidikan agama ini tidak akan berjalan lancar apabila anak tersebut tidak mempunyai agama. Oleh karena itu, orang tua seharusnya dari kecil memberikan pengetahuan kepada anak mengenai agama agar anak tersebut dapat memenuhi jati diri sebagai makhluk ilahi yang mencari kesatuan dengan Allah.
Allah adalah kesatuan yang tritunggal
Dalam bagian ini, Fröbel menekankan mengenai Tritunggal. Ia mencoba menghubungkan pola tritunggal dengan hubungan seseorang yang ingin memperolah pengetahuan yang sebenarnya tentang setiap benda atau objek di dunia ini termasuk juga sesamanya manusia. Dalam pola itu terdapat tiga unsur, yaitu: kesatuan, kekhasan, dan keanekaragaman yang memperkaya.
Pengertian tentang Yesus
Menurut Fröbel, Yesus merupakan contoh yang sempurna tentang apa artinya seorang yang mengejawantahkan kesatuannya dengan Allah. Menurut Fröbel, Yesus tidak merupakan anak Allah dan di dalamnya tidak tersirat tabiat ilahi bahkan dalam teologi Fröbel, tidak ada pembicaraan mengenai Yesus sebagi juruslamat. Selain itu, dalam teologi Fröbel juga tidak ada Golgota atau kubur yang terbuka, alasannya adalah manusia gagal dalam kehidupannya bukan karena tabiatnya yang berdosa, melainkan karena kurang pendidikan yang bermutu. Menurut Fröbel, percaya pada Yesus itu berarti mengikut Yesus. Menjadi percaya kepada Yesus berarti melibatkan orang pada pengalaman yang lebih luas daripada yang hanya berkaitan dengan penggunaan kata-kata tertentu saja. Pikiran Fröbel juga menantang umat Kristen untuk mengakui bahwa keinginan hidup selaras dengan gaya hidup Yesus mencakup sebagian dari arti menjadi percaya kepada-Nya.
Pengertian Teologis tentang Manusia
Menurut Fröbel, manusia merupakan pengejawantahan dari Roh Allah dan setiap orang layaknya diperlakukan sebagaimana orang tersebut merupakan pengejawantahan dari Allah. Menurut Fröbel, pengejawantahan ini berhubungan dengan semua ciptaan lain karena Roh Allah itu meresap dalam semua ciptaannya. Fröbel juga mengatakan bahwa tujuan akhir dari manusia sebagai anak Allah dan alam ialah untuk mengejawantahkan Roh Allah secara harmonis dan menyatu.
Tabiat Manusia
Fröbel menolak pandangan dari ajaran ortodoks yang mengatakan bahwa manusia itu pada dasarnya jahat. Fröbel mengatakan bahwa apabila kita mengatakan bahwa manusia itu pada dasarnya jahat maka dengan kata lain kita sudah menghina Allah. Oleh karena itu, Fröbel menolak dosa asal. Menurut Fröbel, manusia itu mempunyai sifat yang baik hanya saja sifat tersebut masih tertanam dalam diri manusia tersebut dan untuk mengeluarkan sifat baik tersebut kita baik sebagai pembimbing harus dengan sabar mencari dan menemukan sifat baik tersebut. Hal ini juga dikaitkan dengan keadaan sosial dalam masyarakat, Fröbel mengatakan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk memperbaiki keadaan masyarakat.
Tugas Manusia
Menurut Fröbel, tugas utama manusia bukanlah membongkar apa yang telah ada tetapi membangun apa yang telah ada, karena hal itu menuntut pemikiran yang kreatif begitu pula dengan anak. Fröbel mengatakan bahwa anak haruslah dilatih untuk menyusun sesuatu karena dengan menyusun maka kegiatan berpikir dari seorang anak sedang berkembang dan di dalam kegiatan berpikir itu muncul kreatifitas.
Bagi Fröbel, titik berat pendidikan bagi anak berada pada usia bersekolah di bawah kelas Sekolah Menengah Pertama.
Pendidikan sebagai pengalaman rohani
Pendidikan adalah pengalaman rohani yang mengantar anak didik bertindak sesuai dengan jati dirinya sebagai makhluk yang belum lengkap, sebelum ia mengakui kesatuannya dengan Allah. Fröbel memeriksa dunia alam dengan saksama sebagaimana diwakili oleh sebuah kristal, ia melihat tanda tentang perubahan dan perkembangan. Di dalamnya tampaklah kesatuan, kekhasan dan keanekaragaman. Pendidikan terdiri dari pelayanan yang mengantar manusia (yakni seorang makhluk yang cerdas, yang berpikir dan semakin sadar akan dirinya) sedemikian rupa sehingga hukum batin dari Kesatuan Ilahi dapat dihayati dan diamalkan secara murni, tidak bercacat dan bebas. Pendidikan yang dimaksudkan itu akan memperlengkapi manusia dengan semua peralatan dan sarana yang ia perlukan untuk mencapai tujuan mulia tersebut. Asas pokok lain bertitik-tolak dari asas mutlak ini.
Asas Perkembangan
Berbeda dengan teori evolusi Darwin, Fröbel hanya bermaksud menunjuk pada perubahan dalam semua makhluk sebagai hasil kekuatan batin yang mendorong setiap makhluk itu untuk mencapai kemungkinan rohani yang terdapat di dalamnya. Fröbel menulis satu hukum yang menentukan bagaimana setiap makhluk akan berkembang dan menjadi sempurna, dan yang tetap berlaku secara mutlak di mana saja sebagai hubungan yang wajar antara ciptaan dan pencipta, serta ia mampu menerapkannya di bidang pendidikan. Satu hal penting yang dikemukakan Fröbel adalah perkembangan menyempurnakan apa yang sudah ada dalam diri pelajar daripada menambahkan sesuatu yang tidak ada.
Ada empat pola perkembangan yang tampak dalam pendidikan:
  1. Benih yang kelak menghasilkan kedewasaan yang sudah ada dalam diri anak. Jadi pendidik perlu mengembangkan bakat yang tersembunyi dalam gen setiap anak. Tidak ada apa-apa yan dimasukkan dari luar, semua usaha pedagogis diarahkan menuju penyemppurnaan kemampuan yang sudah ada dalam bentuk potensi. Gagasan ini serupa dengan mazhab ilmu hayat yang dipimpin oleh Oken, yang mengatakan bahwa setiap bibit mengandung seluruh tanaman dalam bentuk kecil, termasuk akartangkai, dan daun. Begitu pula dalam embrio sudah ada seluruh binatang.
  2. Hubungan dari bagian dengan keutuhan (Gliedganzes), dalam arti guru memperhatikan anak sebagai pribadi yang unik namun perlu memperoleh tempat yang sehat dalam kelompok. Hal ini dikemukakan Fröbel sebab ia melihat dalam dunia alam setiap satuan berhubungan dengan sesuatu yang lebih utuh lagi, tidak ada apa-apa yang sama sekali terpisah dari sesuatu yang lain. Proses pertumbuhan itu mencakup cara menghubungkan perseorangan (Glied) dengan kelompok (Ganze), dan setiap kelompok berhubungan dengan sauna yang lebih luas lagi. Ia menganjurkan bagaimana pendidikan dapat turut memasyarakatkan anak, misalnya: dengan mencat garis lingkaran pada lantai ruang kelas, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kebersamaan dalam setiap anak. Walaupun Fröbel menekankan pertumbuhan anak dalam kelompok, ia juga menghendaki setiap bagian (individu) ikut memprakarsai sesuatu yang khas juga. Sumbangan khas dari tiap bagian akan memperkaya kehidupan bagian yang utuh (kelompok) juga.
  3. Yang batiniah didorong menjadi lahiriah, dalam arti mendidik itu mencakup usaha untuk menolong anak menyampaikan pikiran, perasaan, kekuatan jasmani dan imannya yang telah ada secara batin, agar menjadi kelihatan (lahiriah) berupa buah nalar yaitu pikiranperasaan dalam bentuk seni, kekuatan jasmani melalui pelbagai ketrampilan, dan iman melalui tindakan bermoral dan pelayanan terhadap sesama manusia.
  4. Asas perlawanan, tampak dalam alam dan menyoroti gaya hidup dinamis dan tidak statis. Hukum Frobel adalah asas dinamis yang mencakup tiga pokok, yakni aksi, reaksi, dan seimbangan. Oleh karena itu, penerapannya lebih luas daripada proses yang mencakup tesisantitesis, dan sintesis. Menurut Fröbel, alam dunia bukanlah pikiran atau gagasan murni, sebagaimana yang diajarkan Hegel dan juga bukanlah kekuatan jasmani, sebagaimana diajarkan oleh kaum materalis.[1] Alam dunia adalah organism rohani yang mewujudnyatakan diri, baik dalam kekuatan yang tampak dalam dunia jasmani, maupun dalam pikiran dunia nalar.
Penyampaian Arti melalui bahasa lambang (simbol)
Fröbel meninjau bagaimana anak memanfaatkan benda tertentu, berupa objek seperti bola, kubus, tulisan, lagu, gambar, karena simbol tersebut mencerminkan intisari ilahi dari dunia ini termasuk manusia. Satu hal yang ingin ditekankan Fröbel adalah memanfaatkan simbolisme dalam teori dan praktik pendidikan. Alat peraga dan tugas belajar yang dikembangkan oleh Fröbel berporos pada simbol, karena ia yakin bahwa dalam nalar anak telah ada permulan gagasan tentang hal tertentu, walaupun ia belum sadar akan gagasan itu, sebab telah ada hubungan dasariah dalam nalar anak tentang simbol dan kenyataan yang dilambangkan. Di bawah bimbingan belajar, sang anak akan ditolong untuk memilih simbol yang paling sesuai dengan perasaan atau gagasan yang hanya dapat disampaikan melalui simbol tertentu. Hal ini sesuai dengan praduganya bahwa segala sesuatu di dalam alam mengejawantahkan kekuatan yang universal dengan intinya yang rohani.
Belajar dengan Berbuat
Hal ini dapat dilakukan dengan membangun tugas belajar swakaji (aktivitas) berarti bahwa anak didik bukanlah bejana pasif yang menerima apa saja dari susu, melainkan ia adalah seorang yang langsung ambil bagian dalam pendidikannya sesuai dengan asas yang dikemukakan oleh John Amos Comenius. Semboyan “belajar dengan bermain” memuat pesan bahwa anak perlu berefleksi atas kegiatan tersebut dalam terang perasaannya.
Ada lima bentuk swakaji:
  1. Bermain, mencakup pemberian (gift) dan kerajinan tangan di samping tugas belajar yang dipilih, karena anak menikmatinya. Melalui bermain Fröbel, melatih kekuatan dan ketrampilan jasmani yang dinikmati anak. Latihan melalui gerak badan cenderung berporos pada pengungkapan gagasan dan perasaan anak secara bebas. Pendidikan ini yang menjadi dasar pendidikan taman kanak-kanak.
  2. Menyanyi, merupakan cara pokok untuk belajar.
  3. Menggambar, melalui menggambar anak sedang mengungkapkan gagasannya secara kelihatan dan lisan.
  4. Memelihara tanaman atau binatang kecil dan ber anjangsana.
  5. Kesinambungan, dalam arti guru mengembangkan tugas belajar baru yang sesuai dengan pengalaman belajar sebelumnya.
Praktik Pendidikan
Description: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2c/Broom_icon.svg/50px-Broom_icon.svg.png
Di atas sudah dijelaskan beberapa hal penting yang menurut Froebel harus diperhatikan dalam bidang pendidikan. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai Tujuan umum pendidikan, kurikulum yang ia bagi menjadi tiga, yaitu kurikulum untuk ibu, kurikulum untuk taman kanak-kanak dan kurikulum untuk sekolah dasar, lalu dijelaskan pula mengenai metodologi, peranan guru dan hubungan sekolah dan keluarga.
Tujuan umum
Froebel merumuskan tujuan umum pendidikan adalah: membimbing anak didik untuk semakin sadar akan jati diri sebagai anak Allah dan anak alam, bertumbuh dalam pengetahuan dan pengertian, juga menghargai perasaannya sebagai cara mengetahui yang berlaku, supaya ia dapat memecahkan masalah-masalah secara tangkas, bermoral dan adil terhadap diri sendiri, sesamanya dan dunia alam, serta memenuhi panggilannya dalam masyarakat. Semua itu dilaksanakan berdasarkan kehormatan terhadap bakat setiap pelajar dan keinginannya untuk memprakarsai pelajarannya.
Dengan kata lain, tujuan pendidikan menurut Froebel adalah untuk mendorong dan membimbing manusia sebagai sadar, berpikir dan memahami menjadi sedemikian rupa sehingga ia menjadi representasi murni dan sempurna itu hukum batin ilahi melalui pilihan pribadinya sendiri; pendidikan harus menunjukkan kepadanya cara dan makna mencapai tujuan tersebut.[2]
Beberapa hal penting yang dicacat disini:
  • Tujuan pendidikan Froebel relevan dengan tujuan Pendidikan Kristiani
  • Froebel tidak menyarankan untuk mendorong anak-anak belajar menghafalkan simbol iman (katekismuspengakuan iman dll) karena ada bahayanya dikemudian hari apabila tidak diikuti dengan teladan dalam praktik kehidupan sehari-hari.
  • Intisari agama Kristen perlu meresap (infuse) secara wajar ke dalam seluruh pengalaman belajar, seperti: membaca, menulis dan menghitung. ->tidak ada usaha untuk mendorong anak mengucapkan apa saja gagasan dan perasaan “rohani” yang bukan miliknya.
Kurikulum
Froebel membagi tahapan kurikulumnya untuk empat golongan / kelompok usia, yakni anak pra sekolah, taman kanak-kanak, anak kecil dan anak tanggung.
a. Pra sekolah Ada banyak petunjuk yang mengatakan bahwa karya-karya tulis Foebel tentang kurikulum dapat dimanfaatkan oleh para ibu untuk mendidik anak pra sekolah. Tetapi disini ada 4 pelajaran yang akan kita coba bahas dalam bukunya: Mottoes and Commenteries of Frobel’s Mother play. Dalam buku tersebut, setiap bab terdiri dari selembar lukisan dari ukiran kayu, sajak pendek dan penafsiran atas lukisan tersebut. Lukisannya berupa seorang anak pra sekolah yang terlibat dalam berbagai kegiatan sesuai asas swakaji, seperti:
  • Dalam sajak berjudul “Si anak Laki-laki dan Bulan Purnama”. Sajak ini mendorong para ibu agar jangan memberikan jawaban yang salah atas pertanyaan dan keingintahuan anak, tetapi memberikan jawaban yang bijaksana, jujur dan mempunyai bibit pikiran yang dapat berkembang menjadi pemahaman ilmiah dikemudian hari.
  • Dalam bab yang berjudul “Kerugian”. Melalui penggambaran keadaan yang sedemikian rupa Froebel menolong para ibu untuk menjelaskan kepada anak pra sekolah mengenai bertindak hati-hati, waspada dan tidak mudah tergoda.
  • Pelajaran berjudul “Si Kecil sebagai Tukang Kebun”. Melalui kegiatan yang bermanfaat seperti berkebun, anak dapat dilatih untuk bertindak secara bertanggung jawab. Disini Froebel menekankan pada melibatkan anak pada suatu proses pembelajaran melalui kegiatan dan pengalaman.
  • Pelajaran mengenai “Beribadah di Gereja”. Melalui permainan, anak memasuki diperkenalkan kepada hal-hal / konsep rohani tetapi bukan dengan penjelasan definitif dan sulit bagi pemikiran anak pra sekolah melainkan melalui ungkapan perasaan dan gerak tubuh (ekspresi) iman sang ibu yang terlihat oleh anak.
Melalui buku dan karyanya, Froebel menolong para ibu untuk ‘mendidik’ anak usia pra sekolah dengan memakai lukisan/gambar, sajak, cerita atau gerak tubuh sehingga anak memperoleh suasana belajar yang menyenangkan sambil mempersiapkan bagi pengalaman belajar yang lebih teratur dikemudian hari.
b. Masa Kanak-kanak (Taman Kanak-kanak)
Kurikulumnya pertama adalah pelbagai peristiwa dan pekerjaan sehari-hari yang terjadi dalam keluarga. Tetapi bagi anak kecil, Froebel merencanakan kurikulum yang paling teratur, yang terdiri dari pemberian dan ketrampilan (kerajinan tangan), permainan yang berporos pada nyanyian yang diiringi dengan gerak badan sesuai dengan syair dan lagunya, pemeliharaan tanaman dan anjangsana.
  • Pemberian (Gifts) terdiri dari 6 pemberian berupa sebuah kotak kayu yang didalamnya terdapat bermacam-macam barang yang akan menolong anak untuk secara bertahap belajar, mulai dari hal-hal yang sederhana sampai kepada yang makin konpleks.
a. Gift 1 – kotak kayu berisi 6 bola dari benang wol berwrna, merah, kuning, biru, jingga, hijau dan ungu, enam buah jarum, sepotong belebas kayu pendek yang sudah dilubangi -> anak belajar tentang konsep warna (dasar dan sekunder) dan belajar ‘melakukan sesuatu” dengan benda-benda tersebut.
b. Gift 2 – Sama dengan gift sebelumnya tetapi benang wol diganti dengan benda-benda yang bentuknya berbeda-beda, ada silinder, kubus dan bola. -> anak belajar sifat khas setiap benda dan cara memanfaatkannya secara kreatif melalui bermain yang terpimpin bersama guru.
c. Gift 3 – terdiri dari 8 kotak kubus yang sama besarnya yang membentuk sebuah kotak kubus yang besar. -> anak belajar menghitung, belajar tentang hubungan antara bagian dan keseluruhan.
d. Gift 4 – Sebuah kotak yang terbangun dari 4 balok persegi panjang, 2 kubus yang sama besar, empat balok persegi empat -> anak belajar walaupun benda-benda tersebut tidak sama bentuk dan ukurannya tetapi dapat membentuk satu kesatuan yaitu kubus yang besar.
e. Gift 5 – Bentuk kubus masih ada tetapi kali ini bentuknya lebih majemuk, terdiri dari kubus, kubus yang dipotong menjadi dua agar membentuk dua buah segitiga, kubus lain yang dipotong membentuk 4 segitiga -> anak belajar tentang hubungan-hubungan yang semakin sulit dan kompleks.
f. Gift 6 – Kotak berbentuk kubus tetapi bagian-bagiannya tidak lagi kubus atau bagian-bagain yang dapat dijadikan kubus -> menuntut pemahaman dan ketrampilan anak.
  • Kerajinan Tangan – pengalaman belajar yang berporos pada penggunaan bahan yang dapat digunting, dilipat, dicat -> semua bahan yang dapat dibentuk kembali menurut kehendak anak dan dibimbing oleh guru. Tujuannya mempersiapkan anak untuk tugas dikemudian hari, memakai dan memanfaatkan peralatan serta perkakas yang ada. Disini sebenarnya Froebel juga telah menaruh perhatian pada pendidikan kejuruan.
  • Nyanyian yang diiringi gerak badan – secara bersama melalui permainan, nyanyian dan gerakan badan anak memperoleh pengalaman yang menyenangkan secara pribadi tetapi juga belajar mempunyai sikap sosial yang selaras dan bagaimana bekerja sama dalam kelompok.
  • Pemeliharaan Tanaman (atau bianatang kecil) dan Anjangsana. – anak diajar untuk mengamati, memperdalam pengetahuannya, memelihara dan bertanggung jawab melalui pengalamannya.
c. Masa Anak Tanggung (Sekolah Dasar)
Kurikulumnya terdiri dari empat pelajaran utama: agama, ilmu pengetahuan alam dan matematika, bahasa dan seni, serta karya seni.
Agama – menurut Froebel, pengalaman agama terlampau penting untuk untuk dihafalakan saja, oleh karena itu ia tidak mau mengajarkan isi katekismus tetapi ia memaberikan empat pengalaman yang tergolong dalam vak pendidikan agama: nyanyian rohani dan doa perbendaharaan gereja, peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus, tabiat Allah yang dinyatakan dalam segala ciptaanNya, serta bimbingan yang menolong anak didik menang atas kesulitan.
Di sini Froebel membuka pikiran kita bahwa pendidikan agama bukan hanya sekadar pengetahuan tentang agama kita sendiri tetapi sebuah pemahaman yang bertumbuh sejalan dengan proses kehidupan. Bahkan melaluinya anak diajar untuk merasakan kehadiran Allah dan melibatkanNya dalam pengalaman wajar yang wajib ia atasi.
Selain menekankan kembali bahwa alam sebagai pengejawantahan Allah dan sifat rohani dari seluruhnya, Froebel juga tidak memakai buku sebagai sumber pengetahuan bagi anak didik melainkan segala hal yang ada di alam itu sendiri yang dipakai untuk menggali dan memperoleh pengetahuan. Dengan bimbingan guru, anak didik didorong untuk mencari dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Dalam hal matematika, Froebel menekankan pada ilmu hitung.
Bahasa filosofi nya adalah melalui bahasa seorang anak belajar bagaimana menyatakan sifat dan makna kehidupan.Belajar membaca, menulis, menambah perbendaharaan kata, mengarang cerita yang berasal dari pengalaman anak (menyampaikan gagasan). Adalah bentuk-bentuk pendidikan bahasa bagi anak sekolah dasar.
Seni dan karya seni-> melalui menggambar, mengecat dan membuat benda-benda dari tanah liat, anak diajar untuk mengungkapkan perasaannya. Bidang ini sama bobotnya dengan bidang pelajaran yang lain karena melalui pengalaman belajar seni ini anak mampu mengekspresikan pemahaman dan pengetahuannya.
Metodologi
Ada beberapa jenis metode yang dipakai Froebel untuk mengembangkan seseorang sesuai tabiatnya, yaitu: berdoa, percakapan, menghafalkan (walaupun hanya tahap sekunder), mengucapkan jawaban secara bersama-sama (secara berirama), bermain, swakaji (guru tidak berceramah), meninjau dan memeriksa, pelaporan (lisan maupun tertulis), bertanya, mengajarkan berdasarkan pola-pola (khusunya dalam vak bahasa), bercerita, latihan dan ulangan.

Peranan Guru
Di sini Froebel menekankan pada pentingnya peranan guru untuk mempersiapkan pengalaman belajar, merencanakan pengalaman belajar selengkap mungkin tetapi bersedia terus mengevaluasi rencana itu demi pengalaman belajar yang lebih dalam bagi si anak didik.
Oleh karena tugas dan peranan guru yang tidak sesederhana itu, Froebel menitik beratkan pada panggilan hidup seorang guru ketimbang hanya pada bakatnya saja.
Peranan Keluarga
Di sini Froebel kembali mengangkat peranan ayah yang sama pentingnya dengan pernan Ibu dalam proses perkembangan dan pendidikan anak. Keluarga harus menjadi wadah yang mampu mengembangkan semua kemungkinan yang tersirat dalam tabiat anak sebagai mahluk yang diciptakan segambar dengan Allah.
Froebel melihat orang tua / keluarga adalah kunci untuk memperbaharui pendidikan, hal ini terwujud dalam bentuk buku pegangan bagi kaum ibu.
Kesimpulan
Froebel dapat dikatakan sebagai “rasul hak anak untuk mengembangkan kekayaan yang terdapat dalam masa kanak-kanak”. Bagaimana ia meletakkan dasar-dasar yang terinci mempersiapkan anak pra sekolah (di bawah 6 tahun sekarang) memasuki dunia pendidikan yang sesungguhnya.[3].
Banyak sekali pemikiran dan metode –metode pendidikan anak pra sekolah yang ditawarkan Froebel, masih dipakai hingga saat ini, misalnya seperti urutan pemakaian kotak-kotak pemberian (gifts), bernyanyi dengan menggerakkan anggota badan, kerajinan tangan dll. Walaupun sudah tidak sama persis tetapi urutan cara berpikir dan konsepnya masih sama.



Misi Kristus Sedunia

PELAJARAN SEKOLAH MINGGU

  TANGGAL   PELAJARAN SEKOLAH MINGGU KATEGORI Babak pertama        ...