Tuesday, 8 November 2022

Pelajaran 05 - KESELAMATAN

 Nama Kursus: MANUSIA DAN DOSA

Nama Pelajaran: Keselamatan

Kode Pelajaran: MDD-P05


Pelajaran 05 - KESELAMATAN


DAFTAR ISI

A. Konsep Keselamatan

B. Predestinasi (Doktrin Pilihan)

C. Aspek-Aspek Keselamatan

 1. Panggilan Injil

 2. Regenerasi

 3. Konversi

 4. Pembenaran

 5. Pengudusan

 6. Pemuliaan

 

DOA



KESELAMATAN


Dalam pelajaran ini akan diuraikan tentang pengajaran keselamatan yang sepenuhnya karena kemurahan Allah dan bukan berdasarkan perbuatan baik kita. Melalui penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus telah menghasilkan keselamatan bagi kita, orang berdosa. Dan, keselamatan itu tidak akan memberi manfaat apa pun kepada kita sampai karya itu diterapkan ke dalam hati dan kehidupan kita oleh Roh Kudus.


A. Konsep Keselamatan


"Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah Para Rasul 4:12)


Faktor utama yang menjadi penentu siapa yang diselamatkan dari dosa bukanlah keputusan orang yang bersangkutan melainkan peranan dari anugerah Allah untuk orang tersebut. Hal ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia telah mati dalam dosa, maka Allah harus menghidupkan mereka kembali. Keselamatan adalah mengenai cara Allah menyelamatkan kita dari dosa. Melalui iman, kita diselamatkan dari kuasa dosa yang menguasai hidup kita. Iman mempersatukan manusia dengan Kristus. Dalam persatuan dengan Kristus itu, apa yang menjadi milik Kristus menjadi milik manusia dan apa yang menjadi milik manusia menjadi milik Kristus. Saat seorang telah menerima Yesus Kristus, ia diselamatkan dari dosa yang mencemari hidupnya dan memiliki kehidupan baru. Dalam kitab Roma 6:14 dinyatakan, "Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia."


Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa nanti akan ada hari penghakiman di mana semua umat manusia harus mempertanggungjawabkan seluruh kehidupannya di hadapan Allah. Bagi kebanyakan orang "Hari Tuhan" ini merupakan suatu hari yang gelap, saat terang tidak ada di dalamnya. Hari itu merupakan hari di mana Allah akan menyatakan murka-Nya melawan yang jahat dan yang tidak bertobat. Namun, bagi setiap orang yang percaya, hari Tuhan adalah hari sukacita yang dinanti-nantikan, karena Hari Tuhan adalah hari di mana Tuhan datang dan menjemput orang-orang yang percaya. Oleh sebab itu, orang yang telah percaya akan mendapat kepastian keselamatan dari murka Allah. Penyelamatan ini dilakukan oleh Kristus bagi umat-Nya sebagai Juru Selamat mereka.


Dalam Alkitab istilah "Keselamatan" bukan saja dipakai dalam berbagai macam pengertian, tetapi juga dalam berbagai macam kata kerja (bahasa Yunani), di antaranya: menyelamatkan (diselamatkan dari sejak dunia diciptakan); kita terus-menerus diselamatkan (oleh pekerjaan Allah di dalam sejarah); kita diselamatkan (dengan berada di dalam status telah dibenarkan); kita telah diselamatkan dan terus menerus diselamatkan (dengan disucikan atau dijadikan kudus); dan kita akan diselamatkan (pengalaman kepenuhan penebusan kita di surga). Alkitab berbicara tentang keselamatan dalam pengertian pada masa lampau, sekarang, dan yang akan datang.


Kadang-kadang, kita menyejajarkan keselamatan pada waktu sekarang dalam pengertian pembenaran kita yang sekarang. Pada waktu yang lain, kita melihat pembenaran sebagai langkah khusus dalam keseluruhan susunan keselamatan. Pembenaran adalah pernyataan legal dari Allah atas kedudukan seseorang di hadapan-Nya. Kedudukan seseorang di hadapan Allah hanya menempati satu dari dua posisi yakni sebagai orang berdosa atau orang benar. Pembenaran mencakup pengampunan, namun pembenaran jauh melampaui pengampunan.


Akhirnya, penting untuk memerhatikan aspek yang lain dari konsep keselamatan. Keselamatan berasal dari Tuhan. Keselamatan bukan merupakan hasil usaha atau rekayasa manusia. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Keselamatan merupakan karya ilahi, hal ini digenapi dan diaplikasikan oleh Allah. Keselamatan adalah oleh Allah dan dari Allah. Tuhan yang menyelamatkan kita dari murka-Nya.


B. Predestinasi (Doktrin Pilihan)


Charles C. Ryrie menyatakan, "ajaran tentang pemilihan merupakan salah satu dasar dalam keselamatan, meskipun bukan satu-satunya. Ajaran-ajaran lainnya seperti kematian Kristus, iman, kelahiran kembali, dan anugerah yang menyelamatkan juga disebut dasar-dasar." Pengajaran ini merupakan doktrin yang alkitabiah. Pada dasarnya semua gereja Kristen memiliki semacam doktrin predestinasi. Hal ini tidak dapat dihindari, oleh karena konsep itu secara eksplisit dapat ditemukan di dalam firman Tuhan. Arti mendasar dari predestinasi berkaitan dengan tujuan akhir kita, yaitu surga atau neraka. Tujuan akhir ini ditentukan oleh Allah bukan saja sebelum kita akan sampai ke sana, tetapi sebelum kita dilahirkan. Doktrin ini mengajarkan bahwa tujuan akhir kita ada dalam tangan Allah. Dengan kata lain, dari sejak kekekalan bahkan sebelum kita ada, Allah memutuskan untuk menyelamatkan sebagian umat manusia dan membiarkan yang lainnya. Dia memilih beberapa pribadi untuk diselamatkan ke dalam surga yang kekal dan yang lain dilewatkan. Dan, mengizinkan mereka untuk menerima akibat dari dosa-dosa mereka di dalam penyiksaan yang kekal di neraka.


Bagaimana cara Allah melakukan pilihan ini? Pilihan Allah adalah berdasarkan kedaulatan-Nya. Pilihan ini tidak didasarkan pada pra-pengetahuan Allah akan keputusan atau tanggapan yang akan diberikan oleh manusia. Keputusan manusia itu berasal dari kedaulatan anugerah Allah. Manusia yang telah jatuh tetap memiliki kehendak bebas dan dapat memilih apa yang mereka inginkan. Akan tetapi, masalahnya manusia yang telah jatuh tidak memiliki keinginan/kecenderungan kepada Allah dan ia tidak akan memilih Kristus, kecuali ia dilahirkan baru terlebih dahulu. Iman merupakan kasih karunia yang dihasilkan oleh kelahiran baru. Hanya mereka yang dipilih oleh Allah, yang akan menerima Injil di dalam iman. Menurut Pengakuan Iman Westminter, "Semua orang yang telah Allah predestinasikan untuk kehidupan, dan hanya mereka saja, Dia berkenan untuk memanggil secara efektif pada waktu yang telah ditetapkan melalui Firman dan Roh-Nya agar keluar dari kondisi yang berdosa dan dari maut di mana mereka berada sesuai dengan natur mereka menuju anugerah keselamatan dari Yesus Kristus." Mereka yang telah dipanggil oleh Allah pasti akan berpaling kepada Allah di dalam pertobatan dan iman. Roh Kudus menghidupkan kembali dengan cara:


1. Ia membuka hati dan memampukan pendengar untuk menanggapi (Kisah Para Rasul 16:14)

2. Menerangi pikiran, sehingga pendengar dapat memahami berita Injil (1 Korintus 2:12-13)

3. Menganugerahkan kehidupan rohani sehingga pendengar dapat berpaling di dalam iman kepada Allah. (Efesus 2:5)


Hal yang sering menjadi perdebatan dari pengajaran ini adalah mengapa Allah tidak memilih semua orang untuk diselamatkan? Allah memiliki hak untuk memberikan belas kasihan kepada siapa Ia mau memberikan belas kasihan. Sebagian dari umat manusia yang telah jatuh menerima anugerah dan kemurahan pemilihan Allah. Sebagian yang lain dibiarkan oleh Allah, dan mereka tetap di dalam dosa mereka. Tidak ada seorang pun yang menerima ketidakadilan. Allah tidak berkewajiban untuk bermurah hati kepada siapa pun juga. Kemurahan-Nya diberikan berdasarkan keputusan-Nya sendiri. Dia tidak pernah bersalah dalam bersikap tidak benar kepada siapa pun juga. (Roma 9:14-15)


C. Aspek-Aspek Keselamatan


Keselamatan merupakan karya anugerah Allah yang luar biasa. Keselamatan itu sendiri terdiri dari beberapa aspek yang akan dialami oleh orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat. Namun, perlu kita ketahui bahwa aspek-aspek dalam keselamatan itu tidak boleh dipahami sebagai serangkaian langkah yang bertahap, melainkan sebagai suatu pengalaman yang dimulai dan berlanjut secara simultan (bersamaan).


Hal lain yang terpenting sebelum kita mempelajari aspek-aspek keselamatan adalah melihat peranan Roh Kudus dalam keselamatan. Peran utama Roh Kudus dalam keselamatan adalah menyatukan kita dengan Kristus (1 Korintus 12:13). Jadi, ketika seorang mengambil bagian di dalam Kristus, maka dia juga mengambil bagian di dalam Roh Kudus. Roh Kudus berperan dalam kelahiran baru (Yohanes 3:5), konversi (Kisah Para Rasul 11:5), iman (1 Korintus 2), jaminan keselamatan (1 Korintus 6:11), dan pemeliharaan (Efesus 4:30).


1. Panggilan Injil


Panggilan Injil diperuntukkan bagi semua orang. Namun, hanya kepada kaum pilihan saja yang diberikan kemampuan untuk merespons dan menerima panggilan Injil. Jadi, panggilan Injil bukanlah suatu tawaran, melainkan suatu yang serius bagi Kaum Pilihan yang menerima keselamatan kekal. Panggilan Injil ini merujuk pada panggilan efektif, yaitu tindakan Allah yang berdaulat melalui Roh Kudus-Nya di mana Roh Kudus memampukan pendengar panggilan Injil untuk merespons panggilan-Nya dengan pertobatan, iman, dan ketaatan.


2. Regenerasi (Kelahiran Baru)


Regenerasi merupakan pengalaman yang supranatural. Regenerasi dapat di definisikan sebagai karya Roh Kudus yang dengannya Roh Kudus mula-mula membawa kesatuan yang hidup dengan Kristus, mengubah hati mereka sehingga mereka yang dulunya mati secara rohani, menjadi hidup secara rohani, dan sekarang berkemampuan dan berkehendak untuk bertobat dari dosa, memercayai Injil, dan melayani Tuhan.


3. Konversi


Merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang telah mengalami regenerasi di mana ia berpaling kepada Allah di dalam pertobatan dan iman. Pertobatan dan iman tidak dapat dipisahkan. Secara etimologis, konversi adalah pergantian atau pertukaran. Manusia yang semula adalah hamba dosa sudah diubah dan dipulihkan, sehingga manusia mendapat kasih karunia Allah dan disebut anak-anak Allah.

 

a. Pertobatan


Pertobatan dalam Bahasa Yunani menggunakan dua kata dalam bahasa Yunani. Yang pertama adalah "Metanoia", yang kedua "Epistrophe". Metanoia adalah perubahan pola pikir, sementara Epistrophe adalah perilaku tingkah laku. Bertobat tentunya akan mengalami metanoia dan epistrophe. Seperti halnya Rasul Paulus yang benar-benar menjadi petobat sejati karena kehidupannya benar-benar diubahkan.


Pertobatan dapat didefinisikan sebagai tindakan secara sadar dilakukan oleh seseorang yang telah diregenerasikan untuk berbalik dari dosa kepada Allah di dalam suatu perubahan kehidupan sepenuhnya, yang dinyatakan di dalam bentuk suatu cara berpikir, merasa, dan berkehendak yang baru. Pertobatan harus berlanjut sepanjang hidup. Hal ini menunjukkan ada perbedaan antara pertobatan awal yang terjadi di permulaan kehidupan Kristen dengan pertobatan yang berlanjut di sepanjang kehidupan kita. Pertobatan tidak pernah sempurna dikerjakan oleh kita. Pertobatan merupakan suatu ideal yang tinggi sehingga kita harus berupaya untuk menyatakannya.

 

b. Iman


Iman yang menyelamatkan merupakan suatu respons terhadap panggilan Allah melalui penerimaan akan Kristus dengan keseluruhan pribadi, yaitu dengan keyakinan yang pasti mengenai kebenaran Injil dan penyerahan yang penuh keyakinan kepada Allah di dalam Kristus bagi keselamatan kita, disertai dengan komitmen sejati Kristus dan untuk melayani-Nya.

 

4. Pembenaran


Pembenaran didefinisikan sebagai tindakan anugerah dan yudisial Allah yang dengannya Dia menyatakan orang-orang berdosa yang percaya sebagai benar berdasarkan kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepada mereka, mengampuni semua dosa mereka, mengadopsi mereka sebagai anak-anak-Nya dan memberikan kehidupan kekal kepada mereka. Alkitab mengatakan bahwa kita tidak dibenarkan oleh karena perbuatan-perbuatan baik kita, tetapi dengan apa yang diberikan kepada kita berdasarkan iman, yaitu kebenaran Kristus.


Pembenaran di dapatkan manusia dengan cuma-cuma, manusia hanya perlu merespons kasih karunia itu. Manusia yang semula adalah hamba dosa, sudah dibenarkan dan menjadi hamba kebenaran. Manusia dibenarkan berdasarkan iman kepada Tuhan Yesus Kristus.

 

5. Pengudusan


Kita dapat mendefinisikan pengudusan sebagai karya yang penuh anugerah dari Roh Kudus, yang melibatkan tanggung jawab kita untuk berpartisipasi, yang dengannya Roh Kudus melepaskan kita dari pencemaran dosa, memperbarui keseluruhan natur kita menurut gambar Allah, dan memampukan kita untuk menjalankan kehidupan yang berkenan di hadapan Allah. Pengudusan harus dipahami sebagai mati terhadap dosa di dalam Kristus, yang juga telah mati terhadap dosa. Bagaimana iman menjadi sarana pengudusan? Pertama, oleh iman kita terus berpegang kepada kesatuan kita dengan Kristus, yang merupakan inti dari pengudusan (Efesus 3:17). Kedua, oleh iman kita menerima fakta bahwa di dalam Kristus dosa tidak lagi berkuasa atas diri kita (Roma 6:6). Ketiga, oleh iman kita berpegang kepada kuasa Roh Kudus yang memampukan kita untuk mengalahkan dosa dan hidup untuk Allah. Terakhir, iman bukan saja alat untuk menerima, tetapi juga kuasa untuk bertindak. Iman sejati sesuai dengan naturnya menghasilkan buah rohani. Kita sedang dikuduskan melalui pertumbuhan yang terus menerus yang semakin penuh dan semakin kaya di dalam kesatuan dengan Kristus. Alkitab mengajarkan bahwa Allah sendiri yang menguduskan kita, Allah memperbarui kita di dalam rupa-Nya dengan menjadikan kita semakin menyerupai Kristus. Selain itu, kita juga bertanggung jawab untuk berupaya menjadi semakin serupa dengan Kristus dengan cara mengikuti teladan-Nya. Dengan demikian, pengudusan merupakan karya Allah dan juga tanggung jawab umat-Nya.

 

6. Pemuliaan Akhir


Ada kemuliaan yang lebih besar, permanen, dan jauh lebih memuaskan, yang menantikan setiap orang percaya pada akhir perjalanan rohani mereka. Ini yang disebut Alkitab sebagai "Pemuliaan". Pemuliaan merupakan istilah yang dipakai Paulus dalam Roma 8:29-30. Doktrin pemuliaan menunjuk pada kedatangan Kristus yang kedua kalinya, ketika orang-orang percaya sejati akan menerima penebusan yang sempurna. Pemuliaan merupakan pengharapan yang besar bagi orang percaya untuk masa yang akan datang. Kita harus dilayakkan untuk mendapat "bagian" (Kolose 1:12). Sebagaimana Allah menjadikan surga untuk kita, demikian juga Ia akan menjadikan kita pantas mendapatkannya.



DOA


"Aku bersyukur untuk setiap kebaikan-Mu, Allahku. Sebab Engkau telah memilihku menjadi umat pilihan-Mu dan menjadikanku anak-anak-Mu. Sungguh, inilah kasih karunia yang begitu besar yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Terima kasih Bapa untuk anugerah-Mu dalam Yesus Kristus." Amin.

Pelajaran 04 - MANUSIA DAN PENGHARAPANNYA

 Nama Kursus: MANUSIA DAN DOSA

Nama Pelajaran: Manusia dan Pengharapannya

Kode Pelajaran: MDD-P04


Pelajaran 04 - MANUSIA DAN PENGHARAPANNYA


Daftar Isi

A. Konsep Anugerah

 1. Arti dan Definisi Anugerah

 2. Dua macam Anugerah

 3. Perbedaan Anugerah Khusus dan Anugerah Umum

 4. Kebutuhan Manusia Akan Anugerah

B. Perjanjian Anugerah

 1. Pembuat Perjanjian Anugerah

 2. Isi Perjanjian Anugerah

 3. Mengapa Allah Membuat Perjanjian Anugerah dengan manusia?

 4. Sifat Perjanjian Anugerah

 

DOA



MANUSIA DAN PENGHARAPANNYA


Seluruh umat manusia telah jatuh ke dalam dosa. Akibat dari dosa, seluruh manusia telah menjadi pemberontak yang melawan Allah. Akan tetapi, kasih dan anugerah-Nya tidak membiarkan manusia tetap dalam dosa dan maut. Pengurbanan Yesus Kristus di kayu salib menganugerahkan hidup bagi semua yang percaya kepada-Nya.


A. Konsep Anugerah


1. Arti dan Definisi Anugerah


Konsep anugerah di dalam Alkitab berakar erat pada konsep Perjanjian Anugerah. Akan tetapi, sebelum membicarakan tentang perjanjian anugerah, mari terlebih dahulu kita mempelajari arti dan definisi serta macam-macam anugerah:


a. Arti dan definisi "Anugerah" dalam Perjanjian Lama


Sebenarnya tidak ada kata Ibrani yang tepat yang dipakai sebagai terjemahan kata "grace" (anugerah) seperti yang diartikan dalam bahasa Inggris. Kata yang paling mendekati adalah kata "Hanan", artinya "perkenanan" atau "kebaikan" (to be merciful/gracious). Berasal dari kata "Hen", artinya merendahkan diri, membungkuk.


Konsep ini dipakai untuk menjelaskan tindakan kebaikan yang diberikan seseorang yang lebih tinggi kepada orang yang sangat membutuhkan pertolongan karena ketidakmampuannya. Alkitab sering menunjukkan bahwa Allah adalah orang yang memiliki sifat kasih dan belas kasihan, yang selalu memberikan kebaikan kepada manusia yang ada dalam keadaan terdesak yang berteriak minta tolong (Mazmur 119:132). Pertolongan yang Allah berikan bukan berdasarkan karena kebaikan manusia, tetapi karena Dia tahu keputusasaan manusia yang memohon pertolongan yang hanya bisa diberikan oleh Allah. Oleh karena itu, respons yang umum diharapkan dari penerima anugerah adalah ucapan syukur, namun bukan karena ia layak atau pantas menerima anugerah itu, tetapi justru karena perasaan ketidaklayakannya menerima anugerah.


Kata Ibrani lain yang sering dipakai adalah "Khesed" artinya "loving kindness" atau "mercy", yang mengandung arti kasih setia Allah yang dilimpahkan kepada manusia berdasarkan perjanjian yang telah dibuat untuk umat-Nya (Keluaran 15:13).


b. Arti dan Definisi "Anugerah" dalam Perjanjian Baru


Konsep anugerah dalam Perjanjian Baru jauh lebih berkembang dibandingkan dengan Perjanjian Lama. Kata Yunani yang sering dipakai adalah "Charis", artinya "menunjukkan kebaikan dan kasih". Paulus mengembangkan konsep charis berdasarkan pengajaran yang ia terima dari Yesus, bahwa Allah merendahkan diri untuk memberi belas kasihan kepada manusia, yang putus asa karena dosa yang ditanggungnya. (Matius 11:28; Lukas 7:36)


Konsep yang dijabarkan oleh Paulus dalam tulisan-tulisannya diadopsi oleh gereja sebagai konsep penting sehubungan dengan pekerjaan penyelamatan yang dilakukan Kristus untuk menebus dosa manusia, yang sebenarnya tidak layak untuk menerimanya. (Roma 11:6, 2 Korintus 4:15,6:1)


Dalam Perjanjian Baru, makna "Charis" atau kasih karunia begitu ditekankan. Tuhan Yesus datang ke dunia untuk memberikan kasih karunia kepada semua orang yang percaya kepada-Nya (Yohanes 3:16). Konteks Perjanjian Lama, kasih karunia Tuhan itu sesungguhnya ada dalam Hukum Taurat, tetapi orang-orang Israel justru hanya menganggap Taurat sebagai hal-hal atau pedoman dasar yang harus dilakukan secara harafiah, padahal makna utama dari Hukum Taurat dan seluruh ketetapan Allah adalah Kasih Allah itu sendiri. Kata "Khesed" berulang kali dinyatakan Allah kepada bangsa Israel, Allah menyatakan bahwa kasih setia-Nya tetap untuk selama-lamanya.


2. Dua macam Anugerah


Ada dua istilah yang dipakai untuk membedakan macam-macam anugerah, yaitu Anugerah Umum (common grace) dan Anugerah Khusus (special grace).


a. Anugerah Umum


Anugerah umum adalah kebaikan yang dinyatakan oleh Tuhan melalui pemeliharaan-Nya akan semua ciptaan-Nya (manusia dan alam seisinya), sekalipun manusia dan dunia telah mendapat kutukan akibat dosa. Dengan demikian dunia dan isinya masih dapat terus berlanjut dan berkembang biak, bahkan untuk memungkinkan manusia hidup dengan nyaman, tertib dan penuh kebaikan. Itu adalah karena anugerah umum yang Tuhan sediakan.


Berkat-berkat dalam anugerah umum meliputi berkat jasmani dan juga hal-hal yang lebih bersifat abstrak, misalnya rasa keindahan, kebaikan, keadilan, kebajikan pengetahuan dan kesopanan. Anugerah umum ini diberiKan secara cuma-cuma kepada semua orang tanpa pandang bulu. (Matius 5:45)


Tujuan Allah memberikan anugerah umum ini adalah agar manusia dapat menopang hidupnya, khususnya bagi mereka yang akan menerima anugerah keselamatan (anugerah khusus) sedangkan untuk mereka yang tidak diselamatkan anugerah umum merupakan penundaan akan pelaksanaan hukuman kekal.


b. Anugerah Khusus


Anugerah khusus adalah kebaikan yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk melepaskan manusia dari hukuman dosa kekal, melalui karya keselamatan Yesus Kristus. Disebutkan khusus karena anugerah ini diberikan dengan cuma-cuma, tetapi tidak kepada semua orang, hanya kepada orang-orang khusus yang dipilih-Nya.


Sifat dari anugerah khusus adalah untuk penyelamatan. Oleh karena itu, hasil akhirnya adalah keselamatan umat Allah. Bagaimana anugerah khusus ini diefektifkan dalam hidup manusia? Melalui kesadarannya akan kebutuhan keselamatan sehingga ia menjawab panggilan Injil yang diwartakan untuk membawa kepada pengenalan akan Kristus yang menjadi sumber dari anugerah khusus.


3. Perbedaan Anugerah Khusus dan Anugerah Umum


a. Jangkauan anugerah khusus ditentukan oleh ketetapan untuk menentukan orang pilihan. Anugerah ini terbatas pada orang pilihan saja, sedangkan anugerah umum tidak terbatas, tetapi diberikan kepada manusia tanpa terkecuali.


b. Anugerah khusus menyingkirkan kesalahan dan hukuman dosa, mengubah keadaan batiniah manusia, dan sedikit demi sedikit membersihkan diri dari kecemaran dosa melalui pekerjaan Roh Kudus yang supranatural. Pekerjaan ini terutama dalam keselamatan orang berdosa. Di pihak lain, anugerah umum tidak pernah menyingkirkan kesalahan karena dosa, tidak memperbarui natur manusia, tetapi hanya memunyai pengaruh menguasai dosa dan dalam satu derajat tertentu mengurangi akibat dosa, walaupun pada sebagian bentuknya (panggilan eksternal dan iluminasi moral) masih terkait erat dengan pelaksanaan penebusan dan memiliki aspek Soteriologi.


c. Anugerah khusus tidak dapat ditolak. Anugerah khusus menjadikan manusia berkemauan menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat dan mau taat sepenuhnya kepada kehendak Allah. Hal ini dilakukan di dalam hati, sedangkan anugerah umum dapat ditolak. Paulus menunjukkan dalam Roma pasal 1 dan 2 bahwa orang Yahudi maupun kafir tidak hidup sesuai dengan terang yang dimiliki oleh mereka. Anugerah ini tidak berpengaruh pada keselamatan sebab tidak mengubah hati manusia.


4. Kebutuhan Manusia akan Anugerah


Melalui penjelasan di atas, maka jelaslah bahwa Allah memberikan anugerah-Nya kepada manusia karena Ia tahu bahwa manusia tidak mungkin hidup tanpa anugerah-Nya, baik Anugerah Umum maupun Anugerah Khusus.


Anugerah umum memungkinkan manusia menjalankan kehidupannya sebagaimana layaknya manusia hidup. Namun, anugerah umum tidak akan mendatangkan keselamatan kekal. Sebaliknya, hanya anugerah khusus yang memungkinkan manusia dapat hidup dalam persekutuan dengan Allah, karena di dalam anugerah khusus Allah menyediakan keselamatan kekal kepada manusia.


Dapat disimpulkan bahwa hubungan Anugerah Umum dan Anugerah Khusus sangat jelas karena Anugerah Umum pada ujungnya akan melayani Anugerah Khusus. Anugerah umum memungkinkan semua manusia menyadari akan ketergantungannya kepada Allah. Namun, bagi mereka yang ditentukan untuk binasa akan menolak mengakui kebutuhannya akan Allah. Penolakan akan Anugerah Umum sekaligus membuktikan bahwa mereka tidak layak untuk menerima Anugerah Khusus.


B. Perjanjian Anugerah


1. Pembuat Perjanjian Anugerah


Bahwa Allah telah menetapkan pada diriNya suatu perjanjian penebusan bagi manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Ia sendiri datang mencari manusia dan berinisiatif menyelamatkan manusia. Ia menetapkan "Convenant" (perjanjian) dalam menyelamatkan manusia. Ada dua perjanjian yang Allah berikan:


a. Perjanjian Penebusan adalah perjanjian yang dibuat oleh tiga Pribadi Allah Tritunggal yang memunyai misi untuk menyelamatkan manusia dari kutukan dosa kekal. Bahwa Allah Bapa menetapkan untuk mengirim Allah Anak untuk menjadi tebusan bagi dosa-dosa manusia, dan Allah Anak setuju untuk melaksanakan ketetapan itu. Allah Roh Kudus setuju untuk melaksanakan kehendak Bapa dengan memberi kuasa atas karya penebusan Kristus untuk bekerja dalam hati manusia setelah Kristus naik ke surga.


b. Perjanjian Anugerah adalah perjanjian yang dibuat Allah dengan manusia. Bahwa Allah sebagai pihak yang lebih tinggi membuat perjanjian dengan manusia ciptaan-Nya bahwa Ia akan menyelamatkan umat pilihan-Nya dari kebinasaan kekal. Perjanjian ini tidak dapat diubah dan sudah dinyatakan sejak zaman Perjanjian Lama melalui kehidupan orang-orang pilihan Allah, seperti Nuh, Abraham dan keturunannya. Namun, sebelum janji itu dinyatakan secara konkret melalui kedatangan Kristus ke dunia, perjanjian itu hanya dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol saja. Kristus dalam Perjanjian Anugerah adalah "Mediator" antara Allah Bapa dan manusia. Di dalam perannya sebagai Mediator ini, Kristus memenuhi semua tuntutan perjanjian pihak manusia sehingga sanggup mendamaikan manusia dengan Allah.


2. Isi Perjanjian Anugerah


Janji Allah dinyatakan berulang-ulang dengan ungkapan, "Supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu" (Kejadian 17:7; Yeremia 31:33 32:38-40; Yehezkiel 34:2325, 2 Korintus 6:16-18; Ibrani 8:10). Kepenuhan janji Allah ini akan digenapi sebagaimana dikatakan dalam Wahyu 21:3, bahwa "Yehova adalah Allahku." Janji Allah yang tercakup adalah:


a. Berkat-berkat selama di dunia.

b. Pembenaran sehingga menjadi anak-anak Allah.

c. Pelaksanaan penuh akan berkat keselamatan.

d. Pemuliaan akhir.


Semua hal tersebut, dijanjikan Allah. Manusia hanya perlu merespons dan menerima janji-janji itu. Perjanjian Anugerah tidak hanya berbicara mengenai berkat-berkat selama di dunia ini, tetapi tujuan utama Perjanjian Anugerah adalah manusia diselamatkan, diangkat menjadi anak-anak Allah dan ikut memerintah bersama-sama dengan Allah dalam Kerajaan Sorga. Tentu, isi perjanjian ini sangat luar biasa, perlu respons manusia untuk menerima kasih karunia Allah.


3. Mengapa Allah Membuat Perjanjian Anugerah dengan manusia?


Kata "janji" atau "perjanjian" dalam bahasa Ibrani adalah "Berith", sedangkan dalam bahasa Yunani adalah "Syntheke" (perjanjian atau persetujuan antara dua pihak) dan "diatheke" (suatu aturan atau penetapan yang dibuat oleh satu pihak, sedang pihak yang lain hanya bisa menerima atau menolak). Dalam konteks ini, "Diatheke" yang dipakai. Kata yang sepadan dipakai dalam bahasa Latin adalah "Testamentum", artinya surat wasiat, surat yang ditinggalkan orang sebelum mati.


Allah membuat janji kepada manusia bukan karena manusia baik sehingga layak untuk menerima anugerah itu. Allah membuat janji karena kasih dan anugerah-Nya kepada manusia (baca Efesus 1:5-7). Perjanjian yang dibuat oleh Allah bersifat kekal sebab Allah yang berjanji adalah Allah yang kekal. Dalam bahasa Ibrani, kata "berith" selalu dipadankan dengan kata "karath" yang artinya adalah "Allah yang mengikat perjanjian". Sedangkan dalam Perjanjian Baru menggunakan kata "Diatheke" yang artinya adalah perjanjian yang benar-benar baru, belum ada jenis atau konsep sebelumnya dan sifatnya juga kekal. Orang berdosa menerima janji Allah melalui iman mereka. Dalam janji Allah, ada kasih karunia-Nya, dan kasih karunia itu dilimpahkan kepada semua manusia yang menerima, dan diberi-Nya kuasa untuk menjadi anak-anak Allah.


4. Sifat Perjanjian Anugerah


Perjanjian Anugerah dibuat antara Allah dan manusia. Perjanjian anugerah ini memang pemberian Allah semata, namun demikian perjanjian ini memiliki sifat yang bersyarat, yaitu dari pihak Allah, Ia memberikan jaminan atas janji-janji-Nya, sedangkan dari pihak manusia, manusia harus menerima dengan "iman" untuk memungkinkan mereka mewarisi janji-janji itu. Namun, apakah manusia dengan keberadaannya yang berdosa, dapat melakukannya? Dalam hal ini hanya anugerah Allah yang memungkinkan manusia untuk menerima janji itu, yaitu melalui kelahiran baru dan hidup baru dalam Kristus.


Perjanjian Anugerah merupakan "Grace" atau anugerah dari Allah. Allah yang menjanjikan dan memberikannya, dan manusia tidak melakukan apa pun, hanya menerima janji itu sendiri. Perjanjian Anugerah adalah keselamatan yang diberikan oleh Allah sendiri, atas inisiatif Allah sendiri. Berbagai ayat dalam menjelaskan bahwa semua usaha manusia untuk memperoleh keselamatan adalah sia-sia. Entah itu dengan kekayaan, hikmat, ilmu pengetahuan dan lain-lain tidak akan bisa untuk mendapatkan keselamatan. Sebab keselamatan hanya ada di dalam nama Yesus, dan kematian Yesus di kayu salib menjadi sarana, supaya manusia diselamatkan. Iman yang akan membawa manusia untuk mengenal, menerima dan hidup dalam keselamatan, tanpa iman akan sukar bagi manusia untuk menerima keselamatan. Dengan demikian, setiap orang akan melihat anugerah Allah tampak di dalam diri kita.


Setelah diselamatkan melalui karya Kristus, maka orang yang telah ditebus diikat dalam perjanjian anugerah di mana dia dinyatakan sebagai milik Allah, dan Allah menganugerahkan kepadaNya segala berkat keselamatannya dan berbagai pemberian dengan iman. Perjanjian ini bukan usaha manusia mendapatkan keselamatan tetapi ada tanggung jawab untuk mengikat diri dalam perjanjian berkat Allah yaitu ketaatan. Kematian Kristus di kayu salib telah menebus kita dari dosa-dosa membentangkan jalan anugerah yang ditawarkan Allah. (Roma 3:26)


DOA


"Bapa, aku mengucap syukur untuk kasih karunia yang Bapa berikan kepadaku. Anugerah dan kasih setia Tuhan yang tidak terbatas membuat aku layak untuk berdiri di hadapan-Mu dan melakukan apa yang menyenangkan hati-Mu. Oleh sebab itu ya Tuhan, ajarilah aku untuk menjadi saksi-saksi Kristus yang setia dan memberitakan Injil kepada sesamaku." Amin.

Pelajaran 03 - NATUR DOSA

 Nama Kursus: Manusia Dan Dosa

Nama Pelajaran: Natur Dosa

Kode Pelajaran: MDD-P03


Pelajaran 03 - NATUR DOSA


Daftar Isi

A. Pandangan Umum tentang Dosa

B. Pandangan Alkitab tentang Sifat-Sifat Dosa

C. Sifat Universalitas Dosa

 1. Relasi dengan Diri Sendiri

 2. Relasi dengan Orang Lain

 3. Relasi dengan Setan

 4. Relasi dengan Allah

D. Macam-macam Dosa

 1. Tujuh Macam Dosa Maut

 2. Dosa dalam Perjanjian Baru

 3. Dosa menurut Pembedaannya

E. Transmisi dan Hukuman Dosa

 1. Transmisi Dosa

 2. Hukuman Dosa


 

DOA

 

 

NATUR DOSA


Sebelumnya telah dijelaskan dalam Pelajaran 2, bahwa dosa yang diperbuat Adam telah mengakibatkan adanya perubahan status/kedudukan manusia, dari yang "tidak berdosa" menjadi "berdosa". Sejak jatuh dalam dosa, status manusia telah bergeser jauh dari yang ditetapkan oleh Allah. Pergeseran inilah yang kemudian menjadi sumber dari segala macam dosa. Sejak saat itu, manusia tidak dapat lari dari kenyataan tentang adanya dosa. Dosa telah masuk dalam seluruh kehidupan manusia dan memberikan dampak yang buruk dalam keseluruhan aktivitas manusia.


A. Pandangan Umum tentang Dosa


1. Teori Dualistis. Ini adalah teori Gnostisisme yang menganggap kebaikan dan dosa adalah dua eksistensi yang berjalan paralel yang bersifat kekal. Jadi, para penganut teori ini pada dasarnya meyakini bahwa dunia ini diperintah oleh dua kekuatan, yaitu roh dan materi; baik dan buruk; terang dan gelap, dan keduanya terus-menerus saling berperang.


2. Teori yang mengatakan bahwa dosa adalah kurangnya hal-hal penting dalam hidup. Dosa adalah eksistensi yang tidak dapat dihindari, karena manusia pasti punya keterbatasan, kelemahan dan ketidaksempurnaan. Jadi dosa adalah akibat dari keterbatasan manusia.


3. Teori yang mengatakan bahwa dosa adalah ilusi. Dosa adalah ketidakcukupan pengetahuan manusia, khususnya yang didapat manusia melalui panca indra. Oleh karena itu, panca indra menjadi alat dosa.


4. Teori bahwa dosa adalah kesadaran kebutuhan akan Allah. Bahwa di dalam diri manusia ada suatu tempat yang kosong dan hanya Allah yang bisa mengisinya. Jika manusia tidak menyadari akan kebutuhannya tersebut, maka ia akan merasa bersalah dan berdosa.


5. Teori bahwa dosa hanyalah mencakup tindakan saja. Pada umumnya manusia melihat perbuatan salah sebagai apa yang dilakukan atau tidak dilakukan saja, tetapi tidak sebagai apa yang dipikirkan seseorang.


6. Teori bahwa dosa adalah ketamakan. Bahwa pada dasarnya semua dosa dipicu oleh nafsu ketamakan atau keserakahan manusia untuk memiliki lebih dari apa yang ia miliki.


7. Teori bahwa dosa adalah kecenderungan natur manusia yang lebih rendah menuju pada kesadaran moral yang lebih tinggi (pengaruh Teori Evolusi).


B. Pandangan Alkitab tentang Sifat-Sifat Dosa


1. Dosa tidak memiliki eksistensi yang independen.


Dosa bukanlah suatu esensi atau substansi diri manusia (tidak tercipta bersama penciptaan manusia), tapi suatu "kejadian kecelakaan" yang menyebabkan kecacatan dalam diri manusia yang mulanya baik. Agustinus menyebutnya sebagai "Privatio Boni" (hilangnya kebaikan). Dosa tidak mengubah esensi tapi mengubah arah hidup manusia. Struktur gambar Allah (esensi yang Allah karuniakan kepada manusia) masih ada, tetapi tidak lagi memberikan fungsi yang seharusnya, bahkan menyimpang dari fungsi yang telah ditentukan Allah, sehingga berbalik dipakai untuk menentang Allah.


2. Dosa adalah jenis kejahatan yang sangat spesifik.


Dosa adalah kejahatan moral yang aktif karena manusia adalah makhluk berakal, sehingga dosa yang dilakukannya merupakan pilihan manusia sendiri (sengaja). Oleh karena itu, dosa menghasilkan permusuhan aktif dengan Allah.


3. Dosa memiliki sifat mutlak.


Tidak ada keadaan yang netral antara baik dan jahat. Jika seseorang tidak dalam status yang benar, ia pasti ada di posisi yang salah, karena tidak ada pilihan lain di antaranya. Oleh karena itu, Alkitab selalu mengajak orang berdosa berbalik dari statusnya yang berdosa. Artinya, posisi manusia yang berdosa harus diubah secara total.


4. Dosa selalu memiliki hubungan dengan pelanggaran akan kehendak Allah.


Bahkan untuk orang yang belum mengenal Allah, dosa merupakan pelanggaran akan norma-norma yang telah Allah tulis dalam hati manusia (Roma 2:14-16). Oleh karena itu, akibat dari dosa adalah pemisahan dari Allah.


5. Dosa mencakup kesalahan dan pencemaran.


Kesalahan Adam telah mencemari seluruh manusia. Hal itu tidak dapat disingkirkan lagi karena tindakan tersebut terkait dengan status Adam sebagai orang yang berdosa. Oleh karena itu, semua umat manusia yang dilahirkan dari Adam sudah membawa natur yang telah tercemar/rusak. Selain itu, pencemaran dosa juga melekat pada dosa perbuatan. Perbuatan dosa sering menghasilkan kebiasaan dosa, kebiasaan dosa selanjutnya menyebabkan bentuk kehidupan yang penuh dosa.


6. Dosa menempati kedudukan dalam hati.


Dosa mengendap di hati manusia, karena hati adalah sumber/pusat dari segala sesuatu yang terjadi dalam hidup manusia. Oleh karena itu, dari hati dosa menyebar ke seluruh pikiran, kehendak, perasaan dan ke seluruh tubuh manusia. Beberapa ayat Alkitab yang menunjukkan hati sebagai pusat adalah: Amsal 4:23 ; Yeremia 17:9 ; Matius 15:19 ; Lukas 6:45b.


7. Dosa tidak hanya mencakup tindakan tetapi juga pikiran


Dalam hal ini dosa berawal dari pikiran, lalu menimbulkan keinginan (hati), selanjutnya dinyatakan lewat tindakan. Hukum Allah sendiri mengatakan bahwa dosa bisa mencakup pikiran sebagaimana juga ucapan atau perbuatan, sebagaimana tercantum dalam Hukum Taurat yang ke sepuluh (Keluaran 20:17). Lalu pernyataan tersebut diulangi Yesus dalam Perjanjian Baru (Matius 5:28), juga Paulus dalam Galatia 5:16,17; 24, yang disebut sebagai "keinginan daging".


8. Dosa berakar dari kesombongan


Akar dosa adalah kesombongan. Berawal dari kejatuhan malaikat yang kemudian menjadi setan, setan pun menggoda Hawa supaya memiliki kesombongan yang sama dengannya (Kejadian 3:5). Kesombongan merupakan dosa yang mendasari semua dosa lain karena pada dasarnya dosa berarti keinginan untuk mandiri dan menolak untuk mengakui ketergantungan total kepada Allah.


9. Dosa biasanya berkedok


Manusia adalah makhluk yang rasional sehingga dalam hidupnya, manusia selalu mencoba merasionalkan segala tindakan yang berdosa, agar dapat dilanggar dengan tanpa perasaan bersalah.


a. Dosa selalu dilakukan untuk suatu alasan yang "baik".

b. Kesulitan manusia untuk mengenali dosa sendiri, sebab manusia lebih mudah melihat dosa orang lain daripada dosanya sendiri (Matius 7:3).

c. Cenderung ditutup-tutupi.


C. Sifat Universalitas Dosa


Baik orang Kristen maupun bukan Kristen menyadari bahwa dosa memiliki sifat yang universal. Sebab, setiap orang baik secara sadar atau tidak sadar mengakui kenyataan bahwa manusia selalu bergumul dengan kejahatan moral di dalam dirinya. Bagi orang Kristen, sifat universalitas dosa ini sangat jelas karena Alkitab menyatakan hal itu berkali-kali. Ada empat relasi universalitas dosa yang dapat dijelaskan, yaitu relasi dengan diri sendiri, orang lain, setan, dan dengan Allah.


1. Relasi dengan diri sendiri.


Dosa sebagai kuasa yang membelenggu. Sejak jatuh dalam dosa, di dalam diri manusia ada kuasa yang mengikat (Bondage of the will) yang mendorong manusia untuk melawan Allah. Disebut sebagai kuasa karena sering kali manusia tidak memiliki kekuatan untuk melawannya sehingga kebebasan manusia menjadi terganggu.


2. Relasi dengan orang lain.


Dosa adalah kelakuan yang merugikan. Dosa yang dilakukan di dalam tindakan menjadi perbuatan yang merugikan orang lain, baik secara sadar atau tidak sadar.


3. Relasi dengan setan.


Dosa sebagai alat pemersatu dengan setan. Selain dimengerti sebagai suatu kuasa dan kelakuan, dosa juga sebagai alat yang dipakai untuk mempersatukan manusia dengan setan.


4. Relasi dengan Allah.


Dosa sebagai sikap melawan Allah. Karena dosa, relasi manusia dengan Allah menjadi rusak. Bahkan lebih dari sekadar rusak, karena manusia menjadi berani melawan Allah. Namun, justru terhadap setan manusia menjadi begitu lemah.


D. Macam-macam Dosa


1. "Tujuh dosa maut" menurut Billy Graham berdasarkan klasifikasi kuno.


a. Kesombongan

b. Ketamakan

c. Nafsu yang terlarang dan tak terkendali

d. Iri hati

e. Kerakusan

f. Kemarahan

g. Kemalasan


2. Dosa dalam Perjanjian Baru


a. Menajiskan tempat Kudus (Markus 11:15-18).

b. Kemunafikan (Matius 23:1-36).

c. Ketamakan (Lukas 12:15).

d. Menghujat (Matius 12:22-37).

e. Melanggar Hukum (Matius 15:3-6).

f. Kesombongan (Matius 20:20-28; Lukas 7:14).

g. Menjadi batu sandungan (Matius 18:6).

h. Ketidaksetiaan (Matius 8:19-22).

i. Ketidaksopanan dan pelanggaran susila (Matius 5:27-32).

j. Tidak berbuah (Yohanes 15:16).

k. Amarah (Matius 5:22).

l. Ucapan yang berdosa (Matius 5:33; 12:36).

m. Pamer diri (Matius 6:1-18).

n. Kurang beriman (Matius 6:25; Roma 13).

o. Sikap tidak bertanggung jawab dalam pelayanan (Matius 25:14-30; Lukas 19:11-27).

p. Kurang berdoa (Lukas 18:1-8).

q. Bebal (Amsal 24:9).

r. Kecongkakan (Amsal 21:4).

s. Tidak benar dan tidak adil (1 Yohanes 5:17).

t. Tahu yang baik tetapi tidak menjalankan (Yakobus 4:17).

u. Melanggar atau melampaui tuntutan Taurat (1 Yohanes 3:4).


3. Dosa menurut pembedaannnya.


a. Pembedaan antara dosa-dosa roh dan dosa-dosa daging.

b. Pembedaan dosa berdasarkan derajat pengetahuan yang berbeda.

c. Pembedaan dosa yang disengaja dan tidak disengaja.

d. Pembedaan dosa berdasarkan sejauh mana seseorang menyerah kepada dosa.

e. Pembedaan antara dosa yang dapat diampuni dan yang tidak dapat diampuni.

f. Pembedaan antara dosa yang membawa maut dan yang tidak membawa maut.

g. Pembedaan antara dosa kecil dan dosa besar/lebih besar.


E. Transmisi dan Hukuman Dosa


1. Transmisi Dosa


Dengan cara bagaimanakah dosa Adam diturunkan kepada kita? Dosa Adam tidak diturunkan kepada keturunannya karena proses peniruan. Adam adalah kepala umat manusia sekaligus menjadi wakil manusia. Ketika ia berdosa, semua manusia tercakup di dalam kesalahan akibat dosa dan di dalam penghukuman akibat dosa (imputasi/dicangkokan). Oleh karena itu, semua orang yang lahir kemudian setelah Adam, dalam keadaan rusak. Kerusakan itu diturunkan kepada manusia melalui orang tuanya. Namun demikian, Alkitab tidak memberikan penjelasan yang gamblang tentang bagaimana hal itu terjadi. Namun, satu hal yang kita tahu, bahwa dosa Adam adalah dosa kita karena kita semua adalah keturunan Adam. Dosa yang berasal dari Adam membuka kesempatan bagi iblis untuk bekerja secara leluasa karena natur manusia sudah rusak/tercemar.


2. Hukuman Dosa


Hukuman ialah kesusahan atau kesakitan yang diberikan oleh pribadi yang memberi hukuman kepada orang yang telah melanggar hukum itu. Maksud yang terutama dari hukuman terhadap dosa, bukan untuk memperbaiki orang yang dihukum, dan bukan untuk menakut-nakuti orang-orang supaya jangan berbuat dosa, melainkan supaya kesucian Allah dibenarkan.


Allah adalah Allah yang adil, dan dosa adalah hal yang sangat serius bagi Allah. Oleh karena itu, dosa yang dilakukan manusia akan mendapat hukuman. Selain itu, Allah tidak dapat membiarkan dosa karena dosa merupakan tindakan agresif manusia untuk melawan dan membenci Allah (Keluaran 20:5).


Hukuman yang merupakan akibat langsung bagi orang berdosa adalah hukuman yang menimpa tubuh, jiwa, dan roh orang berdosa pada waktu sekarang. Apa maksud kalimat ini? Umpamanya, seorang bapa telah melarang anaknya memanjat pohon untuk mencegah agar anaknya tidak jatuh. Namun, anak itu tetap naik juga. Kemudian, ia jatuh dan lengannya patah. Setelah anak itu sembuh, bapanya memberi hukuman kepadanya. Hukuman sebagai akibat langsung adalah patah lengan, dan hukuman yang sudah ditentukan sebagai undang-undang ialah hukuman dari bapanya. Hukuman yang langsung sebagai akibat dari perbuatan dosa merupakan sebagian dari hukuman dosa, tetapi bukan merupakan hukuman yang pasti. Dalam tiap-tiap hukuman terdapat juga murka Allah. Orang-orang yang berpikir bahwa hanya ada hukuman langsung sebagai akibat dari perbuatan dosanya, maka orang itu lupa bahwa Allah berada dalam alam ini dan berkuasa atas segala-galanya.


a. Hukuman dosa asal.


Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa hukuman atas dosa adalah "maut" (kematian). Kematian yang disebut dalam Kejadian 2:17 sebenarnya memiliki tiga pengertian, yaitu:

 

1) Kematian jasmani (Terpisahnya tubuh fisik dengan roh dan jiwa).

2) Kematian rohani (Terpisahnya roh manusia dengan Roh Allah).

3) Kematian kekal (Terpisah dengan Allah untuk selama-lamanya).

 

b. Hukuman dosa perbuatan bagi orang Kristen.


Adapun beberapa hukuman dari perbuatan dosa manusia adalah sebagai berikut:


1) Hati nurani menjadi gelisah

2) Penderitaan badani sebagai konsekuensi langsung dari tindakannya

3) Penderitaan sebagai konsekuensi penghakiman manusia

4) Perpecahan hubungan dengan sesama

5) Hubungan dengan Allah menjadi terhalang

6) Berkat-berkat Tuhan menjadi tertunda


c. Tujuan Allah memberikan hukuman atas dosa perbuatan manusia.


Secara umum kita melihat ada tiga tujuan penghukuman yang diberikan oleh Allah kepada manusia, yaitu:


1) Untuk membuktikan keadilan dan kebenaran Allah.

2) Untuk membuat manusia jera sehingga berhenti berbuat dosa.

3) Untuk mengajar manusia agar kembali kepada Allah.


d. Hukuman dosa bukan berarti bahwa roh dan jiwa lenyap.


Semua roh manusia akan hidup selama-lamanya walaupun ia tidak mengenal Yesus Kristus. Itu artinya, bukan hanya orang yang percaya kepada Kristus saja yang akan hidup selama-lamanya, melainkan semua orang. Perkataan yang diterjemahkan dengan arti "tidak binasa" ditulis enam kali di dalam Perjanjian Baru. Tiga kali perkataan itu berarti "tidak binasa" (Roma 2:1; I Timotius 1:17), dan tiga kali berarti "tidak ada kematian" (I Korintus 15:53,54; I Timotius 6:16). Di dalam Perjanjian Baru, pemakaian istilah "binasa" bukan berarti benda atau orang itu dilenyapkan, namun lebih kepada pengertian "sudah rusak", atau "tidak dapat dipakai lagi untuk maksud yang semula." Misalnya, dalam Matius 9:17 terdapat perkataan "kantong itu pun hancur". Itu bukan berarti kantong kulit itu dilenyapkan, melainkan tidak dapat dipakai lagi untuk maksud yang semula. Oleh karena itu, jelas sekali bahwa hukuman dosa (kebinasaan) bukan berarti roh atau jiwa manusia dilenyapkan, melainkan hidup selama-lamanya dalam keadaan binasa dan dihukum.


Akhir Pelajaran (MDD-P03)


DOA


"Aku sangat bersyukur atas kasih dan kemurahan Tuhan atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk menerima anugerah hidup yang kekal, sebagai manusia yang berdosa aku sadar bahwa tanpa Yesus mati di kayu salib untuk menjadi tebusan, aku pasti akan binasa. Berikan aku kekuatan agar dapat membagikan anugerah rohani ini kepada orang lain." Amin.

Misi Kristus Sedunia

PELAJARAN SEKOLAH MINGGU

  TANGGAL   PELAJARAN SEKOLAH MINGGU KATEGORI Babak pertama        ...